Chereads / 3MJ / Chapter 242 - Pesta Kesembuhan Malam Itu

Chapter 242 - Pesta Kesembuhan Malam Itu

Di tengah-tengah gerunyam senandika batin Max Julius Campbell, ponselnya berdering. Tampak nama Qaydee Zax Thomas yang berkedap-kedip pada layar ponselnya. Max Julius pun menjawab panggilan ponsel tersebut.

"Sudah siap, Max Julius Sayang?" Terdengar desahan suara Qaydee Zax Thomas di tengah-tengah keramaian pesta di lantai bawah.

"Sebentar lagi…" jawab Max Julius singkat ala kadarnya.

"Semua tamu sudah menunggu bintang utama malam ini. Cepat turun ya…" kata Qaydee Zax penuh dengan semangat.

"Oke…" jawab Max Julius singkat ala kadarnya lagi. Dia memutuskan hubungan komunikasi dan segera berjalan masuk ke bagian kamar tidurnya yang lebih dalam.

Kebingungan kian meragas dan menggelimuni teluk perasaan Max Julius Campbell malam itu.

***

Tentu saja semua tamu yang hadir malam hari itu tercengang dan berdecak kagum melihat wajah asli Max Julius Campbell yang kali ini tidak terselimuti oleh topeng lagi. Wanita-wanita muda dan anak-anak perempuan bahkan tidak bisa melarikan pandangan mata mereka dari wajah tampan nirmala Max Julius. Malam itu Max Julius tampil lebih kasual dengan hanya mengenakan kaus berlengan panjang yang body fit – yang menampilkan lekuk-lekuk otot tubuhnya yang terpahat nan tergurat sempurna.

Terdengar alunan musik live yang sengaja diundang oleh Qaydee Zax Thomas dari pusat kota Sydney ke rumah besar keluarga Campbell.

Qaydee Zax terus mendampingi Max Julius selama Max Julius menghampiri, menyapa dan sedikit berbincang-bincang dengan para kolega dan tamu terhormat The Pride dan keluarga besar Campbell. Tentu saja gadis muda itu ingin menunjukkan kepada semua orang bahwasanya dialah calon istri Max Julius Campbell nanti. Dia menebar senyum angkuh kepada para tamu, terutama kaum perempuan yang menatapnya dengan sorot mata penuh rasa iri karena dia bisa berdiri di samping salah satu laki-laki nirmala nan tanpa cela dan salah satu laki-laki paling berpengaruh di dunia perhotelan di Australia.

Tampak Pak Concordio dan Bu Desenda juga sibuk menyapa, bercengkerama dan berbincang-bincang kecil dengan para kolega, para tamu terhormat dan kerabat-kerabat dekat mereka.

"Wow… Tampan sekali Max Julius Campbell… Tentunya dia yang akan mewarisi kerajaan bisnis The Pride milikmu yang begitu melegenda itu, Concordio…"

Pak Concordio meledak dalam tawa renyahnya. "Tentu saja… Kelak dia akan menikah, mewarisi kerajaan bisnis The Pride milikku ini dan memberiku banyak cucu yang lucu-lucu…"

"Selama ini dia selalu tampil dengan mengenakan topeng. Kini dia sudah tidak mengenakan topeng lagi. Tampannya luar biasa… Dia bisa menjadi seorang aktor atau model, Desenda…"

"Sayangnya dia lebih menyukai mengurus hotel-hotel The Pride kami," gumam Bu Desenda Taylor Campbell seraya menatap ke anak angkatnya dengan sorot mata bangga.

"Sayang juga… Max Juliusmu sudah ada yang punya… Kalau seandainya dia masih sendiri, aku akan berusaha memperkenalkan anak perempuanku yang bungsu kepadanya. Mana tahu saja mereka cocok…"

"Iya… Qaydee Zax Thomas sudah menemani dan mendampingi Max Julius kami sejak mereka remaja sampai sekarang," tukas Bu Desenda Taylor Campbell.

"Berarti sebentar lagi akan ada kabar berita pernikahan teranyar dari kalian keluarga Campbell dong."

"Tunggu saja pertimbangan dan keputusan dari Max Julius kami nanti bagaimana baiknya. Sekarang lagi musim panas juga kan? Banyak tamu yang menginap di hotel. Akan ada beberapa acara juga di The Pride. The Pride bakalan sangat sibuk sampai awal musim gugur nanti," kata Bu Desenda Taylor memberi sedikit penjelasan.

