"Maaf… Maaf… Maafkan aku, Dokter Norin… Aku benar-benar… Aku benar-benar tidak ingin merepotkanmu lebih banyak lagi… Bantuanmu selama ini kepadaku dan kepada Gover sudah lebih dari cukup. Aku bahkan tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk membalas semua bantuan dan budi baikmu selama ini. Aku tidak bisa terus bergantung padamu lagi… Aku tidak bisa terus menyusahkan dan merepotkanmu lagi…"
"Aku sama sekali tidak pernah mengharapkan balasan apa pun darimu, Jun… Aku… Aku… Aku tulus mencintaimu dan aku akan terus membantumu sebisaku. Aku sudah pernah mengatakan hal itu kepadamu bukan?"
"Maaf… Maafkan aku, Dokter Norin… Aku tidak bisa terus berutang kepadamu… Aku sadar betul segala kebaikan dan budi baikmu ini takkan sanggup aku balas seumur hidupku… Maaf… Maafkan aku…"
"Kau bisa pergi meminta bantuan Max Julius Campbell itu dan kemudian menyerahkan seluruh kehormatanmu kepadanya… Namun, kau sama sekali tidak bisa menerima bantuanku yang bahkan tidak seberapa, sepele nan tidak berarti ini… Tega sekali kau kepadaku, Jun…"
Lagi-lagi terlihat sorot kekecewaan dan sakit hati di kedua bola mata Dokter Norin Apus Brown. Junny Belle hanya bisa menunduk lirih dengan segenap perasaan bersalahnya terhadap Dokter Norin Apus Brown. Dia kehabisan kata-kata. Dia tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkannya guna meringankan sedikit kekecewaan dan sakit hati dokter muda tersebut kepadanya.
"Dan sekarang kau tengah mengandung anak lelaki brengsek itu lagi! Memangnya sudah terpikirkan apa rencanamu selanjutnya terhadap kedua benih kembar milik lelaki brengsek itu dalam kandunganmu itu!" Dokter Norin Apus Brown kini terdengar setengah menghardik setengah melolong.
Junny Belle tidak berani mengatakan dia akan melahirkan kedua anak itu dan membesarkan mereka sendirian walau nantinya kedua anak kembar tersebut akan tumbuh besar tanpa kehadiran sosok seorang ayah di samping mereka. Pada saat itu, Junny Belle lebih memilih untuk bungkam.
"Aku… Aku sama sekali tidak menyangka aku bisa hamil, Dokter Norin… Aku belum memiliki rencana apa-apa terhadap kedua anak kembar ini… Aku akan memikirkannya terlebih dahulu… Aku akan pelan-pelan memikirkannya terlebih dahulu…"
"Kau sedang menyiksa dirimu sendiri, Jun… Tidakkah kau sadar akan hal itu?" Tangan Dokter Norin Apus Brown otomatis terangkat dan membelai rambut depan sang gadis cantik jelita.
"Aku harus berangkat kerja sekarang, Dokter Norin… Jangan khawatir… Aku bisa menjaga diriku sendiri… Karena kini aku sedang hamil, sebisa mungkin aku takkan mengerjakan pekerjaan yang terlalu berat…" kata Junny Belle berusaha tersenyum semenenangkan mungkin.
"Aku sudah meresepkan beberapa obat dan vitamin. Kau bisa langsung mengambilnya dari resepsionis depan. Aku sudah membayarnya…" kata Dokter Norin Apus Brown dengan nada suara yang lebih rendah dan lebih tenang sekarang.
"Thanks… Thanks very much, Dokter Norin… Aku pergi kerja dulu…" Sambil tersenyum lemah lembut nan menenangkan, Junny Belle akhirnya meninggalkan ruangan IGD tersebut dan berlalu pergi.
Begitu pintu ruangan IGD tertutup dan bayangan sosok Junny Belle Polaris menghilang keluar, sontak Dokter Norin Apus Brown meremas-remas kertas hasil pemeriksaan kandungan Junny Belle tadi dan mencampakkannya ke lantai. Dengan delikan mata yang penuh kebencian dan kemarahan, dia menginjak-nginjak kertas-kertas di atas lantai itu.
