Chereads / 3MJ / Chapter 200 - Batas Tipis antara Cinta dan tidak Cinta

Chapter 200 - Batas Tipis antara Cinta dan tidak Cinta

"Ya… Biasanya kalian berdua kan selalu tampil duet barengan istri-istri kalian…" timpal Rodrigo Wisanto sembari menyeringai nakal.

"Natsumiku lagi bersama ibuku…" jawab Maxy Junior santai.

"Sama dong… Kimberlyku juga lagi bersama ibuku…" jawab Sean Jauhari ringan nan santai.

"Sudah berapa bulan?" tanya Verek Felix penuh semangat.

"Sudah enam bulan…" jawab Sean Jauhari ringan nan santai.

"Sama… Pertengahan Oktober nanti, kandungan Natsumiku juga sudah memasuki enam bulan…" jawab Maxy Junior sambil mengunyah-ngunyah makanan dalam mulutnya.

"Jadi selama beberapa bulan terakhir ini, kalian puasa dong…" Saddam Demetrio meledak dalam tawa gelinya. Ketiga teman lainnya juga meledak dalam tawa geli mereka.

Sean Jauhari dan Maxy Junior sedikit menundukkan kepala mereka karena tersipu malu.

"Iya… Kudengar kalau istri kita sedang hamil anak kembar, tidak boleh dipaksa berhubungan intim selama tiga bulan atau empat bulan pertama, iya nggak sih?" Rodrigo Wisanto menaikkan kedua alisnya.

"Itu kan bagi kebanyakan perempuan pada umumnya. Kimberlyku pengecualian dong… Kimberlyku dan kedua anak kami kuat-kuat semuanya…" Terselip nada kebanggaan Sean Jauhari dalam perkataannya kali ini. Ia terlihat memasukkan sepotong daging sapi pilihan ke dalam mulutnya.

"Sama… Natsumiku dan ketiga anak kami kuat-kuat semuanya. Natsumiku yang terkadang minta dariku karena ia tidak tahan lagi katanya… Beda dong istri dan anakku dengan istri-istri dan bayi-bayi kembar tiga lainnya. Jangan disamakan dong, Friends…" kata Maxy Junior dengan bangga, sambil memasukkan sepotong daging sapi pilihan ke dalam mulutnya.

Si empat sekawan saling berpandangan sesaat. Mereka berempat menghela napas panjang dalam waktu bersamaan.

"Kalian berdua benar-benar bernafsu besar ya…" celetuk Thobie Chiawan meneruskan mengunyah-ngunyah makanan dalam mulutnya.

"Menahan diri selama tiga atau empat bulan saja pun tidak bisa ya…" kata Saddam Demetrio.

"Kimberlyku yang minta sendiri kok… Kadang aku pun tidak berani tembak dalam…" protes Sean Jauhari menyeringai nakal.

"Iya… Kadang aku tidak tembak dalam, Sean… Aku tembak semua di dalam mulut Natsumiku… Dia sendiri yang minta…" kata Maxy Junior tanpa sensor, dengan gaya santai dan ringan.

"Sama… Aku tembak ke dalam mulut Kimberlyku semuanya… Dia sendiri yang minta… Katanya untuk obat vitalitas dan penambah semangat…" kata Sean Jauhari juga tanpa sensor dan kemudian ia menyeringai lebar.

Maxy Junior dan Sean Jauhari meledak dalam tawa lepas mereka. Si empat sekawan terlihat menepuk jidat masing-masing.

"Mereka tidak geli atau alergi begitu?" tanya Thobie Chiawan mengerutkan dahinya.

Maxy Junior dan Sean Jauhari menggelengkan kepala mereka pada saat yang bersamaan.

"Biasanya kan ada sebagian perempuan yang geli dan bahkan alergi terhadap cairan vital laki-laki kan?" timpal Rodrigo Wisanto.

"Bukannya aku menyepelekan wanita-wanita yang geli dan alergi terhadap cairan vital pasangan mereka ya… Tapi, menurutku… Ini menurutku ya… Menurutku… wanita yang tidak geli dan alergi terhadap cairan vital lelaki mereka, terbukti jelas dia sangat mencintai dan menyayangi lelaki itu – tidak usah diragukan lagi…" kata Maxy Junior mantap.

"Ya… Aku juga berpandangan demikian…" sambung Sean Jauhari menyesap sedikit jus semangkanya.

Maxy Junior juga terlihat sedikit menyesap jus semangkanya. "Iya… Apa kalian sudah melakukan tes sederhana ini kepada keempat cewek kalian?"

