Gerunyam isi hati Junny Belle yang sebenarnya terus mengalun tiada henti.
"Kenapa tidak menjawab?" tanya Max Julius lagi, mulai merasa deg-degan.
"Aku… Aku… Aku membutuhkan uang 100 ribu, Max… Aku… Aku sangat membutuhkannya…" jawab Junny Belle sembari memejamkan kedua bola matanya erat-erat. Dia sudah menyiapkan mental dengan kemarahan dan kebencian Max Julius yang sebentar lagi akan meledak.
Benar saja… Seakan langit runtuh menimpa tubuh Max Julius dan hanya menyisakan puing-puing. Dia kembali hancur dengan penolakan Junny Belle, lagi dan lagi.
"Lagi-lagi kau menolakku, Junny Belle… Kenapa kau terus menolakku? Kenapa kau tidak pernah memedulikan semua pengorbanan dan cintaku kepadamu selama ini? Apa kekuranganku, Junny Belle? Katakan apa kekuranganku, hah!" Suara Max Julius mulai meninggi. Kembali terasa napasnya yang tersengal di tengkuk belakang Junny Belle.
"Maaf… Maafkan aku, Max… Maafkan aku…" kata Junny Belle lirih. Dia terus memejamkan kedua bola matanya dengan erat.
"Aku tidak membutuhkan maaf darimu. Aku tidak menginginkan maafmu. Aku hanya menginginkan cintamu. Sesulit itukah kau membalas perasaanku selama ini? Sesulit itukah kau mencintaiku…?" tanya Max Julius dengan nada geram. Pelukannya pada perut Junny Belle semakin erat dan kencang.
Junny Belle mulai meringis kesakitan. "Lepaskan aku, Max… Lepaskan aku…" pinta Junny Belle lirih.
Mendengar itu, pelukan Max Julius kembali melembut. Dia melonggarkan pelukannya pada Junny Belle.
"Aku membayarmu kan? Kau masih menjadi milikku sekarang kan, Darling…? Aku masih bebas melakukan apa pun terhadapmu bukan?" Terdengar tawa sinis sang lelaki tampan nirmala yang mengerikan di belakang Junny Belle.
Junny Belle menelan ludah ke dalam kerongkongannya yang tercekat. Dia hanya mengangguk ringan dan cepat.
"Oke… Buka matamu… Tatap aku… Layani aku lagi… Aku masih belum puas… Aku ingin terus menikmati tubuhmu karena aku sudah membayarmu dengan mahal…" Tampak senyuman sinis yang mengerikan di wajah tampan nirmala Max Julius.
Max Julius membombardir wajah, leher dan sepasang bibir sang gadis cantik jelita dengan ciuman yang bertubi-tubi, sedikit kasar dan sedikit agresif. Akan tetapi, dirasakannya sang gadis cantik jelita juga membalas ciumannya. Sesekali Junny Belle akan mengulum sepasang bibir sang lelaki tampan nirmala, dan sedikit berani melakukan permainan lidah di dalam mulut sang lelaki tampan nirmala.
Max Julius kembali merasa aneh nan terheran-heran. Berkali-kali gadis ini menolaknya. Akan tetapi, berkali-kali juga gadis cantik jelita ini tidak pernah menolak segala cinta, perhatian dan pengorbanannya. Malah terkadang gadis cantik jelita ini terkesan seolah-olah sedang memanfaatkan waktu-waktunya yang terbatas dalam membalas segala cinta, perhatian dan pengorbanan Max Julius.
Max Julius mulai bertanya-tanya dalam hati. Apa sebenarnya yang tengah dipikirkan oleh sang gadis cantik jelita ini? Apa sebenarnya yang diinginkan oleh sang gadis cantik jelita ini?
"Tatap aku… Panggil namaku, Darling…" Max Julius terus menggeram, terjebak di tengah-tengah cinta, gairah, kebencian, dan kemarahannya.
"Aarrhh, Max… Max…" Terdengar desahan tiada henti Junny Belle ketika Max Julius mempercepat pergerakan memompanya dan membawa mereka berdua menuju puncak. Tanpa sadar, tangan Junny Belle mulai naik, membelai-belai rambut, kepala hingga wajah Max Julius yang tampan nirmala. Tanpa sadar pula, tangan Junny Belle mulai melingkar di leher Max Julius dan mendekatkan kepala sang lelaki tampan nirmala itu ke tubuhnya.
