Chereads / 3MJ / Chapter 239 - Itulah Harapanku yang Terakhir di Sini

Chapter 239 - Itulah Harapanku yang Terakhir di Sini

"Aduh…! Sampai bersumpah segala! Jangan berani-berani deh bersumpah dengan memakai langit dan bumi ini segala! Jelas-jelas api ini akan membakar dan melukaimu! Apakah setelah itu kau akan mengakui semua kesalahan dan kelicikanmu terhadap Max Juliusku dulu! Dasar munafik!" cerca Qaydee Zax tanpa ampun.

Qaydee Zax memberikan isyarat tangan kepada salah satu dari ketiga anak buahnya. Qaydee Zax menarik mundur tangan sang lelaki tampan. Max Julius mundur beberapa langkah. Mulai timbul sekelumit kesangsian dan keraguan yang meliputi benak pikirannya. Tangannya mulai bergelugut. Dia mulai terjebak di antara dua pilihan antara menghentikan aksi Qaydee Zax Thomas atau tidak.

Qaydee Zax tentu saja merasa senang bukan main karena sang lelaki tampan nirmala tidak menghentikan tindakannya terhadap Junny Belle Polaris. Dia sudah lama ingin menginjak dan melecehkan harga diri Junny Belle Polaris ke dasar terdalam dari Palung Mariana. Akhirnya hari ini ia berhasil memperoleh apa yang ia inginkan.

Salah satu anak buah Qaydee Zax menyalakan korek api dan melemparkan korek api tersebut ke bagian tanah yang sudah terkena bensin tadi. Api mulai tersulut dan menyala mengelilingi Junny Belle di tengah-tengah. Dengan linangan air mata yang tiada henti, Junny Belle hanya terduduk pasrah di tengah-tengah lingkaran api tersebut.

Apakah aku akan mati di sini? Oh, Tuhan… Jangan sekarang… Jangan sekarang… Selamatkanlah kedua bayi kembarku ini… Sesudah mereka lahir ke dunia ini, sesudah mereka dewasa nanti, mereka bisa pergi mencari di mana ayah mereka dan bisa menemani ayah mereka sampai ayah mereka tua. Itulah harapanku yang terakhir di sini…

Maafkan Mommy, Kids… Mommy tidak bisa meyakinkan Daddy kalian. Mommy bahkan tidak bisa melindungi kalian sekarang. Daddy kalian tidak mencintai Mommy. Daddy kalian sungguh-sungguh membenci Mommy. Mommy tidak memiliki keberanian sedikit pun menjelaskan kepada Daddy kalian dan juga tidak memiliki keberanian sedikit pun untuk mencintai Daddy kalian. Maafkan Mommy ya, Kids…

Api semakin besar dan menjilat-jilat. Napas Junny Belle mulai sesak dan beberapa kali ia terbatuk-batuk di dalam lingkaran api tersebut. Perasaan tidak tega mulai menghampiri benak Max Julius.

Tangan Max Julius terangkat secara otomatis dan menekan tuas pompa air yang ada pada dinding belakang bangunan hotelnya. Air menyembur ke mana-mana dan memadamkan api dalam sekejap. Junny Belle hanya menatap nanar kepada Max Julius dengan napas yang tersengal-sengal dan sisa-sisa batuk yang masih bercokol di pangkal tenggorokannya.

Qaydee Zax menatap bingung nan terheran-heran kepada lelaki tampan nirmala yang berdiri di sampingnya.

"Kenapa kau malah memadamkan apinya, Max Julius Sayang? Sebentar lagi api itu benar-benar akan membuktikan memang dialah yang telah memancingmu ke gudang itu, memang dialah yang bersekongkol dengan keempat orang itu untuk mencelakakanmu waktu itu…" kata Qaydee Zax dengan kening yang mengernyit dalam.

"Sudahlah, Qaydee… Aku muak dengan permainan ini… Nanti jika seandainya terjadi apa-apa sama dia dan anak dalam kandungannya itu, aku harus berurusan dengan pihak yang berwajib lagi. Aku malas dan sama sekali tidak punya waktu untuk itu. Sudahlah… Ayo kita pergi dari sini…"

Max Julius berbalik badan dan hendak berjalan pergi meninggalkan Junny Belle yang masih terduduk lemas seorang diri di tanah kosong tersebut ketika terdengar teriakan Dokter Norin Apus Brown dari sisi kanan mereka,

"Apa yang kalian lakukan terhadap Junny!"

