Ternyata Martin Jeremy juga ikut Kendo Suzuki dan Liana Fransisca ke Pelabuhan Kuantan itu menjumpai abang angkatnya.
"Apakah kau baik-baik saja, Bang Maxy Junior?" tanya Martin Jeremy dengan nada cemas. Dia meraih sang abang angkat ke dalam pelukan persaudaraannya.
Maxy Junior tentu saja membalas pelukan persaudaraan dari adik angkatnya itu. "Aku baik-baik saja… Hanya saja, Mary Juniar… Mary Juniar sudah… Ia sudah…"
Tampak raut kesedihan mendalam pada mimik wajah Kendo Suzuki, Martin Jeremy ataupun Maxy Junior – terutama di wajah Kendo Suzuki. Anak perempuannya sudah berpulang bahkan sebelum ia sempat mengakui jati dirinya yang sesungguhnya kepada anak itu. Timbul sebentuk penyesalan yang mengiris nan menyayat hati. Oleh sebab itulah, sebelum keberangkatannya ke sini, dia memberanikan diri mengakui kepada Martin Jeremy ialah ayah kandungnya. Terkejut, terhenyak kaget, dan walau masih belum bisa menerima, Martin Jeremy tidak membenci ayah kandungnya. Ia hanya belum bisa membiasakan diri dengan jati dirinya yang baru dan si ayah kandung yang sekonyong-konyong menampakkan diri di hadapannya.
"Relakan saja, Bang Maxy Junior… Aku dan Ayah juga sudah merelakannya…" kata Martin Jeremy lemah lembut – masih mempertahankan pelukan persaudaraannya terhadap abang angkatnya.
Alis Maxy Junior terangkat naik. Dari belakang Martin Jeremy, Kendo Suzuki hanya menganggukkan kepalanya. Tentu saja dia sudah mengakui segalanya kepada Martin Jeremy. Dia tidak ingin penyesalan yang ia rasakan kini terhadap Mary Juniar akan terulang kelak di masa depan terhadap Martin Jeremy.
Maxy Junior membawa Martin Jeremy sedikit menjauh dari Kendo Suzuki. Kendo Suzuki mengerti ada banyak yang ingin dibicarakan di antara sepasang saudara angkat itu.
"Apa yang kaurasakan sekarang?" tanya Maxy Junior memandangi kedua bola mata adik angkatnya lekat-lekat.
"Dengan demikian yang akan meneruskan garis keturunan Tanuwira hanya kau seorang, Bang Maxy Junior… Aku akan segera berganti ke nama Suzuki – bukan lagi Tanuwira…" kata Martin Jeremy dengan sebersit senyuman tipis.
"Kau memutuskan untuk menerima Kendo Suzuki dan mulai menganggapnya sebagai ayah kandungmu mulai hari ini?"
Martin Jeremy menghela napas panjang. "Aku hanya berusaha menerima jati diri dan keadaan hidupku yang sekarang, Bang Maxy Junior. Terus terang… Dengan hidupku yang sekarang, ada atau tidaknya seorang ayah di sampingku, itu sama sekali tidak menjadi masalah. Ada, ya aku berusaha bersyukur dan berusaha mendekatkan hubungan di antara kami. Tidak ada pun, itu tidak menjadi masalah. Mungkin aku bisa bilang begitu karena selama ini aku sudah terbiasa hidup sendiri tanpa kehadiran ayah ataupun ibu di sampingku."
"Jelas-jelas kau tahu masih ada aku… Selamanya Maxy Junior adalah abang Martin Jeremy. Aku takkan meninggalkanmu… Kapan pun kau membutuhkan aku, aku akan selalu hadir di sampingmu," kata Maxy Junior menepuk ringan pundak si adik angkat.
"Itulah makanya ketika aku dalam perjalanan ke sini, aku begitu mengkhawatirkan dirimu, Bang… Bukan untuk membanding-bandingkan… Aku juga merasa pilu dan sedih aku telah kehilangan seorang kakak perempuan sekarang. Akan tetapi, aku sungguh-sungguh dan benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupku jika seandainya aku kehilangan abang laki-laki yang begitu kusayangi dan yang begitu kuandalkan sejak aku kecil."
Maxy Junior tersenyum getir. Dia kembali meraih si adik angkat ke dalam pelukan persaudaraan mereka. Martin Jeremy tersenyum cerah membalas pelukan persaudaraan abang angkatnya.
