Junny Belle mulai mengepalkan tangan dan mengeraskan rahangnya.
"Ternyata kau juga sama sepertiku… Kupikir dirimu itu begitu suci… Ternyata demi uang, kau juga bisa menghalalkan segala cara, termasuk menjual lekuk-lekuk tubuhmu itu dengan angka yang lumayan fantastis… Hahaha…"
"Karena kita sama, aku rasa tidak ada yang perlu dibanding-bandingkan bukan?"
"Tentu saja ada… Aku sekarang berada di atas; kau berada di bawah… Max Julius akan menikah denganku sebentar lagi. Dia sangat membencimu, dan dia takkan pernah kembali padamu lagi. Itulah perbandingan yang ada di antara kita sekarang…"
"Kalau kau sudah puas menghinaku, pintu ada di sebelah sana…" kata Junny Belle sedikit ketus. Air matanya sudah berlinang dan siap-siap untuk bergulir turun.
"Ckckck… Sampai rela kauserahkan tubuhmu itu kepada Max Juliusku hanya demi mendapatkan uang 100 ribu itu ya… Entah aku harus bilang kau itu terlalu jago berhitung atau terlampau bodoh ya… Kau jangan pernah berpikir dengan menyerahkan tubuhmu itu kepada Max, Max akan langsung kembali bertekuk lutut padamu ya… Kau juga jangan berani-berani berencana untuk membiarkan dirimu mengandung anak Max. Karena aku takkan mendiamkannya begitu saja…" cetus Qaydee Zax dengan sepasang mata yang menyala-nyala.
"Aku akan mengandung dan melahirkan anak Max… Oke… Aku mengaku kalah darimu… Aku kalah cepat darimu sehingga aku kehilangan Max sekarang. Namun, aku akan mengandung anak Max. Dalam hal itu, kupastikan aku takkan kalah darimu. Aku akan memiliki satu bagian yang teramat penting dari Max."
"Kau tidak takut aku akan melakukan berbagai macam cara untuk menyingkirkan bayimu itu?" desis Qaydee Zax dengan nada mengerikan.
"Coba saja… Tes saja dan kau akan tahu apa yang akan kuperbuat kepadamu…" kata Junny Belle menantang Qaydee Zax dengan segenap keberaniannya.
Mendadak satu tamparan pedas mendarat di wajah Junny Belle. Junny Belle jatuh tersungkur di sofa panjang yang terletak di bagian depan toko.
"Murahan kau! Dasar jalang! Kau pikir kau bisa menggunakan anak itu untuk mengikat Max Julius dan merebutnya dariku! Kau pikir jalanmu akan mudah dalam mendapatkan Max Julius! Mau sampai kapan kau ingin merebut apa yang kumiliki, Junny Belle! Mau sampai kapan kau ingin memiliki segala yang kumiliki!"
"Kaulah yang ingin merebut Max Juliusku! Kau ingin merebutnya dariku padahal jelas-jelas kau tahu ia sama sekali tidak mencintaimu! Kau memfitnahku di hadapannya sehingga ia membenciku seperti sekarang! Siapa yang perempuan murahan di sini! Siapa yang jalang di sini!"
Tamparan didaratkan lagi ke wajah Junny Belle. Junny Belle yang sakit-sakitan memang sedikit lebih lemah apabila dibandingkan dengan Qaydee Zax yang sehat dan normal. Pukulan bertubi-tubi terus didaratkan Qaydee Zax ke wajah dan seluruh kepala Junny Belle. Junny Belle memekik nyaring karena ia mulai kewalahan menghadapi serangan Qaydee Zax yang beruntun nan bertubi-tubi.
Mendadak saja terasa semacam ada cairan cokelat panas yang tersiram ke punggung Qaydee Zax. Merasa kepanasan pada daerah punggungnya, serangannya terhadap Junny Belle menjadi terhenti. Sambil memekik nyaring juga, dia berbalik ke belakang dan melihat tiga teman Junny Belle kini sudah berdiri di sana dan menatapnya dengan sorot mata menantang.
"Siapa kalian!" teriak Qaydee Zax setengah histeris.