Si empat sekawan kontan membuang pandangan mereka ke arah lain. Mereka terlihat pura-pura berkonsentrasi terhadap makanan yang ada di depan mereka.

Maxy Junior dan Sean Jauhari saling berpandangan sejenak.

"Jangan bilang kalau keempat perawan muda yang ikut kalian pulang itu sampai sekarang masih…" Sean Jauhari tidak menyelesaikan pernyataannya.

"Masih perawan…" Maxy Junior yang menyelesaikan pernyataan sahabatnya.

"Aduh… Mau gimana lagi… Dia sekarang lagi kuliah di jurusan kuliner di suatu universitas yang berbahasa Inggris. Katanya ingin kuliah dan belajar kuliner dulu. Aku jadi tidak tega menyentuhnya. Silap-silap kalau dia hamil, kan bisa dibilang aku menghalang-halangi impiannya…" Thobie Chiawan menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal.

"Aku tidak akan menghalang-halangi impiannya… Katanya ingin belajar tata rias… Kudaftarkan saja dia ke pembelajaran tata rias yang berbahasa Inggris… Kalau aku menyentuhnya sekarang dan kalau ternyata nanti dia hamil, aku takut itu akan menghambatnya menggapai impiannya…" jelas Verek Felix.

"Iya… Sama dong denganku… Katanya ingin belajar kuliner juga… Kudaftarkan dia ke suatu universitas yang berbahasa Inggris… Aku tidak berani menyentuhnya sampai sekarang meski ada beberapa kali dia terlihat setuju saja ketika aku membawanya ke dalam kamarku dan menghujaninya dengan belaian dan ciuman yang tiada henti…" kata Saddam Demetrio.

"Dan akhirnya kau sendiri yang berhenti karena tidak tega menghalanginya menggapai impiannya…" sambung Rodrigo Wisanto dengan sebersit senyuman tipis.

"Aku lihat sih kalianlah yang jatuh cinta benaran dengan ketiga perawan muda itu…" kata Maxy Junior menarik kesimpulannya.

Sean Jauhari mengangguk mengiyakan kesimpulan sahabatnya. Si tiga sekawan hanya kembali berkonsentrasi kepada makanan mereka masing-masing.

"Dan bagaimana denganmu, Rod?" tanya Sean Jauhari mengalihkan perhatiannya ke Rodrigo Wisanto kali ini. Semua pasang mata mengarah ke Rodrigo Wisanto kali ini.

"Aku masih ingin tes dia… Aku ingin lihat apakah dia benar-benar mencintaiku atau tidak… Aku ingin lihat apakah perasaannya terhadapku tulus atau tidak…" kata Rodrigo Wisanto ringan nan santai, sembari mengunyah-ngunyah daging sapi pilihan dalam mulutnya.

"Apa yang kaulakukan memangnya?" tanya Verek Felix.

"Beberapa malam sekali aku akan membawa pulang gadis yang berbeda-beda. Kugerayangi gadis-gadis itu di kamarku sendiri… Terkadang di kamar tamu, di ruang tamu, di ruang makan atau di dapur…" kata Rodrigo Wisanto ringan nan santai lagi.

"Dan dia hanya menyaksikan semua perbuatanmu itu tanpa protes apa-apa?" tanya Maxy Junior mengerutkan dahinya dalam-dalam.

"Pernah beberapa kali sih dia berbohong pada gadis-gadis yang kupanggil ke rumah. Dia bilang pada gadis-gadis itu aku tak ada di rumah padahal dia jelas tahu aku lagi ada di rumah…" kata Rodrigo Wisanto dengan sebersit senyuman tipis.

"Dan kau memarahinya setelah itu?" tanya Thobie Chiawan menaikkan kedua alisnya.

"Nggak… Kuajak gadis itu masuk ke dalam kamarku… Kulakukan apa yang ingin kulakukan terhadapnya… Kudiamkan saja si Lizbeth itu di depan…" kata Rodrigo Wisanto menyesap sedikit minuman beralkoholnya.

"Kau benaran telah menyiksanya, Rod…" kata Saddam Demetrio menggeleng-gelengkan kepalanya dan kembali berkonsentrasi pada makanan yang ada di depannya.

"Pernah beberapa kali sih aku mendapati dia menangis diam-diam di dalam kamarnya ketika aku sudah selesai dan ketika gadis panggilan itu pergi…" kata Rodrigo Wisanto lagi, dengan nada yang sedikit misterius, sambil mempermainkan garpu dan pisaunya di atas piring yang makanannya tinggal sedikit.

"Bagaimana dengan perasaanmu sendiri? Apakah kau mencintainya atau menyukainya?" tanya Maxy Junior masih dengan kerutan di dahi.