Clark Campbell kembali bergidik ngeri dan merasa bingung pada saat bersamaan.
"Astaga… Tidak adakah yang ingin menjelaskan padaku apa sebenarnya yang terjadi pada Max Julius sewaktu ia menetap di Indonesia dulu?" Clark Campbell mendengus ringan sembari bersenandika terhadap dirinya sendiri.
Clark Campbell merasa bingung nan tak terdeskripsikan.
***
Junny Belle pulang ke apartemennya yang benar-benar sederhana nan ala kadarnya. Karena penghasilannya pas-pasan dan warisan yang ditinggalkan oleh ayah ibunya sudah semakin sedikit, dia memutuskan untuk menyewakan rumah warisan ayah ibunya saja dan tinggal di apartemen yang benar-benar sederhana nan ala kadarnya ini. Hitung-hitung, uang sewa yang diterimanya dari si penyewa rumah orang tuanya bisa sedikit banyak menutupi anggaran bulanannya. Sebagian lagi uang sewa itu dia tabung untuk uang jaga-jaga mana tahu ada sesuatu di luar dugaan yang terjadi dan membutuhkan uang dadakan.
Junny Belle mulai memasak mi instan. Sejak tinggal sendiri dengan penghasilan pas-pasan dan warisan kedua orang tua sudah semakin menipis, makan mi instan sudah bukan hal yang mengherankan bagi Junny Belle. Di tengah-tengah dirinya yang sedang memasak mi instan, Junny Belle merasa sesak ingin buang air kecil. Dia mematikan sebentar kompor gasnya dan bergegas ke kamar mandi. Dia buang air kecil sebentar di kamar mandi.
Tatkala air kencing mengalir keluar, rasa perih kembali mendera bagian areal ngarai kewanitaannya. Dia meringis perih lagi sembari memegangi areal ngarai kewanitaannya.
Menit demi menit berlalu. Setelah buang air kecil yang disertai rasa perih yang masih belum sepenuhnya hilang, Junny Belle keluar dari kamar mandi. Dia meneruskan memasak mi instan yang sempat tertunda tadi. Dalam waktu sepuluh menit, mi instan pun jadi. Junny Belle membawa mi instannya ke meja mini yang menjadi satu-satunya meja di tengah-tengah ruangan apartemen sederhana nan ala kadarnya itu. Mangkuk mi instan diletakkan di atas meja. Junny Belle bersiap-siap duduk dan ingin menikmati makan malam mi instannya.
Baru saja duduk, kembali sisa-sisa rasa perih yang ada mendera perut bagian bawahnya. Junny Belle mulai bersenandika dalam padang sanubarinya.
Dua gadis muda yang di Indonesia itu bilang making love bisa membawa diri kita ke surga dan langit ketujuh. Kenapa justru aku merasa sakit dan perih seperti ini ya? Sudah hampir seharian, kenapa kok aku merasa perihnya tidak hilang total dan terasa semacam ada sesuatu yang mengganjal di bawah sini ya?
Terpaksa Junny Belle meninggalkan mi instannya sejenak dan beranjak ke dapur lagi. Dia menuangkan air dingin ke dalam teko dan meletakkan teko tersebut di atas kompor gas. Kompor gas dinyalakan dan Junny Belle tinggal menunggu air itu panas. Walau dia tidak mungkin berendam air hangat di apartemennya yang sederhana nan ala kadarnya, setidaknya dia bisa mandi air hangat dan mudah-mudahan itu bisa sedikit banyak meredakan rasa perih yang masih mengganjal di areal ngarai kewanitaannya.
Sambil menunggu air dalam teko panas, kembalilah Junny Belle ke mi instannya. Dengan rasa perih yang masih mengganjal pada perut bagian bawah, terpaksa Junny Belle menguat-nguatkan dirinya untuk duduk dan menghabiskan makan malamnya itu.
