Sesuai dengan dugaan Clark Campbell sebelumnya, rapat dengan keluarga Smith tidak berjalan dengan lancar.
"Jadi ini sudah final Anda tidak menginginkan kami memperoleh 60% keuntungan dari seluruh proyek pembangunan ini?" tanya Tuan Smith berusaha merayu dan mendekati Max Julius dengan trik yang dikiranya bisa berlaku untuk sang CEO yang berhati sekeras granit dan berhati sedingin es di Antartika.
"Seharusnya kami yang mendapat keuntungan 60% itu dong, Tuan Smith… Saya kadang tidak mengerti dengan jalan pemikiran Anda ini… Iya nggak sih?"
"Kami menyediakan lahan dan juga menyediakan bahan baku…" kata Nyonya Smith mulai sedikit sengit dan defensif.
Max Julius Campbell masih terlihat santai nan tidak tergoyahkan. "Setelah hotel itu selesai, Anda-anda juga akan menamainya The Pride dan memakai manajer-manajer dan karyawan-karyawati dari sini. Jadi saya rasa… Anda mendapat keuntungan 40% dan The Pride-lah yang berhak mendapat keuntungan 60%, bukan sebaliknya…"
"Tapi, Anda hanya menyediakan nama dan karyawan-karyawati… Kami menyediakan bahan baku dan lahannya loh, Tuan Max Julius…" kata Tuan Smith berusaha membantah dengan nada suara yang selembut mungkin.
"Saya juga menyediakan dua hal… Saya menyediakan karyawan-karyawati unggulan saya untuk proyek ini. Dan, Anda-anda jangan lupa satu hal, Tuan & Nyonya Smith… Saya juga menyediakan satu hal yang nilainya sungguh sulit terukur di sini. Saya menyediakan nama 'The Pride' yang good will-nya bahkan berkali-kali lipat lebih mahal daripada harga lahan dan bahan-bahan baku yang Anda sediakan itu. Bukankah begitu?"
Max Julius melipat kedua tangannya di dada. Dia menyandarkan kepalanya ke kursi dan menatap kedua lawan bicaranya dengan raut wajah sinis dan setengah mengejek.
Kedua suami istri Smith hanya bisa saling berpandangan.
"Tidak bisakah Anda mempertimbangkannya sekali lagi, Tuan Max Julius? Saya benar-benar menggunakan bahan-bahan yang berkualitas tinggi di sini," kata Tuan Smith menelan ludahnya ke dalam tenggorokannya yang serasa tercekat.
"Ya… Saya tahu… Saya sudah pernah turun ke lapangan dan memeriksa sendiri kualitas dari bahan-bahan yang sudah Anda pesan…" kata Max Julius santai di tempatnya.
"Dan Anda sudah menyuruh orang-orang Anda bukan untuk mengecek dan memeriksa kualitas dari bahan-bahan yang sudah saya pesan?" Tuan Smith membuat penegasan sekali lagi.
"Iya… Tapi tetap saja itu tidak mengubah keputusan saya… Karena tetap saja harga good will saya jauh lebih mahal daripada total harga semua bahan dan lahan yang Anda sediakan…" Max Julius terlihat tersenyum sinis lagi.
Kedua suami istri Smith saling berpandangan sesaat lagi. Suami Smith terlihat kembali menelan ludah ke dalam kerongkongannya yang tercekat. Istri Smith terlihat mulai merasa jengkel dengan kerutan dalam di dahinya karena ternyata anak muda yang ada di hadapannya ini tidak sesederhana dan segampang yang ia duga.
"Oke… Baiklah… Kalau begitu, bagi rata 50%-50% saja, Tuan Max Julius…" Terpaksa Tuan Smith menjilat kembali ludahnya dan memungut kembali kepingan-kepingan harga dirinya.
Jelas di sini Tuan Smith yang ingin mendompleng nama tenar The Pride untuk menyukseskan proyek pembangunan hotel terbarunya di Adelaide. Tanpa mendompleng nama tenar The Pride, perusahaan konstruksinya takkan dikenal oleh bos-bos besar lainnya. Jadi untuk mengangkat nama konstruksinya ke kancah nasional di seluruh Australia, terpaksa dia mencari Max Julius Campbell ini dan sedikit merendahkan martabat dan harga dirinya memohon-mohon kepada si anak muda sombong dan angkuh ini.
