Chereads / 3MJ / Chapter 251 - Bolehkah Aku Menciummu?

Chapter 251 - Bolehkah Aku Menciummu?

"Maaf, Son… Aku tidak ada mood malam ini… Kalian saja yang main…"

"Yakin kau?" Si teman di seberang sana terlihat mengernyitkan dahinya dalam-dalam. Tentu saja Clark Campbell tidak bisa melihatnya.

"Iya… Ada banyak kerjaan sepanjang hari ini… Malam ini lelah sekali rasanya dan mendadak menjadi impoten…" kata Clark Campbell asal-asalan.

"Leluconmu sama sekali tidak lucu, Clark!"

"Iya… Aku tak ada mood malam ini… Kalian saja yang main ya…" kata Clark Campbell lagi.

"Ada apa denganmu? Terjadi sesuatu padamu hari ini?"

"Tidak ada yang terjadi… Hanya saja ada banyak acara dan kegiatan hotel yang harus aku urus bersama-sama dengan Max. Sehabis pulang kerja, sudah capek dan aku ingin istirahat saja…" kata Clark Campbell mulai mendengus kesal.

"Ada apa dengan kalian berdua sebenarnya? Mulanya Max, sekarang kau… Kedua lelaki perkasa dari Campbell ini mendadak menjadi lemah syahwat sekarang? Jelas aku tidak bisa mempercayainya…" dengus si teman di seberang dengan kesal.

Clark Campbell hanya terkekeh kecil.

"Kami hanya lelah dan ingin secepatnya istirahat sepulangnya dari kantor. See you…" kata Clark Campbell langsung memutuskan hubungan komunikasi.

Bayangan Aira Antlia Dickinson kembali membayang-bayangi lagi. Pernah suatu kali Aira Antlia Dickinson mengajaknya ke apartemennya yang jauh lebih kecil, lebih sempit, dan lebih sederhana. Terbayang-bayang lagi adegan kedekatan dan kemesraan mereka di apartemen tersebut. Apartemen itu meski kecil dan sederhana, tetapi penuh dengan cinta, canda tawa dan kebahagiaan.

"Wah… Wangi sekali…"

"Ini namanya teripang… Enak dimasak sup…"

"Ini kan masakan China… Dari mana kau belajar resep masakan China seperti ini?" tanya Clark Campbell dengan sorot mata kagum ke Aira Antlia Dickinson.

"Salah satu sahabatku di toko roti yang mengajariku masak masakan China, Jepang, Korea, dan Indonesia. Dia pandai sekali memasak. Aku mempelajari beberapa resep masakan darinya deh. Daripada setiap malam aku beli fast food di luar, kurang menyehatkan kan?" Aira Antlia mencicipi sesendok sup ala China yang ia masak pada malam hari itu.

Aira Antlia menyodorkan sendoknya ke mulut Clark Campbell. Clark Campbell mencicipi sup China tersebut. Terasa semacam kesegaran mengalir ke dalam mulut dan kerongkongannya.

"Memangnya bahan-bahannya ini bisa dibeli di Sydney sini, Aira?"

"Sahabatku itu juga sering pesan online internasional bahan-bahan masakan yang dari luar Australia seperti ini. Aku titip saja deh… Bisa disimpan di kulkas dulu, dikeluarkan pada saat ingin dimasak."

"Kau memang pintar dan cekatan…" kata Clark Campbell tersenyum gemas dan mengelus-elus kepala Aira Antlia Dickinson. Aira Antlia hanya sedikit merona dan menunduk tersipu malu.

"Kau mau makan nasi kan? Aku ada pesan ayam goreng lagi nih… Perpaduan antara sup teripang, nasi putih dan ayam goreng ini rasanya benar-benar lain dari yang lain. Kau takkan bisa mencoba makan masakan seperti ini di mana pun di seantero Australia ini…" kata Aira Antlia seraya menyeringai lebar.

"Oke deh… Aku akan mencobanya…" kata Clark Campbell juga menyeringai lebar.

"Tidak usah khawatir… Besok kau tinggal menghabiskan waktu lebih lama saja di gym untuk membakar semua kalori yang masuk malam ini," sahut Aira Antlia masih menyeringai lebar.

Aira Antlia hendak berjalan ke arah lemari kabinetnya untuk mengambil beberapa piring. Namun, lantai yang sedikit basah dan licin membuatnya salah langkah dan terpeleset jatuh. Aira Antlia langsung memekik nyaring.

Dengan sigap, Clark Campbell menangkap tubuh sang gadis cantik jelita. Terjatuhlah Aira Antlia Dickinson ke dalam pelukan sang pangeran tampan. Untuk beberapa detik lamanya, keduanya hanya membisu seribu bahasa dan saling menatap dengan sorot mata yang sesungguhnya sudah dipenuhi cinta pada saat itu. Hanya saja, keduanya belum menyadarinya pada saat itu.

Perlahan-lahan Clark Campbell mendekatkan bibirnya ke bibir tipis, seksi menggiurkan milik sang bidadari cantik jelita. Jantung Aira Antlia mulai berdebar-debar tak karuan. Dia mulai memejamkan kedua matanya dengan erat.

"Aku… Aku… Aku tidak pernah sedekat ini dengan lelaki, Clark…" kata Aira Antlia sembari menelan ludah ke dalam tenggorokannya yang serasa tercekat.

