Si dokter muda hanya mangut-mangut beberapa saat kemudian.
"Oke deh kalau begitu… Aku akan meneruskan profil adikmu kepada dua spesialis bedah jantung yang lain. Mereka adalah kedua dosenku ketika aku mengambil spesialis bedah jantung dulu. Mereka sangat ahli dalam bidangnya. Kau tidak perlu khawatir…" kata si dokter muda.
"Aku percaya pada penanganan kalian, Dokter Norin…" Terlihat senyuman lemah lembut Junny Belle.
"Kami akan mempelajari dulu katup jantung adik lelakimu, Jun… Hasilnya akan kami sampaikan kepadamu Minggu depan. Bagaimana?" tanya Dokter Norin Apus Brown.
Junny Belle mengangguk ringan nan santai.
"Kalau semuanya berjalan dengan baik dan lancar, kira-kira kapan Gover bisa mulai dioperasi, Dokter Norin?" tanya Junny Belle harap-harap cemas.
"Bulan depan… Paling lama bulan depan… Kalau bisa lebih cepat, aku akan mengatur jadwal operasi yang lebih cepat dari itu, Jun… Dengan operasi ini, kami akan memasang katup jantung buatan ke jantungnya. Mudah-mudahan saja ia bisa segera sembuh…" kata si dokter muda.
Junny Belle mangut-mangut. "Jadi hari ini aku lunasi dulu biaya operasi itu atau bagaimana?" tanya Junny Belle lagi.
"Setengah dulu biasanya, Jun… Pihak rumah sakit ini akan mengambil setengah dulu. Setengahnya lagi akan dilunasi lagi setelah operasi selesai…" kata Dokter Norin Apus Brown merasa tidak enak hati karena dia tidak bisa membantu banyak gadis muda cantik jelita ini dalam meringankan biaya operasi jantung adik lelakinya.
"Oke… Aku akan melunasinya ketika aku mau pulang nanti…"
"Tunggu dulu… Jangan-jangan…"
Junny Belle merasa terkesiap. Dia menatap si dokter muda yang juga menatapnya dengan dahi mengerut dan sorot mata penuh tanda tanya.
"Kau tidak pinjam uang dari si Max Julius Campbell itu kan?" Kening si dokter muda masih berkerut dalam dan sorot matanya kini sedikit menajam.
Junny Belle merasa terkesiap lagi. "Tentu saja tidak… Tentu saja tidak… Dia sangat membenciku, Dok… Bagaimana mungkin dia mau meminjamkan uang sebanyak itu kepadaku, Dok?"
Junny Belle berusaha tersenyum senetral dan sesantai mungkin.
"Kau tidak menjanjikan apa-apa padanya sehingga ia baru bersedia meminjamkanmu uang yang sebanyak ini bukan?" tanya Dokter Norin Apus Brown masih dengan sorot mata curiga.
"Tidak… Tidak… Dia sangat membenciku… Dia bahkan tak sudi mempekerjakan aku di hotelnya. Mana mungkin ia bersedia meminjamkan uang sebanyak ini kepadaku… Benaran ini uang yang diberikan oleh salah satu adik ibuku yang tinggal di Indonesia, Dokter Norin…" Junny Belle masih berusaha tersenyum senetral dan sesantai mungkin.
"Aku tidak ingin kau berurusan dengan Max Julius Campbell itu, Jun… Dia bukanlah lelaki yang baik… Dia selalu menindas yang lemah, mengintimidasi yang lemah, dan menunjukkan betapa kaya dan berkuasanya dia…" kata Dokter Norin Apus Brown dengan sepasang mata yang mendelik tajam.
Junny Belle Polaris hanya mangut-mangut. Dia tidak berniat meneruskan perbincangan mengenai Max Julius Campbell. Seandainya kalau ia bisa, ia ingin menghapus bayangan laki-laki itu dari benak pikirannya. Sayangnya kenyataan tidak semudah pengharapan apalagi setelah apa yang terjadi di antara mereka berdua kemarin malam. Junny Belle masih teringat-ingat dengan segala sentuhan, belaian, dan ciuman penuh kasih sayang yang diberikan oleh lelaki itu sepanjang malam. Entah kenapa semuanya itu masih membekas dalam ingatannya hingga detik ini. Itu membuat kedua belahan pipi Junny Belle sedikit merona merah.
Menyadari kedua belahan pipinya yang terasa mulai panas, cepat-cepat Junny Belle menepis pemikiran yang kini sedang bertakhta di benaknya.
"Jadi, setelah operasi adik lelakimu ini, kau bisa berkonsentrasi pada pengobatan dirimu sendiri bukan?" tanya Dokter Norin Apus Brown dengan sorot mata yang sedikit getir.