Astaganaga… Betapa tidak nyamannya… Terasa semacam ada luka-luka lecet yang begitu mengganjal di bawah sini. Bahkan akan terasa perih sekali ketika buang air kecil tadi… Oh Tuhan… Mau sampai berapa hari baru rasa perih yang sungguh tidak nyaman ini akan menghilang? Terdengar lagi senandika gerunyam Junny Belle di hati nurani yang terdalam.
Menit demi menit berlalu lagi… Akhirnya Junny Belle berhasil menghabiskan makan malamnya meski pantatnya terus berpindah posisi ketika dia menghabiskan mi instannya itu. Air dalam teko pun panas dan mulai mendidih. Junny Belle cepat-cepat berdiri dan mencampurkan air panas dalam teko ke air dingin yang ada di bak mandinya yang kecil sederhana nan ala kadarnya. Sejurus kemudian sudah terdengar suara air yang mengguyur bebas di kamar mandi.
***
Max Julius tidak pulang ke rumah besar Campbell malam itu. Dia memutuskan untuk pulang ke salah satu apartemen pribadinya saja. Di saat dia sedang memiliki banyak beban pikiran, di saat dia sedang memiliki beragam tanda tanya yang belum terjawab dalam benaknya, di saat dia sedang ingin sendirian, dia tidak ingin pulang ke rumah besar keluarga Campbell dan kemudian dicerca dengan beragam pertanyaan oleh kedua orang tua angkat dan kedua adik angkatnya.
Setelah mandi air hangat malam itu, Max Julius langsung merebahkan dirinya di atas kasurnya yang luas dan nyaman. Dengan telepon genggam yang masih ada di tangan, terlihat Max Julius mengecek beberapa surel yang masuk.
Mendadak saja, telepon genggam yang ada di tangan berdering dan tampak nama Clark Campbell yang berkedap-kedip di layar. Max Julius pun langsung menjawab panggilan dari saudara sepupunya itu.
"Ada apa?" tanya Max Julius santai.
"Tidak ke sini? Ada barang bagus malam ini… Semuanya perawan segar…" Terdengar suara Clark Campbell di tengah-tengah musik yang menghentak keras. Clark Campbell sampai-sampai harus berteriak di ponselnya guna bersaing dengan musik latar belakangnya yang menghentak keras.
"Aku tidak ada mood ke sana, Clark… Kalian saja deh…" kata Max Julius tidak bersemangat.
"Ini ada banyak perawan segar loh, Max… Bahkan ada yang dari China, Jepang, dan Korsel sana loh… Yakin kau nggak mau, Max?" tanya Clark Campbell berusaha memancing minat saudara sepupunya lagi.
"Iya… Aku benaran tidak ada mood ke sana… Lain hari saja…" kata Max Julius lagi. Dia memutuskan hubungan komunikasi lagi dan lanjut merebahkan diri di atas tempat tidurnya.
Terdengar bunyi bel pintu apartemennya. Dengan langkah-langkah gontai, dia berjalan ke arah depan dan membuka pintu apartemennya. Mata Max Julius sedikit membesar tatkala dilihatnya sosok sang kekasih – Qaydee Zax Thomas – sedang berdiri di luar apartemennya.
"Dari mana kau tahu aku bermalam di sini, Qaydee?" tanya Max Julius agak tidak bersemangat. Sesungguhnya dia ingin sendirian saja malam ini. Akan tetapi, dia tahu menolak Qaydee Zax ini sama sekali bukan opsi yang tepat. Lebih baik diterimanya saja ke dalam apartemennya terlebih dahulu dan sesudah itu baru akan dipikirkannya bagaimana caranya mengusirnya dari apartemennya ini dengan cara halus.
"Aku ke rumah besar tadi. Kata Paman Concordio dan Bibi Desenda kau tidak pulang ke rumah besar malam ini, Max… Aku tanyakan kepada Clark. Clark bilang kau pulang ke apartemenmu ini malam ini. Jadilah aku berada di sini sekarang…" kata Qaydee Zax Thomas dengan raut wajah berseri-seri.
"Oh…" jawab Max Julius ala kadarnya.