"Aku menunggu penjelasanmu, Honey…" kata Sean Jauhari memasang raut wajah masam ke arah istri cantik jelita kesayangannya.
"Tidakkah kau merasa kau berutang satu penjelasan kepadaku, Periku?" tanya Maxy Junior juga memasang raut wajah masam ke sang bidadari cantik kesayangannya.
"Belum pasti… Tadi Mom dan Ibu Liana hanya menerka dan menebak berdasarkan pengalaman mereka dulunya, Sayang…" kata Kimberly Phandana terkesiap di tempatnya.
"Sekembalinya kami ke Jakarta, kami putuskan akan periksa ke dokter. Sudah jelas dan sudah pasti, rencananya kami baru akan memberitahu kalian nanti, Sayang…" kata Natsumi Kyoko juga merasa sedikit terkesiap di tempatnya berdiri.
"Wow… Hebat sekali kau, Martin… Kau bisa langsung tahu kondisi kedua wanita cantik yang tengah mengandung ini dengan hanya mendengarkan apa yang menjadi gejala-gejala mereka." Kendo Suzuki tertawa lepas. Pak Thomas Hafiz Jauhari hanya menyeringai lebar.
"Tentu saja dong, Yah… Itulah buktinya ke depannya aku akan menjadi lelaki yang peka, bukan seperti mereka ini yang tinggal tahu menanam benih dan memanen hasilnya sembilan bulan kemudian…" Martin Jeremy tertawa lepas.
"Martin!" Kali ini giliran Sean Jauhari dan Maxy Junior yang menghardik Martin Jeremy secara berbarengan.
Martin Jeremy kembali menutup mulutnya secara spontan. Detik-detik berikutnya ia sudah membisu seribu bahasa dan tidak berani terlalu banyak berkomentar.
"Habis deh rencana kita… Tak jadi deh kita merahasiakan kehamilan mereka berdua dari suami-suami mereka…" Nyonya Irawaty tampak sedikit bersungut.
"Semua ini tidak lain tidak bukan adalah gara-gara…" Liana Fransisca sengaja tidak menyelesaikan pernyataannya.
"Martin!" Kali ini keempat wanita itu menghardik Martin Jeremy secara berbarengan.
"Aku ingin beli teh jahe hangat dan mengobrol-ngobrol dengan si empat sekawan saja…" Martin Jeremy langsung mengambil langkah seribu dari tempat tersebut.
Pak Thomas Hafiz Jauhari dan Kendo Suzuki hanya meledak dalam tawa lepas mereka.
Kini tampak Maxy Junior menarik lembut tangan istrinya ke tempat yang agak menjauh. Sean Jauhari juga menarik lembut tangan istrinya ke tempat yang agak menjauh.
"Dalam keadaan hamil begini, kau harus menerima perlakuan kasar nan tidak manusiawi dari Mary Juniar, Periku… Aku sungguh-sungguh merasa bersalah padamu karena aku tidak ada di sana ketika Mary Juniar mengasarimu, Periku. Aku sungguh merasa bersalah padamu karena aku tidak ada di sana untuk menjaga dan melindungimu…" Maxy Junior mengecup mesra kepala sang bidadari cantik kesayangannya berkali-kali dengan sepasang matanya yang berkaca-kaca.
"Aku tidak kenapa-kenapa, Sayang… Mungkin adanya cintamu kepadaku, aku bisa melindungi diriku sendiri dan berhasil melarikan diri dari Mary Juniar dan Mizuki Mimasaka yang sudah gelap mata." Natsumi Kyoko menenggelamkan diri ke dalam pelukan hangat sang suami tampan.
Maxy Junior terus mendekap sang bidadari cantik kesayangannya dan tidak ingin melepaskan sampai beberapa menit ke depan.
Sean Jauhari juga melakukan hal serupa terhadap sang istri cantik jelitanya.
"Aku tidak tahu kau lagi hamil, Honey… Kalau tahu begitu, kemarin malam aku takkan meninggalkanmu, Honey… Dengan demikian, kau tidak perlu menerima perlakuan kejam nan tak manusiawi dari dua wanita gila itu. Maafkan aku, Honey… Maafkan aku…" Sean Jauhari mendekap sang istri cantik jelitanya jauh ke dalam pelukan kehangatannya.
"Aku tidak apa-apa, Sayang… Dari jarak jauh sekalipun, aku tetap bisa merasakan getaran cinta yang kaupancarkan terhadapku. Aku akan menggunakan getaran tersebut untuk terus bertahan dalam situasi yang sesulit apa pun…" kata Kimberly Phandana terus menenggelamkan dirinya ke dalam dekapan kehangatan sang suami.
