Chereads / 3MJ / Chapter 210 - Cinta & Ketulusan Max Julius terhadap Junny Belle (bagian 1)

Chapter 210 - Cinta & Ketulusan Max Julius terhadap Junny Belle (bagian 1)

"Oh…" jawab Max Julius ala kadarnya.

Max Julius tahu percuma saja mengusir Qaydee Zax. Dia melebarkan daun pintunya dan membiarkan wanita itu berjalan masuk dengan riang. Kemudian dia menutup kembali pintu apartemennya.

"Ada apa kau ke sini?" tanya Max Julius yang mengikuti langkah-langkah kaki sang kekasih. Max Julius mengikuti wanita itu duduk di sofa ruang tamu apartemennya.

"Tentu saja aku merindukanmu, Pangeranku…" Qaydee Zax membelai-belai wajah sang pangeran tampan sejenak.

"Kau belum makan?" tanya Qaydee Zax lagi.

"Sudah… Tadi dalam perjalanan pulang dari gym, aku sudah makan. Kau belum makan?" tanya Max Julius hendak beranjak dari tempat duduknya dan membuatkan makan malam untuk sang kekasih pujaan hati yang telah menemaninya sejak usia mereka belasan hingga hari ini.

Qaydee Zax menarik lembut tangan sang pangeran tampan, dan menghentikan langkah-langkah lelaki itu.

"Aku sudah makan… Aku ke sini bukan karena ingin memakan masakanmu, Max. Aku ke sini memang karena aku merindukanmu, Sayang…" kata Qaydee Zax dengan suara yang mulai sayu nan parau.

Max Julius terduduk kembali di sofa ruang tamu apartemennya. Jaraknya dengan Qaydee Zax semakin dekat saat ini. Dia memang benar-benar tidak ada mood untuk bercinta dengan Qaydee Zax malam ini. Akan tetapi, dia juga tahu dan mengerti akan sulit sekali menyingkirkan dan mengusir wanita itu secara halus. Yah, daripada dia bersusah payah memikirkan bagaimana cara menyingkirkan dan mengusir wanita itu secara halus, alangkah baiknya dia menerima dan menikmatinya saja, bukankah begitu?

"Sebenarnya aku sedang tidak ada mood untuk bercinta malam ini, Sayang…" kata Max Julius mencoba usahanya yang terakhir untuk menyingkirkan wanita itu secara halus.

Akan tetapi, tangan-tangan nakal Qaydee Zax tetap bersemangat menggerayangi wajah hingga leher dan akhirnya membelai-belai dada kekar, bidang, tegap, bedegap lelaki tampan nirmala tersebut.

"Apa yang terjadi padamu seharian ini, Sayang? Kenapa dirimu bisa menjadi tidak bersemangat seperti ini?" tanya Qaydee Zax dengan sorot mata yang begitu sayu dan begitu digenangi gairah.

"Ada sedikit kericuhan dengan Adam Levano Smith dan Lolita Jacqueline Smith di hotel tadi siang," jawab Max Julius singkat ala kadarnya.

"Kau sudah berhasil menghancurkan mereka, Sayang?"

Max Julius mengangguk cepat dan mantap.

"Dengan demikian kau sudah berhasil membalaskan semua dendammu kan, Sayang? Kau sudah menghancurkan pasangan homo Vallentco Harianto dan Jay Frans Xaverius. Kau juga sudah menghancurkan hidup kekasih masa kecilmu itu, si Junny Belle Polaris itu. Sekarang kau juga sudah menghancurkan hidup Adam Levano Smith dan kekasih sepanjang masanya, si Lolita Jacqueline Smith. Apa lagi yang membuatmu begitu risau dan tidak bersemangat seperti ini, Max?"

"Entahlah… Aku hanya merasa begitu tidak ada mood, tidak bersemangat, dan hanya ingin menyendiri malam ini…" jawab Max Julius dengan sinar mata yang begitu redup.

"Mungkin kau ingin aku memberimu sedikit permainan. Dengan demikian, mungkin saja… mungkin saja aku bisa sedikit membangkitkan kembali semangat dan gairahmu itu, Max Julius Sayang…"

Tangan-tangan Qaydee Zax semakin nakal dan tidak terkendali. Dengan sangat cekatan, dia berhasil menanggalkan seluruh pakaian Max Julius hanya dalam hitungan detik.

"Bawa aku ke kamarmu, Sayang… Aku ingin merebahkan diri di atas tempat tidurmu sekarang…" bisik Qaydee Zax penuh gairah.