Junny Belle tersenyum lirih. Sambil mengarahkan pandangannya ke arah lain, dia mendadak menanyakan satu hal yang kontan membuat si dokter muda terhenyak bukan main.
"Kanker darah bukanlah perkara yang mudah… Rata-rata orang yang menderita kanker darah pada akhirnya akan meninggal, Dok…" Senyuman getir di wajah Junny Belle sungguh menohok ke relung perasaan si dokter muda.
"Aku sudah bilang padamu sebelumnya kan? Aku pasti akan bisa menemukan sumsum tulang belakang yang pas untukmu, Jun… Kau… Kau tidak percaya padaku?"
Junny Belle menggeleng masih dengan senyuman getir yang sama.
"Aku percaya padamu, Dokter Norin. Hanya saja, aku juga tidak ingin merepotkanmu terlalu banyak. Selama ini kau sudah banyak membantuku dan Gover. Aku tidak enak hati terus-terusan merepotkanmu seperti ini…"
Mendadak saja si dokter muda meraih Junny Belle ke dalam dekapan kehangatannya. Untuk beberapa detik, Junny Belle hanya bisa berdiri kaku nan membeku dalam dekapan kehangatan si dokter muda.
"Setelah beberapa tahun ini kita saling mengenal, dan dalam kebersamaan kita selama ini, apakah kau masih tidak mengerti perasaanku padamu, Jun?"
Junny Belle tetap membisu seribu bahasa.
"Aku akan melakukan apa pun untuk menyelamatkanmu, Jun… Aku mencintaimu sejak awal perkenalan kita. Aku takkan membiarkan hal-hal buruk terjadi padamu, Jun…" kata Dokter Norin Apus Brown masih mendekap si gadis muda cantik jelita dalam aura kehangatannya.
Junny Belle perlahan-lahan melepaskan diri dari pelukan si dokter muda.
"Akan sayang sekali jika kau jatuh cinta padaku, Dokter Norin… Aku tidak pantas… sungguh tidak pantas menerima cintamu…"
"Aku mencintaimu, Jun… Aku mencintaimu dan itulah yang aku rasakan sekarang… Dalam cinta, sama sekali tidak ada yang pantas ataupun tidak pantas… Aku mencintaimu dan aku akan melakukan apa pun yang terbaik untukmu, Jun…" kata si dokter muda terus memberondong Junny Belle Polaris dengan sejuta cinta dan kasih sayangnya.
"Aku bahkan tidak yakin dengan hidup dan matiku, Dokter Norin… Bagaimana mungkin aku pantas menerima cinta dan bagaimana mungkin aku bisa berkesempatan untuk membalas cinta dan kebaikanmu selama ini?"
Junny Belle merasa terperengah. Selain karena hati dan pikirannya sudah dipenuhi oleh Max Julius Campbell dan tidak mungkin lagi bisa menerima kehadiran lelaki lain, dia sendiri juga tidak yakin ia bisa hidup sampai kapan, tidak yakin kapan kanker darah ini akan mencabut nyawanya. Sampai detik ini saja, dia tidak berani menyatakan cintanya kepada Max Julius Campbell dan mengatakan kenyataan yang sebenarnya kepada lelaki itu. Dia sendiri tidak yakin seandainya Max Julius Campbell kembali menerimanya sama seperti dulu, entah sampai kapan ia bisa mencintai dan menemani lelaki itu. Dia tidak ingin Max Julius Campbell terpuruk dalam kesedihan dan kesendirian setelah ia pergi untuk selama-lamanya nanti.
Sama seperti Max Julius Campbell, Junny Bell juga tidak ingin Dokter Norin Apus Brown ini menderita dan terpuruk dalam kesendirian setelah ia meninggal nanti. Oleh sebab itulah, dia rasa dia takkan memiliki cukup keberanian untuk membalas cinta dan perasaan si dokter muda yang sekarang tengah berdiri di hadapannya.
"Kau akan sembuh, Jun… Aku bilang aku akan menemukan pendonor sumsum tulang belakang yang cocok untukmu kan? Aku pasti akan menemukannya… Kau pasti akan sembuh, Jun…"
Kembali Dokter Norin Apus Brown meraih si gadis muda cantik jelita ke dalam dekapan kehangatannya dan membelai-belai kepala hingga rambutnya yang tergerai panjang.
Junny Belle hanya membisu seribu bahasa. Dia benar-benar kaku nan bingung berdiri dalam dekapan kehangatan si dokter muda. Mulutnya terjahit rapat dan entah kenapa dia tidak bisa mengatakan secara terus terang bahwasanya dia telah menyerahkan kesuciannya kepada Max Julius Campbell guna memperoleh uang 100 ribu yang kini akan ia pakai sebagai uang untuk biaya operasi jantung adik lelakinya.
Keriap pilu dan pahit menggeligit rangkup batin Junny Belle Polaris.