"Kau yang siapa! Berani-beraninya kau menginjakkan kaki ke sini dan membuat kekacauan!" sembur Tasma Jones tanpa ampun.
"Berani-berani kalian ikut campur ke dalam urusan yang bukan urusan kalian ya!" teriak Qaydee Zax berang. Punggungnya sekarang jadi berbau susu cokelat.
"Apa pun yang berhubungan dengan Junny Belle adalah urusan kami. Junny Belle adalah teman kami," sahut Aira Antlia Dickinson dengan sorot mata menantang.
"Asal kalian tahu saja ya… Aku bisa menghancurkan kalian dengan hanya menjentikkan jari. Dengan orang-orang suruhan ayahku, aku bisa meratakan tempat ini hanya dalam hitungan menit," kata Qaydee Zax dengan ancamannya.
"Baiklah… Coba saja kalau kau berani… Kami pastikan video penyeranganmu terhadap Junny Belle kami akan beredar di internet besok pagi. Biarkan saja masyarakat yang menilai siapa yang menjadi korban dan yang menjadi tersangka di sini…" Daniela Helena Johnson balik mengancam tanpa keder sedikit pun.
Qaydee Zax tidak bisa berkutik lagi. Diperhatikannya ke sudut kanan di atasnya. Memang ada suatu kamera pengawas yang terpasang dengan rapi di sana.
"Sudah terlambat jika sekarang kau barusan ingin memeriksa apakah di toko ini ada dipasang kamera pengawas atau tidak…" kata Tasma Jones dengan nada menyindir nan mengejek.
"Awas saja kalau kita ketemu di lain tempat suatu waktu nanti… Aku takkan melepaskan kalian begitu saja… Dan kau, Junny Belle… Awas saja jika kau sampai hamil… Seandainya saja nanti kau hamil dan berita itu sempat terdengar ke telingaku, aku takkan segan-segan menyingkirkan bayimu itu. Aku tidak main-main. Jangan salahkan aku tidak pernah memperingatkanmu sebelumnya ya!" desis Qaydee Zax dengan sorot mata mengerikan.
Junny Belle hanya bisa meledak dalam isak tangis menganak sungai sepeninggal Qaydee Zax. Ketiga temannya, terutama Aira Antlia, terus memberinya dukungan, penghiburan dan dorongan semangat.
"Bagaimana mungkin kau akan hamil, Jun?" tanya Tasma Jones dengan kedua bola mata yang membeliak lebar.
"Kau menyerahkan keperawananmu begitu saja kepada lelaki yang menjadi suami atau kekasih dari gadis kaya raya tadi? Siapa gadis kaya raya tadi, Jun?" tanya Daniela Helena Johnson.
Junny Belle hanya terus menangis. Tak sepatah kata pun yang terlontar keluar dari mulutnya. Daniela Helena Johnson dan Tasma Jones yang penasaran masih saja terus memberondongnya dengan berbagai macam pertanyaan. Aira Antlia yang iba pada sang sahabat, hanya bisa meraih sang sahabat ke dalam pelukan kehangatannya.
"Cukup, Daniela, Tasma… Biarkan Junny Belle beristirahat dulu dengan tenang malam ini…" kata Aira Antlia setengah menghardik.
Daniela Helena Johnson dan Tasma Jones terdiam dan saling berpandangan sesaat.
"Aku ingin pulang sekarang, Kawan-kawan… Aku ingin beristirahat dan menenangkan diri dulu. Esok hari aku akan menjelaskan semuanya kepada kalian. Bisakah…?" pinta Junny Belle lirih.
Daniela Helena Johnson dan Tasma Jones saling bertukar pandang dengan dahi yang berkerut dalam-dalam. Akan tetapi, karena tidak tega melihat keadaan Junny Belle pada saat itu, mereka hanya bisa mengangguk mengiyakan.
"Aku bawa Junny pulang dulu ke apartemennya… Sampai jumpa besok ya, Friends…" kata Aira Antlia langsung membawa Junny Belle keluar dari toko roti tempat mereka bekerja.
Tasma Jones dan Daniela Helena Johnson mengikuti keduanya dari belakang.
Keriap bingung menggeligit kuncup pikiran Tasma Jones dan Daniela Helena Johnson.