"Maukah… Maukah… Maukah kau dekat denganku, Aira?" bisik Clark Campbell dengan tatapan sayu dan nada suara yang begitu mesra.

Aira Antlia Dickinson diam saja. Sama sekali tidak terlontar keluar kata-kata dari sepasang bibirnya yang tipis, seksi menggiurkan.

"Aku ingin menciummu, Aira Sayang… Bolehkah aku…?" bisik Clark Campbell lemah lembut, masih dengan nada suara seksi dan tatapan sayu yang sama.

Aira Antlia hanya diam saja. Dia tidak berani menjawab. Rona merah delima sudah menyelangkupi kedua belahan pipinya. Jantungnya sudah berpacu dalam kecepatan tinggi yang tak karuan.

Bibir Clark Campbell semakin dekat dan semakin dekat. Akhirnya bibir keduanya saling bertaut. Lidah Clark Campbell mulai menerobos masuk ke dalam benteng sepasang bibir Aira Antlia yang tipis, seksi menggiurkan. Aira Antlia memberanikan diri sedikit memainkan lidahnya, sedikit menelusuri dan menjelajahi bibir dan lidah sang pangeran tampan.

Untuk beberapa detik lamanya bibir dan lidah keduanya saling melumat. Untuk beberapa detik lamanya, keduanya tenggelam dalam perasaan cinta masing-masing – begitu larut, begitu pas, begitu cocok. Mendadak saja, dengan napas yang sedikit terengah, Clark Campbell menghentikan ciumannya.

"Cukup hanya sampai di sana, Aira Sayang… Kalau aku tidak berhenti, aku takut aku akan meminta lebih darimu malam ini…" kata Clark Campbell dengan napasnya yang sedikit terengah.

Aira Antlia tersenyum cerah dan ia meraih kedua belahan pipi Clark Campbell. Tentu saja gairah kepriaan Clark Campbell naik lagi. Akan tetapi, ia berusaha menekan dan menetralisirnya.

"Pelan-pelan saja… Aku ingin pelan-pelan mengenalmu, Clark… Aku ingin kita saling memahami rasa dalam kedekatan ini sehingga ke depannya takkan ada pertengkaran dalam hubungan kita…"

Clark Campbell hanya mengangguk setelah mendengarkan kata-kata sang gadis cantik jelita, seolah-olah ia sudah terbius oleh mantera yang didesahkan oleh gadis cantik itu.

Aira Antlia berdiri dan mulai mengeluarkan beberapa piring. Ia menyajikan masakan-masakannya malam itu di atas meja yang ada di tengah-tengah apartemennya.

"Malam ini kau makan masakan China. Besok malam mungkin kau akan makan masakan Indonesia. Jangan khawatir… Aku takkan memasukkan banyak cabai karena aku sendiri juga tidak tahan pedas…" kata Aira Antlia meledak dalam tawa renyahnya.

"Baru saja aku ingin bilang padamu aku tidak tahan pedas…" kata Clark Campbell menyeringai lebar.

Aira Antlia mengelap sudut bibir sang pangeran tampan yang sedikit belepotan makanan. Clark Campbell tertegun sejenak dan ia menikmati saja perhatian yang diberikan oleh sang gadis cantik jelita kepadanya.

Mereka saling tersenyum satu sama lain. Makan malam itu dilewati dengan berbagai canda tawa dan obrolan ringan di antara kedua sejoli yang sebenarnya tengah dimabuk asmara itu.

"Kedua orang tuamu tinggal di mana?" tanya Clark Campbell.

"Mereka ada di Darwin. Ayahku adalah seorang pengrajin kayu…" jawab Aira Antlia ringan, santai, apa adanya.

"Kau sendiri tidak kuliah?" tanya Clark Campbell lagi.

"Tidak… Terus terang keuangan keluarga kami tidak cukup untukku kuliah. Aku kerja di toko roti sambil mengumpulkan uangku. Ketika uangku sudah cukup, aku akan belajar kuliner saja. Aku rasa aku cocok di bidang ini."

"Kau ingin aku membantumu sehingga kau bisa langsung ke sekolah kuliner sekarang?" tanya Clark Campbell hati-hati.

"Tidak usah, Clark… Benaran… Apabila kita berhasil meraih sesuatu dengan usaha dan kerja keras kita sendiri, kebanggaan dan kepuasannya pun akan terasa lain dari yang lain."

Clark Campbell mengangguk ringan. Semakin bertambah decak kagumnya pada si Aira Antlia Dickinson ini.

"Kau sendiri bagaimana? Orang tuamu ada di Sydney ini juga?"

"Mereka ada di LA di US sana. Mereka bertugas mengurus cabang hotel yang di sana. Aku berkonsentrasi pada cabang hotel kami yang ada di Sydney sini."

"Pasti capek ya mengurus hotel… Ada banyak bidang dan perincian yang harus diperhatikan…"

"Ada banyak kepala bagian dan staff yang membantuku. Aku hanya memantau dan meminta laporan mereka secara periodik."

"Kalau perlu bantuanku, bilang saja ya… Tapi aku hanya bisa membantumu dalam bidang kuliner dan pelayanannya saja…" kata Aira Antlia Dickinson meledak dalam tawa lepasnya.