Max Julius kembali dari alam lamunannya ke alam realita. Seolah-olah gadis yang ditidurinya itu adalah Junny Belle, Max Julius mulai meracau tak terkendali tatkala dirasakannya dia sudah hampir mencapai titik puncak pelepasannya.
"Darling… Darling… Aku ingin keluar sekarang, Darling…" desah Max Julius. Akan tetapi, dia masih bisa mengendalikan kewarasannya sehingga tidak terlontar keluar nama wanita lain di hadapan Qaydee Zax ini.
"Keluarkan di mana pun yang kauinginkan, Sayang… Jangan ditahan…" desah Qaydee Zax tiada henti.
Di luar dugaan Qaydee Zax, Max Julius malah mencabut senjata pamungkasnya dari liang kenikmatannya, mencabut alat pengaman yang dikenakannya sesaat sebelum mereka berhubungan tadi, dan malah menyemburkan sari-sari vitalnya ke atas perutnya. Sekelumit kecewa tergores dalam relung hati Qaydee Zax Thomas. Sebelumnya dia sudah mengira Max Julius tak bakalan mengenakan pengaman dan bakalan menembakkan sari-sari vitalnya ke dalam rahimnya. Namun, dia sungguh salah sangka. Tetap saja Max Julius mengenakan pengaman dan malah menembakkan sari-sari vitalnya di atas perutnya.
Terdengar napas sang lelaki tampan nirmala yang masih ngos-ngosan setelah dia menyalurkan semua perasaan, hasrat, dan cintanya. Akan tetapi, Qaydee Zax sama sekali tidak tahu-menahu sesungguhnya semua perasaan, hasrat dan cinta sang lelaki tampan nirmala yang tersalurkan malam itu bukanlah untuknya, melainkan untuk perempuan lain. Dia menepiskan setitik kekecewaan yang sempat terbit dalam relung sanubarinya tadi. Dia meraih kedua belahan pipi sang lelaki tampan sembari memancarkan sebersit senyuman cerah, dan kemudian mendaratkan kecupan mesra ke bibir sang lelaki tampan yang seksi menggemaskan.
Max Julius juga hanya tersenyum tipis. Dia berbaring di samping Qaydee Zax. Dia langsung terlelap beberapa detik setelah itu, membawa semua kebingungan, cinta dan beragam tanda tanya yang ada ke alam mimpi. Hilang sudah rencananya tadi untuk mengusir Qaydee Zax keluar dari apartemennya secara halus.
Qaydee Zax Thomas menyentuh wajah dan leher Max Julius. Dia membelai-belai dada telanjang lelaki itu yang bidang, tegap, kekar nan bedegap. Terdengar gerunyam senandika Qaydee Zax dalam padang sanubarinya.
Aku begitu mencintaimu, Max… Aku sudah menempuh perjalanan jauh yang penuh dengan rintangan sehingga ada waktu sekarang ketika kita begitu dekat dan kau tengah berbaring di sampingku sekarang setelah kita mengekspresikan cinta dan hasrat kita. Aku takkan rela melepaskanmu untuk perempuan lain, Max… Aku takkan pernah menyerahkanmu ke tangan perempuan lain, terutama si Junny Belle Polaris itu… Aku akan melakukan apa saja untuk memisahkanmu darinya… Apa saja…
Mungkin di sudut yang paling pojok dan paling sudut dalam hatinya, Qaydee Zax sedikit banyak bisa merasakan setitik kecurigaan, kecurigaan bahwasanya Max Julius selama ini tidak pernah memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Mungkin saja selama ini dia sudah curiga bahwasanya lelaki tampan itu bersama-sama dengannya hanya untuk menjadikan dirinya sebagai tempat pelarian karena terus ditolak oleh Junny Belle Polaris itu dan juga karena merasa berutang budi padanya.
Qaydee Zax menghela napas panjang. Dia merebahkan kepalanya ke dada bidang, tegap, kekar nan bedegap milik Max Julius. Qaydee Zax juga terlelap ke alam mimpi tak lama setelah itu.