Dokter Norin Apus Brown segera berlari menghampiri Junny, mengecek apakah keadaannya baik-baik saja dan mengecek apakah ada luka di tubuhnya atau tidak. Dia memberdirikan Junny Belle yang hanya bisa menatap ke depan dengan sorot mata hampa.

"Apa-apaan kau, Max Julius! Kau bisa dituntut dan bisa berurusan dengan polisi nantinya!" tuding Dokter Norin Apus Brown.

Max Julius Campbell hanya membisu seribu bahasa. Melihat kedekatan Dokter Norin dengan Junny Belle, api kecemburuan kembali tersulut dalam padang sukmanya.

"Wah… Wah… Wah… Datang nih sang pangeran berkuda putih yang akan menyelamatkan Putri Salju…" Terdengar sindiran dari diri Qaydee Zax yang tidak merasa bersalah sedikit pun.

Dokter Norin Apus Brown kini menatap Qaydee Zax dengan sorot mata sedikit sinis dan mengejek. "Aku tidak menyangka Nona Qaydee Zax Thomas yang tersohor itu bisa melakukan perbuatan yang serendah ini guna mengalahkan saingan cintanya dan mendapatkan perhatian dari lelaki yang dicintainya!"

"Perempuan itulah yang rendah! Kalianlah yang rendah! Guna mendapatkan uang dari Max Juliusku ini, dia sampai rela menjual keperawanannya kepada Max Juliusku! Uang yang diberikan oleh Max Juliusku itu kini kaupergunakan sebagai biaya studimu menjadi dokter spesialis jantung kan! Siapa yang rendah di sini!" serang Qaydee Zax tanpa ampun dengan sepasang mata yang menyala-nyala.

"Suatu saat nanti kau akan menyesal telah menghinaku seperti ini! Jangan berharap pada saat itu aku akan melepaskanmu begitu saja!" desis Dokter Norin Apus Brown dengan dendam dan kebencian yang memancar terang dari kedua bola matanya.

"Sudah deh! Bawa tuan putrimu itu pergi dari sini! Enyah dari hadapan kami selamanya! Jangan pernah menampakkan diri di depan Max Juliusku ini lagi!" kata Qaydee Zax kembali bergelayut manja di lengan sang lelaki tampan nirmala.

Max Julius hanya berdiri mematung. Ia terus menatap ke sosok sang gadis cantik jelita yang kini hanya menatap lurus ke depan dengan sorot mata hampa.

"Jaga tuan putrimu itu baik-baik dan anakmu yang ada dalam kandungannya itu!" cerca Qaydee Zax tanpa ampun dan terus bergelayut manja di lengan sang lelaki tampan nirmala. Ia juga mencampakkan ponsel Junny Belle Polaris tepat ke depan kedua kaki gadis cantik jelita tersebut.

"Apa kau sadar dengan apa yang barusan kaukatakan itu?" desis Dokter Norin Apus Brown dengan sinisme yang sedemikian intens.

"Apa maksudmu?" Kontan kedua alis mata Max Julius terangkat naik dan dahinya berkerut dalam. Tentu saja Qaydee Zax juga tertegun dan terkesiap di tempatnya.

"Kau sudah menjatuhkan keputusan dan pilihanmu tadi. Pergilah… Aku juga akan menitipkan pesan yang sama. Jangan pernah menampakkan dirimu di depan Junnyku lagi – selamanya…" Dokter Norin Apus Brown menekankan kata demi kata dalam kalimatnya yang terakhir itu.

"Ayo kita pergi dari sini, Max Julius Sayang…" kata Qaydee Zax memberikan dorongan kepada sang lelaki tampan nirmala untuk segera meninggalkan tempat tersebut.

Sejurus kemudian, menghilanglah bayangan Max Julius, Qaydee Zax Thomas dan bayangan ketiga anak buahnya dari hadapan Dokter Norin Apus Brown dan Junny Belle Polaris.

"Kalau kau ingin menangis sekarang, aku tidak berkeberatan meminjamkan dada dan pelukanku kepadamu…" bisik Dokter Norin Apus Brown sembari merengkuh sang gadis cantik jelita ke dalam dekapannya.

Junny Belle Polaris menenggelamkan diri ke dalam dekapan sang dokter muda tampan. Tangisannya pun bertumpah ruah di sana, begitu menyayat hati, begitu mendayu-dayu.