Clark Campbell juga muncul di pesta tersebut dengan salah satu gadis yang menjadi pacarnya.

"Malam, Paman… Malam, Bibi…" sapa Clark Campbell. Malam itu dia tampil kasual juga dengan hanya mengenakan kaus berlengan panjang.

"Pacar barumu ya…?" Bu Desenda Taylor Campbell meledak dalam tawa renyahnya. Si gadis muda berambut pendek pirang yang menemani Clark Campbell hanya sedikit menunduk tersipu malu.

Clark Campbell meringis lebar. Dia membisu seribu bahasa dan memilih untuk tidak menjawab pertanyaan bibinya itu.

"Sudah datang, Clark… Bagaimana keadaan ayah dan ibumu?" tanya Pak Concordio memeluk keponakannya sebentar dan meringis lebar kemudian.

"Baik-baik saja… Masih di LA mereka…" jawab Clark Campbell.

"Mereka tidak pulang ke Sydney musim panas tahun ini?" tanya Pak Concordio.

"The Pride yang di LA sana juga lagi sibuk-sibuknya… Nggak bisa ditinggalkan. Nanti kalau terjadi sedikit kekacauan saja, aku yang bakalan diomeli oleh Max. Mana tahan telingaku ini…" keluh Clark Campbell.

Memang keluarga Clark Campbell adalah pemegang saham The Pride kedua terbesar setelah Pak Concordio Campbell. Kedua orang tua Clark Campbell masih aktif mengurus cabang-cabang The Pride di wilayah Amerika Serikat hingga Meksiko. Pak Concordio Campbell sendiri sudah memutuskan untuk pensiun dan menyerahkan segala urusan The Pride yang berada di wilayah Australia, Asia Tenggara dan Asia Timur kepada Max Julius Campbell. Demikianlah ceritanya Max Julius Campbell bisa menjelma menjadi seorang usahawan hotel yang sukses luar biasa kendati usianya barusan menginjak awal dua puluhan.

Mendengar keluh kesah Clark Campbell, kedua suami istri Campbell hanya meledak dalam tawa renyah mereka.

"Aku dengar ada yang sedang membicarakan kejelekanku di belakangku ya, Dad, Mom…" Terdengar suara Max Julius yang entah sejak kapan sudah berdiri di dekat Clark Campbell dan kedua orang tua angkatnya.

"Mana berani… Kau salah dengar," kata Clark Campbell berkilah dan berseloroh pada saat bersamaan. Kembali pasangan suami istri Campbell meledak dalam tawa renyah mereka.

"Oke deh… Kalian mengobrol saja dulu… Dad dan Mom mau menyapa tamu-tamu yang lain dulu…" kata Pak Concordio menarik lembut tangan istrinya dan keduanya berlalu dari tempat tersebut.

Tinggallah Clark Campbell dan Max Julius Campbell mulai berpindah ke salah satu bagian ruangan ballroom rumah besar Campbell di lantai dua. Qaydee Zax terlihat sedang berbincang asyik dengan teman-teman sekampusnya yang sengaja dia undang juga ke pesta ini. Kekasih baru Clark Campbell terlihat sedang menikmati beragam makanan dan minuman yang disajikan.

"Kekasih baru lagi…?" celetuk Max Julius antara bertanya dan menyindir.

"Tentu dong… Kau macam tidak kenal aku saja…" ujar Clark Campbell menyeringai.

"Kukira kau sudah insaf dan sudah mulai fokus hanya pada satu perempuan."

"Sekarang belum… Ke depannya mungkin… jika sudah bertemu dengan perempuan yang benar-benar cocok denganku…" kata Clark Campbell dengan sedikit sorot mata menerawang. Mendadak saja terbayang-bayang sosok Aira Antlia yang ditemuinya di toko roti tempat Junny Belle bekerja tempo hari. Sosok Aira Antlia yang menyibakkan rambut panjangnya ke belakang terus membayang-bayangi. Ditepisnya bayangan tersebut dan kembali berkonsentrasi terhadap percakapannya dengan saudara sepupunya.

Max Julius hanya mengedikkan bahunya dan membisu seribu bahasa.