Max Julius menggeleng dengan ringan nan santai.
"Tidak… Tetap kami yang seharusnya memperoleh keuntungan 60% dan kalianlah yang memperoleh 40%..."
Clark Campbell menelan ludahnya beberapa kali tatkala ia melihat awan gelap kelabu yang mulai membayang-bayangi wajah kedua pasutri Smith yang tengah duduk di hadapan mereka.
"Ini benaran tidak masuk akal! Saya tahu memang nama The Pride Anda ini sudah terkenal dan mendunia! Tapi tidak seharusnya Anda memberatkan kami dengan pembagian keuntungan yang jelas-jelas berat sebelah ini!" kata Nyonya Smith mulai berapi-api.
"Karena nama The Pride kami yang sudah mendunia dan sudah berakar ke mana-mana, saya kira dengan Anda merelakan keuntungan 10% kepada kami, itu sudah termasuk suatu kompensasi yang seadil-adilnya bukan?"
"Jadi kalau kami keberatan?" desis Tuan Smith sembari menyipitkan matanya.
"Dengan demikian kerja sama kita batal. Anggap saja kali ini belum ada kesempatan bagi kita untuk bekerja sama. Mungkin di lain kesempatan ya…" Tampak senyuman sinis nan mengejek dari Max Julius Campbell. Beberapa detik kemudian, dia sudah terlihat membuang pandangannya ke arah lain.
Clark Campbell hanya diam saja. Dia tidak ingin menuang bensin ke dalam api. Dia pura-pura menundukkan kepalanya dan terus mencatat segala isi pembicaraan penting hari itu.
"Kenapa Anda bisa berbuat demikian pada saya, Tuan Max Julius?" desis Tuan Smith dengan sorot mata menantang sekarang.
Max Julius mengarahkan kembali kedua matanya ke Tuan dan Nyonya Smith sekarang. "Apa yang telah saya perbuat kepada Anda, Tuan Smith? Saya hanya mencoba membicarakan suatu kerja sama yang seadil-adilnya di antara kita. Jika Anda setuju, Anda tinggal menandatangani kontrak persetujuan ini. Jika Anda tidak setuju, Anda bisa angkat kaki dari sini. Gampang bukan?"
Tuan Smith terlihat mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya. Nyonya Smith kini memandangi Max Julius Campbell dengan dahi mengernyit dan mata yang mendelik tajam.
"Mulanya Anda sudah setuju bekerja sama dengan saya. Namun, sekarang Anda mendadak mengubah sistem pembagian keuntungan di antara kita, yang jelas-jelas akan mengakibatkan kerja sama ini terancam batal. Apa maksud Anda berbuat begitu?"
"Sejak awal saya hanya setuju ingin bekerja sama dengan Anda. Saya tidak pernah mengatakan setuju dengan pembagian keuntungan 60% dan 40% ini, Tuan Smith. Saya sudah mempertimbangkannya dan sekarang saya beritahukan kepada Anda saya tidak bisa menyetujui sistem pembagian keuntungan yang seperti ini," jawab Max Julius lagi-lagi dengan gayanya yang ringan nan santai, yang terkesan sungguh menyebalkan di mata Nyonya Smith.
"Anda tidak boleh berbuat begitu, Tuan Max Julius! Anda mana boleh tidak menepati janji Anda seperti ini! Anda mana boleh ingkar janji seperti ini!" teriak Nyonya Smith dengan nada suara yang meninggi satu oktaf.
Clark Campbell merasa terperengah karena sebentar lagi perang luar angkasa akan meledak dalam ruang rapat tersebut.
"Dalam dunia bisnis, tidak ada yang namanya janji, Nyonya Smith… Dalam dunia bisnis, hanya ada laba dan rugi. Tidak ada laba, semuanya hanya ada rugi… Siapa pula yang ingin meneruskan kerja sama seperti ini?" tukas Max Julius Campbell acuh tak acuh.
Nyonya Smith ingin membuka mulutnya dan membantah lagi ketika Max Julius mengangkat tangannya ke udara dan menginterupsinya,