"Oke… Aku mengerti maksudmu, Vallentco… Aku jadi bisa menikmati hari ini deh… Hari ini akan menjadi mimpi terburuk bagi si Max Julius itu. Ayo kita ke sana…" ajak Jay Frans Xaverius.
Karena terlalu serius memperhatikan ke dalam kantin sekolah, Max Julius sama sekali tidak melihat Adam Levano Smith sudah berjalan masuk ke dalam kantin dari arah belakangnya. Tentu saja kedua mata Max Julius terbelalak lebar seketika tatkala ia melihat sosok Adam Levano Smith kini sudah berada di dalam kantin dan berdiri tepat di depan Junny Belle Polaris.
Seluruh teman perempuan Junny Belle Polaris bersorak riuh.
"Wow… Pangeran tampan Adam Levano Smith akhirnya datang… Kami bilang juga apa, Jun…" kata beberapa teman perempuan Junny Belle Polaris serempak.
"Happy birthday, Junny… Ini hadiah dariku… Semoga kau menyukainya…" kata Adam Levano Smith menyerahkan bungkusan kecil dalam genggaman tangannya kepada Junny Belle dengan sebersit senyuman cerah.
Junny Belle menjadi serba salah dan tidak tahu apa yang mesti dikatakan dan diperbuatnya. Dia merasa bagai makan buah simalakama pada saat itu.
Max Julius memperhatikan adegan tersebut dengan tangan yang terkepal, dengan rahang yang mengeras, dan dengan darah yang sudah mendesir sampai ke ubun-ubun. Karena terus memperhatikan ke dalam kantin sekolah international plus tersebut, dia sama sekali tidak tahu Vallentco dan Jay sudah mendekatinya secara diam-diam dari belakang. Sontak saja kedua pasangan homo tersebut merebut hadiah boneka Doraemon dari genggaman tangannya dan segera berlarian masuk ke dalam kantin.
"Hei! Lihat semuanya! Max Julius itu juga membeli hadiah buat Junny Belle kita!" teriak Jay Frans Xaverius sembari mengeluarkan boneka Doraemon tersebut di dalam kantin, di hadapan Junny Belle dan teman-temannya.
Max Julius berlari masuk ke dalam kantin, berhenti tepat di depan Junny Belle dan kawan-kawannya dengan napas yang tersengal-sengal. Semua pasang mata kini mengarah padanya. Junny Belle secara tidak sadar mengangkat kedua tangannya menutupi mulutnya dengan kedua matanya yang mulai membesar.
"Max Julius tidak berani memberikannya langsung kepada Junny Belle kita! Kalian tahu kenapa…? Hadiah boneka seperti ini siapa pun bisa membelinya! Hanya berharga tidak lebih dari buku pelajaran bahasa Inggris kita!" teriak Vallentco Harianto dan kemudian ia meledak dalam tawa renyahnya yang sungguh menghina nan melecehkan.
"Kembalikan barangku!" hardik Max Julius dengan nada suara yang mulai meninggi satu oktaf.
Berbagai sorot mata kini mengarah ke diri Max Julius. Ada sorot mata yang terharu, ada sorot yang iba, ada sorot yang kagum, dan ada sorot yang menghina nan melecehkan. Adam Levano Smith juga menatap ke sosok Max Julius dengan sebersit senyuman sinis yang melecehkan.
"Tentu saja akan aku kembalikan! Siapa yang sudi lama-lama memegang benda murah yang tidak berharga seperti ini, tidak lebih dari sampah-sampah di pasar loak!" dengus Vallentco Harianto dengan sinis.
"Iya… Tangan pun bisa alergi jika memegangnya terlalu lama…" kata Jay Frans Xaverius juga dengan sinisme dan sarkasme yang sama.
Jay Frans Xaverius merebut boneka Doraemon tersebut dari genggaman tangan pasangan homonya dan langsung melemparkan boneka tersebut ke meja makan yang dipenuhi dengan gelas-gelas dan piring-piring bekas makan orang. Tentu saja dalam sekejap boneka yang bersih menjadi kotor terkena noda minuman dan makanan bekas orang. Boneka Doraemon tersebut berguling lagi dan akhirnya terjatuh ke lantai.
