Junny Belle perlahan-lahan membuka kedua matanya ketika sinar matahari mulai menerobos masuk melalui jendela kamar. Dia mengerjap-ngerjapkan kedua mata dan berusaha memperoleh kembali kesadarannya di pagi hari. Begitu kepala berpaling ke kanan dan ke kiri, Junny Belle mendapati dirinya dalam keadaan telanjang dan hanya terbalut oleh selimut hotel yang berwarna putih bersih. Bercak darah yang cukup banyak dan lebar terpampang pada kain seprai tempat tidur hotel yang juga berwarna putih bersih. Bercak darah tersebut membuat Junny Belle segera menyadari dirinya kini telah kehilangan kegadisannya.
Rasa perih yang sekonyong-konyong menyerang perut bagian bawahnya membuat Junny Belle menunda niatnya untuk turun dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi. Dia meringis perih dan sedikit memegangi perut bagian bawahnya.
Pintu kamar mandi dalam kamar hotel tersebut terkuak lebar dan sosok Max Julius melangkah keluar, sudah mengenakan kembali baju dan celana santainya dengan rapi. Terlihat Max Julius menatap Junny Belle dengan sedikit sorot mata sinis dan sebersit senyuman sinis. Dengan beberapa langkah lebar, lelaki bertubuh tinggi, tegap, kekar nan bedegap itu menghampiri Junny Belle yang kini masih terduduk telanjang di atas tempat tidur.
"Uangnya sudah kutransfer ke rekeningmu…" kata Max Julius dengan sebersit senyuman sinis.
Junny Belle hanya bisa menundukkan kepalanya dan berujar tidak berdaya, "Iya… Aku akan cek nanti siang…"
Max Julius meledak dalam tawa sinisnya. Dia masih berdiri di sisi tempat tidur. Dia memasang kembali topeng wajahnya, menutupi sebagian besar wajahnya yang memiliki luka bakar. Walau demikian, meski wajah penuh dengan luka bakar, ketampanan nirmala pada wajah itu jelas tidak bisa dimungkiri.
"Thanks banget ya… Terima kasih untuk pelayananmu sepanjang malam kemarin malam… Terima kasih juga untuk… keperawananmu itu… Tidak kusangka… Sungguh tidak kusangka…"
Junny Belle masih menundukkan kepalanya. Dia kini membuang muka ke arah lain. Diam-diam beberapa bulir air mata bergulir turun dari ekor mata.
"Sungguh tidak kusangka gadis materialistis sepertimu ini bisa menjaga keperawananmu sampai sekarang dan bisa menjualnya dengan harga yang lumayan fantastis. Kau menginginkan 100 ribu bukan? Sudah aku transfer ke rekeningmu barusan… Terima kasih telah memberikan keperawananmu kepadaku…" Max Julius meledak dalam tawa renyah yang sarat akan kesinisan.
Junny Belle diam saja. Dia sama sekali tidak memberikan tanggapan apa pun terhadap segala penghinaan Max Julius yang melecehkan dan menjatuhkan harga dirinya ke titik terendah di Palung Mariana. Dengan tubuh yang masih terbalut selimut hotel berwarna putih, dia memberanikan diri turun dari tempat tidur dan hendak berjalan ke arah kamar mandi. Namun, baru saja dua langkah dia berjalan, dia langsung jatuh terjungkal ke depan tatkala rasa perih yang tak terperikan kembali mendera perut bagian bawahnya.
Terpampanglah noda darah keperawanan Junny Belle pada kain seprai tempat tidur. Bercak darah yang cukup lebar tersebut kontan memudarkan senyuman sinis Max Julius yang sejak tadi menghiasi wajahnya yang tampan nirmala. Perlahan-lahan senyuman sinis tersebut memudar dan berganti menjadi sorot mata dan mimik wajah yang tertegun.
Max Julius mengalihkan pandangannya ke sosok Junny Belle yang kini masih tertelungkup kesakitan di lantai kamar hotel. Max Julius jadi bertanya-tanya dalam hati. Apakah kemarin dia terlalu terburu nafsu, bukan hanya merenggut keperawanan gadis itu, tetapi juga sedikit banyak melukainya? Terus terang, Max Julius tidak pernah peduli ketika ia bercinta dengan seorang perawan sebelumnya. Dia sama sekali tidak tahu bagaimana cara meredakan rasa nyeri pada seorang perawan setelah berhubungan untuk pertama kali.