Max Julius menuruti saja apa keinginan Qaydee Zax. Dia tahu percuma saja menolak dan mengusir gadis itu secara halus sekarang. Dia akan menuruti permainan perempuan muda itu. Habis itu, dia baru akan memikirkan berbagai alasan untuk bisa mengusirnya secara halus keluar dari apartemennya.

Max Julius menggendong Qaydee Zax. Dengan langkah-langkah lebar, dia membawa perempuan itu ke dalam kamar tidurnya dan membaringkan tubuh perempuan muda itu ke atas tempat tidurnya.

Qaydee Zax melumat bibir seksi sang lelaki tampan nirmala. Untuk beberapa saat lamanya, bibir keduanya saling melumat nan bertaut. Tangan Max Julius mulai menjelajahi seluruh permukaan tubuh Qaydee Zax yang benar-benar seksi nan tanpa cela. Dengan beberapa sentakan, Max Julius berhasil menanggalkan seluruh pakaian sang kekasih pujaan yang kini berada di bawahnya. Max Julius melemparkan pakaian dan pakaian dalam Qaydee Zax ke sembarang tempat dalam kamar tidurnya.

Max Julius berdiri untuk sesaat dan menanggalkan undies warna cokelat gelap yang dikenakannya. Terlihat Qaydee Zax menggigit bibir bawahnya melihat seluruh penampakan tubuh Max Julius Campbell yang terpahat nan tergurat sempurna. Sambil tersenyum tipis, Max Julius kembali merebahkan dirinya di atas tubuh Qaydee Zax yang sudah menggelinjang hebat penuh dengan gairah yang menggelegak ke permukaan.

Perlahan tapi pasti, Max Julius mulai memasukkan miliknya ke dalam tubuh Qaydee Zax. Tubuh perempuan muda itu menggelinjang hebat. Terdengar desahan, erangan dan raungan Qaydee Zax yang tiada henti tatkala Max Julius membawanya melambung tinggi ke surga ketujuh dengan gerakan memompa dalam berbagai posisi dan berbagai gaya.

Mendadak entah dari mana datangnya, bayangan Junny Belle kembali hadir dalam benak pikiran Max Julius. Sosok gadis muda yang selalu tersenyum manis ke arahnya, sosok gadis muda yang selalu memanjakannya dengan berbagai masakannya yang menggugah selera, sosok gadis muda yang selalu menghiburnya setiap kali dia merasa sedih dan terpuruk, dan sosok gadis cantik jelita yang kemarin malam akhirnya menyerahkan kegadisannya dan semua yang dimilikinya kepada Max Julius – kembali melungkup di benak pikiran sang lelaki tampan nirmala, kembali memporak-porandakan dunia hati nurani dan padang sanubarinya.

Pikiran Max Julius tak kuasa kembali melayang ke apa yang terjadi antara dirinya dan sang gadis cantik jelita di apartemennya yang lain kemarin malam.

Terdengar bunyi pintu yang dibuka. Tentu saja Junny Belle yang sudah menunggu di dalam sejak satu jam yang lalu merasa terkesiap bukan main. Jantung mulai berpacu dalam kecepatan tinggi. Darah mulai mengalir dengan kecepatan di atas normal. Tubuh mulai terasa panas dingin silih berganti.

Max Julius masuk ke dalam apartemennya sendiri. Dia melemparkan tas kerja ke salah satu sofa yang ada di ruang tamu. Dia mulai menatap Junny Belle dengan sorot mata tidak bersahabat. Junny Belle hanya bisa berdiri kaku di tempatnya seraya sedikit menundukkan kepalanya. Ia sama sekali tidak berani menatap lelaki tampan nirmala yang kini berdiri di hadapannya.

Max Julius berjalan mendekat. Debar jantung Junny Belle menjadi semakin tidak terkendali nan tidak karuan.

"Kau sudah siap?" tanya Max Julius ketus.

"Iya… Aku siap, Max…" kata Junny Belle, masih dengan kepala tertunduk, tidak berani menatap ke arah Max Julius.

Tangan Max Julius membelai rambut, hingga wajah dan leher Junny Belle. Tampak rona merah delima menyelangkupi kedua belahan pipi Junny Belle. Jantung dan darah masih berpacu dalam kecepatan tinggi di dalam tubuhnya. Dia meremas-remas jari-jemari tangannya sendiri karena ia merasa begitu gugup nan tidak terdeskripsikan.