Chereads / 3MJ / Chapter 238 - Apakah Ini Pertemuan Terakhir Kita?

Chapter 238 - Apakah Ini Pertemuan Terakhir Kita?

"Apa yang mau kaulakukan terhadapku? Apa yang akan kaulakukan terhadapku?" Junny Belle mulai memekik panik.

Qaydee Zax hanya tersenyum sinis mengerikan. Langsung saja salah satu ketiga pria berpakaian jas hitam dan berkacamata hitam mengeluarkan sapu tangan dari kantong jasnya. Sapu tangan ditempelkan ke hidung dan seluruh wajah Junny Belle. Junny Belle yang panik ngeri hanya bisa meronta-ronta sebentar. Sesudah itu, seluruh dunianya menjadi gelap gulita – tak berpangkal, tak berujung.

Entah sudah berapa lama Junny Belle pingsan tak sadarkan diri dan berada di bawah kekuasaan Qaydee Zax yang jelas-jelas ingin melakukan tindak kekerasan terhadapnya dan menyingkirkan bayinya. Begitu dia merasakan air dingin yang menerpa wajahnya, perlahan-lahan Junny Belle Polaris mulai membuka kedua matanya. Dia mendapati dirinya kini terkulai lemah tidak berdaya di tanah kosong di bagian belakang hotel The Pride.

"Mau apa kau?" teriak Junny Belle takut-takut.

Begitu Qaydee Zax melangkah perlahan-lahan mendekati dirinya, ia merangkak mundur secara perlahan-lahan dengan sekujur tubuhnya yang bergelugut hebat.

"Kau sudah lupa apa yang pernah terjadi pada Max Juliusku bertahun-tahun yang lampau ketika ia masih tinggal di Indonesia?" tanya Qaydee Zax dengan sebersit senyuman mengerikan.

Junny Belle menelan ludah ke kerongkongannya yang tercekat. Dia benar-benar bagai telur di ujung tanduk sekarang.

"Aku akan membuatmu merasakan apa yang dirasakan oleh Max Juliusku pada waktu itu, Junny Belle Polaris! Karena begitu mencintaimu, ia harus menelan banyak kepahitan dan penderitaan selama ini! Aku akan membalaskan semua sakit hati dan penderitaannya selama ini! Kau kira kau berhak berbahagia di atas kepahitan dan penderitaan Max Juliusku! Kau terlalu banyak bermimpi!"

Dengan isyarat tangan kepada ketiga anak buahnya, Qaydee Zax memerintahkan kepada ketiga anak buahnya untuk menyiramkan bensin di sekeliling Junny Belle. Junny Belle hanya bisa melarikan pandangannya ke sekelilingnya dengan sorot kengerian yang berbaur dengan sorot ketidakberdayaan.

"Apa yang sedang kaulakukan di sini, Qaydee Jax!" hardik Max Julius yang entah sejak kapan berdiri di belakang Qaydee Zax.

Qaydee Zax serta-merta menoleh ke belakang dan hanya bisa menatap sang lelaki tampan nirmala dengan posisi tubuh yang terkesiap. Junny Belle terus-menerus menatap sang lelaki tampan tersebut dengan tatapan mata nanar dan napasnya yang terengah-engah.

Max Julius mengambil beberapa langkah lebar dan mendekati Qaydee Zax.

"Aku tidak tahan kau terus menderita dan sakit hati gara-gara perempuan murahan ini, Max Julius Sayang… Aku hanya ingin sedikit membantumu, memberimu sedikit bantuan kecil membalaskan sakit hati dan penderitaanmu selama ini…" kata Qaydee Zax berusaha bergelayut manja di lengan sang lelaki tampan nirmala.

Max Julius terus menatap Junny Belle yang tidak berdaya di hadapannya dengan sinar mata dingin nan tanpa ekspresi.

"Dia harus menerima ganjaran yang setimpal, Max Julius Sayang… Dia bahkan berani membiarkan dirinya hamil dari hubungan kalian yang bukan apa-apa itu, Sayang… Dia sungguh telah terlalu banyak berkhayal dengan mengira dia bisa mengikatmu dengan menggunakan anak dalam kandungannya itu," kata Qaydee Zax menuding Junny Belle dengan gaya bersungut-sungut.