"Sial! Sialan! Sungguh sial! Dia berhasil mendahuluiku dan kini telah menanamkan benihnya di rahim gadis yang kuincar-incar dan kuharap-harapkan sejak lama! Dasar Max Julius Campbell brengsek! Aku pasti akan menghancurkanmu suatu hari nanti! Kalau perlu, aku juga akan menyingkirkan kedua bayi kembarmu itu dari dalam rahim Junny Belle! Kita lihat saja nanti! Aku akan menggugurkan kandungan Junny Belle tanpa ia sadari!"
Tampak sebersit senyuman mengerikan merekah menghiasi wajah Dokter Norin Apus Brown yang super tampan.
***
Sialnya bagi Dokter Norin Apus Brown, di perjalanan menuju ke toko roti tempat Junny Belle bekerja, bus penuh sesak. Beberapa kali Junny Belle hampir saja terjungkal ke depan jika saja ia tidak berpegangan erat. Ketika ia sampai di toko roti tempat ia bekerja, segala obat dan vitamin pemberian Dokter Norin Apus Brown yang ia masukkan ke dalam tas tangannya sebelum ia naik ke bus, kini telah menghilang entah ke mana.
Junny Belle hanya bisa menghela napas panjang menyadari obat dan vitamin pemberian Dokter Norin Apus Brown sudah menghilang tanpa jejak, tanpa bekas. Dengan langkah-langkah yang sedikit gontai, dengan langkah-langkah kaki yang sedikit terseok-seok, Junny Belle melangkah masuk ke dalam toko roti tempat ia bekerja.
"Siang…" Junny Belle menyapa rekan-rekan kerja yang sekaligus adalah sahabat-sahabat dekatnya di kota Sydney ini.
"Kau masuk siang, Jun…" kata Tasma Jones dengan sedikit nada khawatir.
"Iya… Kondisi Gover sedikit memburuk tadi." Tentu saja Junny Belle belum berencana memberitahukan berita kehamilannya kepada ketiga teman dekatnya yang kini mulai mengerubunginya.
"Jadi bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Daniela Helena Johnson dengan cemas.
"Sudah agak baikan… Dokter memberikan bantuan dan pertolongan pertama pada saat yang tepat," kata Junny Belle menghela napas lega.
"Oke… Jangan cemas lagi… Ada Dokter Norin di sana… Aku yakin ia bisa menjaga Gover dengan baik," kata Aira Antlia menuntun Junny Belle ke sebuah meja di mana mereka sedang menyantap makan siang.
Akan tetapi, baru saja mencium bau udang goreng, kembali rasa mual menyerang dan mendera perut Junny Belle. Junny Belle segera berjalan cepat ke arah kamar mandi dan membuang segala isi perutnya di sana. Karena ia belum makan sejak tadi pagi, ia hanya membuang cairan asam lambungnya yang bening polos.
Ketiga teman dekatnya sontak saling berpandangan sesaat. Berbagai macam tanda tanya dan tanda seru mulai menggelincir di rangkup batin ketiganya.
"Kau tidak kenapa-kenapa, Jun?" tanya Aira Antlia ketika Junny Belle kembali mendekati mereka. Akan tetapi, ia tidak begitu berani mendekat ke meja makan ketiga teman dekatnya itu.
"Tidak apa-apa… Aku baik-baik saja… Aku hanya kelelahan karena sudah beberapa malam terakhir ini aku menginap di rumah sakit menjaga Gover…" kata Junny Belle berusaha tersenyum semenenangkan mungkin.
"Kau jangan terlalu lelah, Jun… Gover ada Dokter Norin yang bisa menjaga dan memantau kondisinya setiap hari dan setiap saat…" gumam Aira Antlia lagi dengan sinar mata cemas.
"Iya… Malam ini aku mau pulang ke apartemen dan tidur panjang… Aku lelah sekali beberapa hari terakhir ini…" kata Junny Belle tersenyum simpul.
"Kau sudah makan siang?" tanya Daniela Helena Johnson mengindikasikan ke makan siang mereka yang masih tersisa banyak, yang masih terhidang di atas meja makan mereka.
"Belum… Tapi aku tidak ada mood makan nasi siang ini, Friends… Aku ingin makan bubur dan sup mi halus saja… Aku akan memasaknya sendiri di dapur…" kata Junny Belle segera bergegas ke arah dapur dan menghilang dari hadapan ketiga temannya.