"Kau lagi hamil, Honey… Aku takkan meninggalkanmu lagi… Aku akan terus mendampingimu… Aku akan terus menjaga dan melindungimu, Honey…" Sean Jauhari mempererat dekapan kehangatannya.
Beberapa jam pun berlalu… Tibalah jenazah para penumpang yang tidak selamat ke Pelabuhan Kuantan. Mayat-mayat yang sudah dimasukkan ke dalam kantong jenazah masing-masing dibaringkan sementara dulu di dermaga sudut sampai pihak rumah sakit dan kepolisian datang mengurus mayat-mayat tersebut.
Jatuhlah pertahanan Natsumi Kyoko ketika ia melihat sendiri Shunsuke Suzuki dan Ciciyo Suzuki kini tak lagi bernyawa, masih saling berpelukan dalam satu kantong jenazah yang sama. Tangisannya semakin pecah berderai, semakin kencang nan tak terkendali. Untuk menenangkannya, terpaksa Maxy Junior membawanya ke tempat yang agak menjauh.
"Ssstt… Tenanglah, Periku… Pihak rumah sakit dan pihak kepolisian akan mengurus jenazah mereka berdua," bisik Maxy Junior terus mengelus-elus kepala hingga punggung sang bidadari cantik jelita.
"Aku telah kehilangan mereka berdua, Maxy Sayang… Bang Shunsuke dan Ciciyo kini benar-benar telah pergi untuk selamanya… Mereka takkan kembali lagi…" Tangisan Natsumi Kyoko bertumpah ruah dalam pelukan sang suami tampan.
"Mereka telah tenang dan berbahagia di alam sana, Periku… Mereka tentu saja akan bersedih hati dan takkan tega apabila mereka menyaksikan kondisimu sekarang. Tenanglah, Periku… Tenanglah…" bisik Maxy Junior lemah lembut. Tangan terus-terusan membelai-belai kepala hingga punggung sang bidadari cantik. Tangisan dan ruap lara sang bidadari cantik perlahan-lahan reda dan tenang kembali.
"Mereka akan berbahagia di alam sana, Periku… Mereka saling mencintai. Mereka akan kembali saling menemukan di alam sana…" bisik Maxy Junior lemah lembut lagi.
Natsumi Kyoko berusaha untuk menenangkan segala gundah dan gulananya.
Sementara itu di dermaga sudut… Terlihat Hayate Mimasaka dan Hiroshi Hanamura yang berlari-lari seperti orang kesetanan. Mereka jatuh berlutut dan terpuruk di depan jenazah Mizuki Mimasaka dan Ryota Hanamura yang kini sudah dimasukkan ke dalam kantong jenazah.
"Aku tidak rela! Aku tidak rela kau pergi begitu saja, Putriku!" Terlihat Hayate Mimasaka mengepalkan kedua tangannya dan memejamkan kedua matanya dengan erat.
"Kau harus bertanggung jawab terhadap kematian putraku, Kendo! Kau harus mempertanggungjawabkan kematian Ryota! Putramu yang telah membunuh putraku kan! Ayo jawab aku, Kendo Suzuki!" Dengan langkah-langkah lebar, Hiroshi Hanamura yang sudah gelap mata menghampiri Kendo Suzuki dan mencengkeram kerah baju Kendo Suzuki.
Kendo Suzuki kontan mendaratkan satu tinju ke wajah Hiroshi Hanamura. Hiroshi Hanamura jatuh terjungkal ke depan.
"Anak lelakiku sudah tiada… Anak perempuanku juga sudah tiada… Ryotamu yang menyerang mereka duluan ya… Banyak saksi yang bersedia maju ke pengadilan jika seandainya kau ingin memperpanjang masalah ini hingga ke pengadilan nanti," desis Kendo Suzuki dengan sorot mata penuh dendam dan kebencian.
"Kembalikan anakku! Kembalikan anakku!" jerit Hiroshi Hanamura mulai histeris di atas penderitaan dan kesedihannya.
"Seandainya putra keduamu itu masih hidup, aku takkan memaafkannya! Aku akan mencarinya dan membalaskan kematian anak lelaki dan perempuanku! Namun, karena dia sendiri juga ikut menjadi korban, aku juga tidak bisa bilang apa-apa. Aku berharap dia akan menerima hukuman yang setimpal di neraka sana!" Kendo Suzuki berbalik badan dan meninggalkan Hayate Mimasaka dan Hiroshi Hanamura yang kini mulai terisak dan menangis meraung-raung di dermaga sudut tersebut.