Mulai terdengar gerunyam Max Julius dalam lubuk kesadarannya. Sepertinya dia sangat kesakitan sekarang… Jadi apa yang harus kulakukan? Tidak mungkin aku bisa memundurkan waktu dan tidak jadi menggagahinya. Keperawanannya jelas sudah jatuh ke tanganku. Tidak mungkin aku bisa memundurkan waktu dan membatalkan semua yang terjadi di antara kami kemarin malam bukan?
Gerunyam hati nurani terus membelungsing di dalam lubuk kesadaran Max Julius.
Oh iya… Aku pernah baca di suatu artikel internet. Katanya berendam air hangat bisa membantu meredakan nyeri pada seorang perawan setelah pertama kali berhubungan. Mungkin itu bisa membantu… Iya… Iya… Mungkin itu bisa membantu…
Dengan beberapa langkah lebar, Max Julius melangkah masuk kembali ke dalam kamar mandi. Dia segera menghidupkan keran air panas dan air dingin secara bersamaan. Air panas dan air dingin bercampur menjadi air hangat di dalam bath tub. Lima menit setelah air hangat memenuhi bath tub, Max Julius keluar lagi dan menghampiri Junny Belle yang masih tertelungkup tidak berdaya di lantai.
Max Julius berhasil menggendong tubuh Junny Belle dengan mudah. Junny Belle tersentak kaget sejenak karena tubuhnya mendadak digendong tanpa adanya aba-aba. Namun, detik-detik berikutnya tubuhnya hanya terdiam kaku dalam gendongan tangan lelaki itu yang kekar, kuat, kukuh nan bedegap.
Max Julius menggendong tubuh gadis itu masuk ke dalam kamar mandi. Mulai terasa kembali gelenyar-gelenyar aneh, sama seperti gelenyar-gelenyar aneh yang menggelimuni benak pikirannya di saat ia menggagahi gadis itu kemarin malam, saat pertama kali ia tahu bahwa ternyata gadis itu masih perawan dan dia adalah yang pertama bagi gadis itu. Gelenyar-gelenyar aneh nan misterius tersebut terus saja meringkai muara hati Max Julius tanpa ia tahu apa artinya.
Mendadak saja dirasakan Max Julius barang juniornya kembali mendesak nan memberontak di bawah sana. Terdengar lagi gerunyam hati nurani Max Julius yang membelandang sampai ke permukaan batin.
Gila… Ini sungguh gila… Dia sungguh cantik dan seksi… Kenapa di saat aku menggendongnya seperti ini, aku jadi menginginkannya lagi? Kenapa di saat dia begitu dekat denganku seperti sekarang ini, hasrat gila nan liar ini kembali muncul ke permukaan?
Max Julius berusaha mengendalikan diri. Ia menepis jauh-jauh segala hasrat kepriaannya yang menyeruak ke permukaan.
Kau harus ingat, Max Julius… Kau harus ingat statusmu sekarang ini… Kau harus ingat siapa gadis ini dan apa yang telah diperbuatnya padamu di masa lalu… Jangan pernah lupakan itu…
Max Julius perlahan-lahan mencelupkan tubuh Junny Belle ke dalam bath tub. Masih sambil terus mengendalikan hasrat kelelakiannya, dia cepat-cepat melangkah keluar dari kamar mandi tersebut karena dia tidak ingin Junny Belle melihat ada sesuatu yang telah menggembung dan memberontak ingin keluar dari balik celananya.
Max Julius sedikit bersandar pada dinding samping kamar mandi dengan napasnya yang sedikit tersengal tanpa sebab. Terjadi pergolakan batin dalam lubuk kesadarannya. Jadi, dia memutuskan untuk segera keluar dari kamar hotel dan meninggalkan gadis itu sendirian di sana sebelum terjadi pergulatan yang lebih hebat lagi dalam kesadarannya.