Menit demi menit berlalu… Maxy Junior dan Martin Jeremy kembali ke tempat Kendo Suzuki, Pak Thomas Hafiz, dan Sean Jauhari duduk. Keempat wanita yang sejak tadi berada di dalam kamar mandi perempuan kini juga sudah keluar dan bergabung dengan mereka.
"Kau sudah baikan?" tanya Sean Jauhari menghampiri istri cantik jelitanya. Kimberly Phandana hanya menganggukkan kepalanya dengan sebersit senyuman tipis.
"Kau baik-baik saja, Periku?" Maxy Junior menghampiri sang bidadari cantik kesayangannya. Natsumi Kyoko menganggukkan kepalanya dengan sebersit senyuman lemah lembut.
"Ada apa sebenarnya dengan Kimberlyku, Mom?" tanya Sean Jauhari sungguh ingin tahu apa yang telah terjadi.
"Apa sebenarnya yang terjadi pada Natsumiku, Ibu?" tanya Maxy Junior khawatir.
"Pelayanan kesehatan di pelabuhan ini kurang lengkap. Sekembalinya kita ke Jakarta nanti, kita akan bawa mereka memeriksakan diri ke dokter." Nyonya Irawaty Jauhari menjawab singkat ala kadarnya.
"Atau kalau kalian cemas pada keadaan istri kalian, kalian bisa membawa mereka memeriksakan diri ke dokter di Kuala Lumpur nanti. Seharusnya tidak apa-apa deh… Mereka mungkin hanya kelelahan…" kata Liana Fransisca Sudiyanti.
"Ada apa memangnya dengan mereka berdua?" tanya Martin Jeremy tidak mengerti.
"Sudah sejak beberapa hari terakhir ini mereka asyik muntah-muntah terus, asyik merasa pening dan mual. Aku khawatir sekali, Martin…" kata Sean Jauhari masih mempertahankan istri cantik jelita kesayangannya dalam dekapan kehangatannya.
"Habis itu, mereka makannya banyak sekali… Setelah itu, mereka akan memuntahkan sebagian besar apa yang telah mereka makan…" kata Maxy Junior juga masih mempertahankan sang bidadari cantik kesayangannya dalam dekapan kehangatannya.
Otak Martin Jeremy yang memang encer ditambah dengan kondisinya yang memang banyak membaca buku-buku pengetahuan umum langsung membuatnya connected dengan kondisi sebenarnya yang dialami oleh Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana.
"Oh jelas itu adalah dosa kalian sendiri bukan?" tuding Martin Jeremy kepada Sean Jauhari dan Maxy Junior dengan raut wajah pura-pura polos.
"Hah? Dosa kami? Itu tidak mungkin!" kata Sean Jauhari dengan nada suara yang sedikit meninggi.
"Kami sangat mencintai mereka berdua. Tidak mungkin kami melakukan perbuatan-perbuatan dosa yang bisa menyebabkan mereka seperti sekarang ini…" timpal Maxy Junior.
"Jelas itu adalah dosa kalian berdua… Dosa nafsu kalian yang tidak terbendung dan tidak tertahankan… Kutebak kalian pasti gas kedua istri kalian ini hampir tiap malam sehingga mereka bisa hamil secepat ini, iya kan?" kata Martin Jeremy memang tanpa sensor.
"Martin!" teriak Nyonya Irawaty dan Liana Fransisca berbarengan. Dari Sean Jauhari yang memanggil nama 'Martin' tadi, Nyonya Irawaty jadi tahu anak lelaki tampan yang menjadi adik angkat Maxy Junior ini bernama 'Martin'.
"Martin!" hardik Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko juga berbarengan.
Martin Jeremy spontan menutup mulutnya. Empat pasang mata kini mengarah ke arahnya dengan tajam.
"Lho…? Belum waktunya diberitahukan kepada mereka ya…? Aku kira semuanya sudah sama-sama tahu bahwasanya Kimberly dan Kak Natsumi sekarang tengah hamil…" Terlihat Martin Jeremy setengah meringis nakal dan setengah cengengesan.
"Martin!" hardik keempat wanita itu lagi dengan delikan mata tajam ke arah Martin Jeremy. Martin Jeremy menutup mulutnya lagi secara spontan. Merasa serba salah antara harus buka mulut atau tutup mulut, Martin Jeremy memutuskan untuk diam saja.
"Oke deh… Aku diam saja… Mulutku ini akan tertutup dengan rapat…" kata Martin Jeremy serba salah.