Chereads / 3MJ / Chapter 230 - Berutang pada Kesempurnaan yang Kauberikan

Chapter 230 - Berutang pada Kesempurnaan yang Kauberikan

Bu Desenda Taylor Campbell hanya mangut-mangut mendengarkan penuturan sang suami.

"Iya sih… Tapi yang jelas, Max Julius kita ini begitu sempurna… Kau tidak rugi deh mendengarkan nasihat temanmu itu dan mencarinya ke panti-panti asuhan yang bertebaran di Indonesia sana, Concordio… Coba saja kau anggap nasihat temanmu itu hanya angin lalu waktu itu, kini kesempurnaan itu takkan berada di rumah kita…" kata Bu Desenda Taylor sedikit riang gembira nan bersemangat.

"Kau tidak keberatan seandainya nanti Max Julius memilih salah satu dari kedua putrimu?" Pak Concordio sedikit menyipitkan kedua matanya.

"Aku tidak keberatan… Pasalnya, aku sangsi dia juga memiliki perasaan terhadap salah satu dari kedua anak kita, Concordio… Selama ini dia murni hanya memperlakukan mereka berdua seperti adiknya sendiri. Tak pernah sekali pun aku mendapati Max ini berbicara dekat, berbicara secara intim dan membagi rahasianya yang paling pribadi dengan salah satu dari kedua putri kita. Lagipula, kedua putri kita ini takkan bisa menyimpan rahasia. Seandainya saja ada sedikit sikap Max yang agak lain terhadap mereka berdua, mereka akan langsung bercerita padaku. Ini nggak…"

"Jadi, ketika pada akhirnya nanti Max tidak memilih salah satu di antara mereka berdua, kau akan bagaimana?"

"Ya tidak bisa bagaimana-bagaimana sih… Dengan atau tanpa menikahi putri kita, dia tetaplah Max Julius Campbell. Kita tetap memiliki salah satu dari tiga kesempurnaan besar dalam keluarga kita. Itu kan kata temanmu waktu itu?"

"Iya… Aku jadi penasaran sekarang… Ada tiga kesempurnaan besar… Kita memiliki salah satu dari ketiga kesempurnaan besar itu. Jadi dua kesempurnaan besar yang lain apa ya?"

"Jangan serakah… Kita harus berbagi dua kesempurnaan yang lain dengan dua keluarga lain… Biarkan mereka memiliki kedua kesempurnaan besar tersebut. Bagiku, ada satu kesempurnaan saja cukup…" kata Bu Desenda Taylor Campbell berdiri dari tempat duduknya.

"Aku mau ke gym dulu, Concordio Sayang… Pulangnya kau ingin aku belikan makanan ringan apa?" tanya Bu Desenda Taylor Campbell sedikit bergelayut manja di lengan sang suami.

"Tidak usah… Nanti kau pulang dan kita makan siang sama-sama di restoran saja…" kata Pak Concordio lemah lembut.

Kedua suami istri Campbell saling berciuman dulu sebelum sang istri berjalan ke arah ruang depan.

"Terima kasih karena sudah memberikan sedikit kesempurnaanmu kepadaku, Max Julius… Dalam hidup ini, memang aku berutang banyak pada kesempurnaanmu itu…"

Pak Concordio Campbell berdiri dari duduknya. Dia mengenakan celana pendek pagi itu. Jelas terlihat kaki kirinya itu terbuat dari besi, yang dicetak sedemikian rupa sehingga 80% menyerupai kaki yang asli. Namun, walau demikian, Pak Concordio bisa melangkah dengan ringan nan santai seolah-olah kaki besi tersebut adalah kakinya yang asli dan tersambung sempurna dengan sekujur tubuhnya.

Dengan ringan nan santai, Pak Concordio berlari-lari kecil di anak-anak tangga dan ia sampai di lantai dua rumah besarnya.

Sedikit kegembiraan menyelangkupi teluk pikiran Pak Concordio Campbell pagi itu.

***

Tentu saja seluruh karyawan dan karyawati di hotel The Pride pusat di kota Sydney begitu terperanjat kaget, terheran-heran, dan tidak percaya ketika mereka kini berkesempatan melihat wajah asli Max Julius yang tampan nirmala, yang tidak lagi terselimuti topeng. Clark Campbell dan Qaydee Zax Thomas terhenyak kaget bukan main karena penampakan wajah Max Julius Campbell sungguh tanpa cela, sungguh nirmala bak seorang dewa yang turun dari dunia kahyangan ke dunia manusia.