"Sorry… Tidak sengaja… Terjatuh ke lantai… Kalau mau ambil, ambil sendiri sana ya…" Jay Frans Xaverius tertawa menghina nan melecehkan.
"Jadi laki-laki gentle sedikit dong… Jangan hanya berani memantau dari luar saja, hanya berani memperhatikan dari kejauhan saja… Kalau memang menyukai dan memiliki perasaan, ambil boneka itu sekarang juga dan berikan pada cewek yang kausukai…" Vallentco Harianto menambahkan garam ke atas luka harga diri Max Julius yang sudah tersayat dan tergores tadi.
Terpuruklah harga diri Max Julius hingga ke dasar Palung Mariana. Hancurlah seluruh dunia latar belakangnya. Akan tetapi, cintanya takkan pernah hancur. Ketulusan perasaannya yang ditujukannya kepada Junny Belle sama sekali tidak bisa hancur hanya karena penghinaan yang dilakukan oleh Vallentco Harianto dan Jay Frans Xaverius kepadanya hari ini. Dengan berani, Max Julius mengambil boneka Doraemonnya dan memberikannya kepada Junny Belle.
"Happy birthday, Jun… Ini hadiahku… Semoga kau menyukainya…" kata Max Julius menatap Junny Belle dengan sorot mata lemah lembut dan penuh cinta.
Di luar dugaan semuanya, Junny Belle malah menerima hadiah boneka Doraemon tersebut. Tampak Junny Belle Polaris yang memeluk erat boneka Doraemon tersebut di depan semua orang di dalam kantin tersebut. Sontak saja senyuman sinis nan melecehkan yang penuh dengan kepuasan dan kemenangan, yang terpancar dari wajah Vallentco Harianto, Jay Frans Xaverius dan Adam Levano Smith memudar seketika dan berganti dengan mimik wajah yang terhenyak nan terperanjat kaget.
Teman-teman Junny Belle Polaris bertepuk tangan. Memang sebagian besar dari mereka tidak menyukai sikap angkuh dan congkak dari Adam Levano Smith selama ini. Jadi, begitu Junny Belle menerima hadiah boneka Doraemon dari Max Julius hari ini, mereka turut bergembira dan menyemangati.
Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi. Terlihat semua murid sekolah tersebut mulai bergerak ke arah pintu depan dan pintu belakang sekolah tersebut.
Hancurlah dunia latar belakang Adam Levano Smith. Sungguh dia tidak menyangka Junny Belle akan memilih hadiah dari Max Julius yang tidak seberapa itu daripada hadiah jam tangannya yang mahal. Sungguh dia sudah keliru menilai Junny Belle Polaris selama ini. Ternyata dia jauh berbeda dengan anak-anak perempuan yang rata-rata materialistis yang dikenalnya selama ini. Adam Levano Smith sungguh bagai tercampak ke dasar Palung Mariana yang paling dalam.
"Thanks very much, Max… Aku menyukainya…" desis Junny Belle lemah lembut, juga dengan senyuman lemah lembut yang mendekorasi wajah cantiknya yang sungguh sempurna.
Sekali lagi teman-teman perempuan Junny Belle bertepuk tangan dan bersorak riuh di sekitar mereka.
"Sorry… Ada sedikit yang ingin kubicarakan dengan Junny Belle…" kata Max Julius menatap Vallentco Harianto, Jay Frans Xaverius dan Adam Levano Smith dengan tajam.
Terpaksa Vallentco Harianto dan Jay Frans Xaverius memberikan sedikit jarak kepada Max Julius dan Junny Belle. Max Julius langsung menggandeng tangan sang bidadari cantik kesayangannya dan mereka berdua segera berlalu dari kantin sekolah tersebut. Terdengar derai tepuk tangan dan sorak riuh yang masih membahana di belakang mereka.
Satu per satu anak-anak perempuan mulai meninggalkan kantin sekolah. Terdengar bisik-bisik dan selentingan-selentingan di antara mereka sesama perempuan.
"Kok bisa ya Junny Belle memilih Max Julius yang kita semua tahu hanyalah seorang anak panti asuhan yang bisa bersekolah di sini hanya dengan mengandalkan beasiswa?"
"Tentu itu yang menjadi nilai tambah bagi Max Julius di mata Junny Belle kita dong…"
"Kenapa kau bisa berpikir begitu?"