"Kau tidak usah repot-repot menyingkirkan anak dalam kandungannya itu, Qaydee… Anak dalam kandungannya itu bukanlah anakku. Dia sendiri yang mengakuinya tadi…" kata Max Julius dingin membekukan sumsum tulang.

"Tapi, Max Julius Sayang… Dia tetaplah harus menerima hukuman karena telah membuatmu terpuruk dalam sakit hati dan penderitaan selama ini bukan? Dia kan yang secara tidak langsung memancingmu ke gudang di panti asuhan tempat tinggalmu dulu sehingga mereka jadinya berkesempatan menyalakan api di sana dan berniat mencelakakanmu?"

Mata Junny Belle sontak membesar.

"Bukan aku, Max! Bukan aku yang telah memancingmu ke sana, Max! Aku sama sekali tidak tahu mereka akan menunggumu di gudang itu, menjebakmu di sana dan kemudian menyalakan api! Aku sama sekali tidak tahu!"

"Kau masih saja berusaha berkelit ya! Orang bodoh yang mendengar kronologis kejadiannya pun bisa menarik kesimpulan kau bersekongkol dengan keempat orang itu menjebak Max Juliusku ini dalam gudang itu dan menyalakan api ingin membakarnya hidup-hidup!" tuding Qaydee Zax terus memprovokasi dendam dan kebencian lama Max Julius yang perlahan-lahan mulai membelungsing di permukaan kesadarannya.

Max Julius hanya berdiri mematung, terus menatap Junny Belle yang sudah terpojok dan terpuruk tidak berdaya di hadapannya dengan sorot mata dingin, sedingin es di Antartika.

"Kau juga akan membakarnya hidup-hidup di sini, Qaydee Zax? Aku tidak ingin berurusan dengan pihak yang berwajib ya! Aku tidak punya waktu mengurusi hal-hal yang sepele!" tegas Max Julius masih dengan sinar mata yang dingin membekukan sumsum tulang.

Junny Belle terus menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Dia sungguh tidak percaya kata-kata yang sedemikian kejam akan terlontar dari mulut lelaki yang dicintainya.

"Tidak akan membunuhnya, Sayang… Api itu tidak akan langsung mengenai dan membakarnya. Palingan dia hanya akan sesak napas tersedak karbon monoksida. Setelah dia pingsan, kita bisa mengantarnya ke rumah sakit. Dia takkan bisa menggugat kita dengan tuduhan apa pun karena di sini tidak terpasang kamera pengawas apa pun dan ponselnya sudah kuamankan di sini…" kata Qaydee Zax seraya menyeringai lebar.

Max Julius mengedikkan bahunya sembari tersenyum tipis. Junny Belle hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sinar mata tidak percaya.

Sebegitu bencikah kau kepadaku, Max? Sebegitu bencikah kau kepadaku dan ingin segera menyingkirkanku dari hadapanmu? Memang apa yang dibilang orang tua zaman dulu itu benar adanya. Jarak antara cinta dan kebencian itu begitu dekat… Jarak antara kepercayaan dan ketidakpercayaan juga begitu dekat… Sama seperti piring yang sudah retak dan direkatkan kembali… Sampai selamanya, bekasnya tetap akan terlihat…

"Aku tidak bersalah… Aku tidak bersalah… Aku tidak pernah memancingmu ke gudang itu. Aku murni hanya ingin mengajakmu ketemuan di sana pada hari itu. Aku tidak pernah bekerja sama dengan keempat orang itu untuk mencelakakanmu," desis Junny Belle lirih, di ujung ketidakberdayaannya dengan menundukkan kepalanya secara total ke tanah.

Max Julius terus berdiri tegak di hadapan sang gadis cantik jelita. Namun sesungguhnya, berbagai kemuncak perasaan tengah berkecamuk di relung sukma dan sanubarinya.

"Aku bersumpah demi langit dan bumi ini! Jika memang aku berniat mencelakakanmu pada hari itu… Jika saja aku memang bekerja sama dengan keempat orang itu untuk mencelakakanmu pada hari itu, biarlah api ini membakarku sampai aku meregang nyawa, biarlah api ini menjadi hukumanku yang setimpal. Namun, jika aku tidak bersalah, api ini takkan mengenaiku sedikit pun, api ini takkan melukaiku sedikit pun…" teriak Junny Belle dengan linangan air mata yang terus bergulir turun tiada henti, tiada rehat.