Qaydee Zax Thomas tak henti-hentinya mencium kedua belahan pipi sang pangeran tampan sampai-sampai sang pangeran tampan sendiri merasa sedikit risi.

"Qaydee… Ini di tempat kerja… Kau sedang menyanjungku atau sedang mempermalukanku?" tanya Max Julius sedikit menjauhkan dirinya dari Qaydee Zax.

Qaydee Zax tertawa renyah sesaat dan kemudian bergelayut manja di lengan sang pangeran tampan lagi.

"Tentu saja aku sedang menyanjungmu, Max Julius Sayang… Aku sedang memberimu ucapan selamat. Akhirnya luka bekas pada wajahmu menghilang total. Kau makan obat apa sih? Kau tidak ke dokter kulit mana pun akhir-akhir ini kan?" Qaydee Zax sedikit mengerutkan dahinya.

"Mungkin seiring dengan berjalannya waktu, luka ini mengering dan mengelupas dengan sendirinya…" kata Max Julius asal-asalan. Dia mendaratkan punggungnya ke sandaran kursi kebesarannya.

"Oke deh… Aku turut senang karena luka bakar pada wajahmu sudah tidak ada lagi… Luka bakar pada wajahmu sudah sembuh… Bagaimana kalau malam ini kita adakan sedikit pesta di rumah besar untuk merayakan kesembuhan wajahmu ini?"

"Perlukah itu…? Tidakkah kau merasa itu terlalu hiperbola?" Max Julius menaikkan kedua alisnya.

"Tentu saja perlu… Aku akan menyiapkan segalanya untuk pestamu nanti, Max… Kau tidak usah khawatir… Ini adalah suatu kesembuhan besar dalam keluarga Campbell yang patut dirayakan…" kata Qaydee Zax dengan mata berbinar-binar.

"Tapi jangan malam ini deh… Sabtu malam minggu depan saja, bagaimana…? Ada beberapa acara hotel yang harus aku selesaikan dulu dalam minggu ini, Qaydee…" sahut Max Julius sedikit merasa terperengah.

"Tidak masalah… Aku akan persiapkan nanti… Kita akan mengundang semua kolega dan tamu terhormat keluarga Campbell dan The Pride… Mereka semua akan terkejut melihat wajahmu yang benar-benar tampan sempurna, Max Julius Sayang…"

Dengan suasana hati yang riang gembira, Qaydee Zax mencium bibir Max Julius yang seksi menggemaskan sebelum akhirnya ia berlalu keluar dari ruangan sang lelaki tampan nirmala.

Gosip mengenai wajah sang direktur tertinggi yang begitu tampan memukau, tampan nirmala, dan tampan memesona sudah mengalun di seantero hotel The Pride.

"Tidak kusangka sang direktur kita itu sungguh tampan bak seorang model…"

"Selama ini dia mengenakan topeng sehingga tidak terlihat wajahnya secara jelas. Mendadak saja pagi ini dia membuka topengnya. Wow… Wajahnya seperti wajah seorang malaikat yang nyaris tanpa cela dan tanpa cacat – begitu sempurna dan memesona."

"Beruntung sekali si Qaydee Zax Thomas itu bisa bersanding dengan Max Julius Campbell kita. Seandainya tidak ada si Qaydee Zax itu, aku akan mencoba peruntunganku dengan mendekati Max Julius Campbell kita. Mana tahu saja aku beruntung…"

"Dia begitu sempurna… Dia sepertinya bukan manusia… Dia benaran seorang malaikat, seorang dewa yang turun dari dunia kahyangan di atas sana…"

Begitulah selentingan dari para karyawati hotel The Pride yang telah berpapasan dengan Max Julius Campbell dan melihat wajahnya secara langsung.

Sejurus setelah kepergian Qaydee Zax Thomas, masuklah Clark Campbell ke dalam ruangan sang direktur tertinggi. Sang direktur yang sedang menandatangani beberapa dokumen, menghentikan pekerjaannya sejenak dan menoleh ke saudara sepupu yang langsung duduk di hadapannya tanpa dipersilakan.

"Jangan bilang kau ke sini hanya untuk melihatku saja…" kata Max Julius mendengus ringan dan menyelesaikan tanda tangannya pada dokumennya yang terakhir.

Max Julius mengesampingkan dulu dokumen-dokumen tersebut dan berkonsentrasi dalam percakapannya dengan sang saudara sepupu.

Clark Campbell meledak dalam tawa renyahnya.