Chereads / 3MJ / Chapter 235 - Ternyata Dia hanyalah Seorang Pembohong

Chapter 235 - Ternyata Dia hanyalah Seorang Pembohong

Sampai satu jam ke depan Clark Campbell bebas mengobrol dan bercengkerama dengan Aira Antlia Dickinson. Junny Belle sibuk memasak makan siangnya dan menikmati makan siangnya di dapur. Ia sama sekali tidak berjalan ke bagian depan toko roti sampai Clark Campbell mohon pamit.

Clark Campbell berjalan keluar dari toko roti tersebut dengan sebersit senyuman lebar menghiasi wajahnya yang super tampan.

Apakah besok aku akan mampir lagi? Tentu saja aku akan mampir lagi… Kuusahakan sebaik mungkin Junny Belle tidak menangkap basah identitasku dulu. Aku akan berusaha mengajak Aira ini kencan di luar dan sedini mungkin aku akan mengajaknya naik ke atas ranjangku. Aku akan berusaha menaklukkan si Aira yang cantik memabukkan ini secepat mungkin. Secepat mungkin dia akan segera menjadi milikku…

Sambil bersiul merdu, Clark Campbell masuk kembali ke dalam mobilnya. Terdengar deru mesin mobil yang meninggalkan bangunan toko roti.

Dari balik jendela kaca toko roti, Aira Antlia Dickinson mengantar kepergian mobil Clark Campbell dengan sebersit senyuman hangat.

***

Beberapa hari berlalu…

Pagi ini lagi-lagi Junny Belle Polaris mendapati dirinya kembali berada di ballroom hotel The Pride yang sungguh mewah nan elegan. Dia berjumpa dengan Dokter Norin Apus Brown yang kebetulan ikut dengan pertemuan sesama dokter jantung yang digelar di hotel The Pride. Terlihat raut wajah Junny Belle Polaris yang sedikit cemberut nan tidak bersemangat.

"Sungguh aku tidak habis pikir… Ada begitu banyak toko roti di Sydney sini, kenapa kau bersikeras merekomendasikan toko roti kami untuk ikut ambil bagian dalam pertemuan kalian ini?" sungut Junny Belle masih dengan raut wajah masam.

"Aku ingin mereka semua tahu kelezatan roti-roti yang kaubuat, Jun…" kata Dokter Norin Apus Brown sudah agak tenang dan bisa menguasai diri hari ini. Selama beberapa hari ini dia sudah merenungkan fakta kehamilan Junny Belle dan terlihat sedikit banyak sudah bisa menerima fakta kehamilan Junny Belle itu.

Junny Belle hanya tersenyum lemah lembut menanggapi pujian Dokter Norin itu. Pas pada saat itu, Max Julius yang barusan tiba di hotelnya, yang hendak berjalan ke arah lift menuju ke ruangan kerjanya, yang tidak sengaja melewati pintu depan ruangan ballroom yang besar nan luas itu, tidak sengaja pula melihat kedekatan antara Dokter Norin Apus Brown dengan Junny Belle Polaris. Dia hanya mendengus kesal dan sinis.

"Tidak usah pedulikan mereka, Max Sayang… Sekarang kau sudah tidak ada urusannya dengan perempuan itu kan! Kau memiliki aku… Aku bisa memberikan lebih daripada apa yang bisa diberikan oleh perempuan murahan itu!" tegas Qaydee Zax yang mengekori Max Julius ke hotelnya pagi ini.

Dalam hati, sedikit banyak Qaydee Zax bersyukur telah mengikuti Max Julius ke hotelnya pagi ini. Dengan begitu, dia bisa memantau terus pergerakan dan posisi sang pangeran tampan kesayangannya. Begitu dia merasa sang pangeran tampan sudah bergerak mendekati perempuan yang menjadi saingannya itu, dia akan langsung turun tangan menindaklanjuti perkara tersebut.

Max Julius mendengus sinis dan kesal lagi. Dia meneruskan perjalanannya ke lift hotel yang langsung mengantarnya ke ruangan kerja pribadinya.

"Kau ingin minum apa? Aku buatkan untukmu… Ingin kopi?" tawar Qaydee Zax.

"Tidak… Aku tidak ingin kopi pagi ini… Buatkan aku teh hijau saja…" kata Max Julius singkat, jelas, padat, berisi. Dia tampak duduk bersandar di kursi kebesarannya dan mengurut-ngurut dagunya. Raut wajahnya sungguh masam dengan keningnya yang mengerut tajam.

Sejurus kemudian, secangkir teh hijau dihidangkan oleh Qaydee Zax di atas meja tulisnya. Max Julius menyesap teh hijau hangat tersebut sedikit demi sedikit.

"Bagaimana perasaanmu? Kau merasa agak baikan?"

"Mengapa aku harus merasa tidak baikan? Kau terlalu berlebihan… Aku hanya terlalu lelah karena ada banyak kegiatan dan acara hotel yang harus aku urus belakangan ini…" kata Max Julius masih mengurut-ngurut dagunya dengan memperlihatkan keningnya yang mengernyit tajam.

Baru saja Qaydee Zax ingin membuka mulut mengatakan sesuatu, telepon genggamnya berdering dan dia melihat ada nama ayahnya berkedap-kedip pada layar ponsel. Dia mengerutkan keningnya sejenak.

"Kenapa mendadak Ayah meneleponku di pagi-pagi begini?"

"Jawab saja… Mana tahu memang ada urusan penting…" kata Max Julius singkat.

Terpaksa Qaydee Zax menyingkir agak jauh dan menjawab panggilan ayahnya. Selang tiga sampai empat menit kemudian, dia berjalan mendekati Max Julius lagi dan berujar,

"Ada sedikit masalah dengan karyawan pabrik. Aku ke pabrik sebentar… Aku akan kembali lagi nanti siang jadi kita bisa makan siang bersama…"

"Oke… Jam dua belas kau kembali ke sini… Aku menunggumu…" kata Max Julius melirik ke arlojinya sebentar.

"Aku pergi dulu, Max Sayang… Aku mencintaimu…" kata Qaydee Zax mengulum bibir sang lelaki tampan nirmala selama beberapa detik sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan direktur utama hotel The Pride.

Max Julius tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya duduk terpaku membiarkan bibirnya dikulum oleh Qaydee Zax. Sebenarnya ia tidak berniat mencium perempuan itu pagi ini. Namun, karena tidak ingin perkara kecil berujung ke perdebatan dan pertengkaran yang tidak perlu, ia membiarkan saja Qaydee Zax mengulum bibirnya sampai perempuan itu puas.

Ada sedikit kecurigaan yang menggeligit kuncup pikiran Qaydee Zax Thomas sesaat setelah ia keluar dari ruangan direktur utama hotel The Pride. Namun, karena urusan di pabrik juga adalah urusan yang mendesak, dia tidak bisa menunda lama-lama. Ia harus secepatnya sampai di pabrik.

Sementara itu, acara pertemuan para dokter jantung sudah dimulai di ruangan ballroom hotel The Pride di lantai bawah. Dua jam setelah bergelut dengan pembicaraan dan pembahasan yang rumit nan membingungkan, akhirnya dokter-dokter tersebut diberi waktu untuk tea break. Stan yang dijaga oleh Junny Belle dan salah satu rekan kerjanya yang lain mulai dipadati pengunjung. Junny Belle melayani para dokter yang ingin mengambil ataupun membeli roti yang ia jual pada pagi hari itu.

Beberapa menit kemudian, Junny Belle Polaris juga diberi waktu untuk mendemonstrasikan bagaimana roti-roti yang ia jual diproduksi di toko rotinya. Para pengunjung berdecak kagum dan beberapa kali mereka bertepuk tangan melihat kemampuan Junny Belle yang luar biasa dalam membuat roti.

"Aku sudah menduga kau akan membuat mereka semua terpukau. Tidak salah kan aku meminta tolong padamu ke sini? Kebanyakan dokter yang hadir dalam acara pagi hari ini menyukai roti," kata Dokter Norin terus melayangkan pujian kepada Junny Belle.

Junny Belle hanya diam sedikit menunduk sembari mengulum senyumannya. Adegan kedekatan itu kembali disaksikan oleh sepasang mata menyala milik Max Julius yang terbakar cemburu.

"Laris berapa banyak pagi ini?" tanya Dokter Norin lagi.