Chereads / 3MJ / Chapter 193 - Jangan Terlalu Jauh dariku

Chapter 193 - Jangan Terlalu Jauh dariku

"Sebenarnya kau gadis yang sangat cantik… Akan… Akan… Akan sayang sekali sebenarnya jika seandainya kau menghabiskan masa mudamu dalam dunia malam…" kata Rodrigo Wisanto dengan nada yang sedikit misterius.

Lizbeth Zheng masih membuang pandangannya ke arah lain. Dia tidak bisa menafsirkan apa maksud sang lelaki penyelamat dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang terakhir tadi. Akan tetapi, dia juga tidak ingin berharap terlalu tinggi dan terlalu banyak. Baginya, bisa keluar dari dunia malam yang menjeratnya saja, dia sudah bersyukur – berterima kasih pada langit dan bumi.

"Tidak bisakah kau duduk lebih dekat denganku? Kalau dudukmu saja ada jarak seperti ini, bagaimana kau bisa menyuapiku dengan minuman itu?" tanya Thobie Chiawan dengan dahinya yang sedikit berkerut.

Tangan Thobie Chiawan langsung melingkar di pinggang sang gadis perawan dan menariknya lebih dekat. Dalam jarak yang sedekat itu, sang gadis perawan sungguh merasa jantungnya mulai berpacu dalam kecepatan tinggi. Dia tidak tahu apa yang mesti diperbuatnya untuk menetralkan detak jantungnya itu.

"Aku… Aku… tidak pernah duduk sedekat ini dengan laki-laki…" kata si perawan muda merasa gugup bukan main. Dia membuang pandangannya sejenak ke arah lain dan tidak berani menatap lama sang lelaki penyelamat yang ada di hadapannya.

"Mulai sekarang kau harus membiasakan diri. Kau akan tinggal serumah denganku kan? Setiap hari kita akan selalu bertemu. Kita akan selalu berdekatan, sangat dekat…" bisik Thobie Chiawan di dekat daun telinga si perawan muda.

Kembali si perawan muda merasakan semacam ada gelenyar aneh dalam relung-relung perasaannya.

"Siapa namamu?" tanya Thobie Chiawan menatap lekat ke kedua bola mata si perawan muda.

"Aku Helen… Helen Kelly Lin… Biasa dipanggil 'Helen' saja…" kata Helen Kelly Lin kini sedikit menundukkan kepalanya petanda ia tersipu malu.

"Senang bertemu dan berkenalan denganmu, Helen… Biar kutanyakan sekali lagi, Helen… Kau benar-benar yakin akan tinggal serumah denganku dan menjadi pembantu rumahku?" Thobie Chiawan berusaha lagi menemukan sorot ketakutan dan keraguan dalam bola mata si perawan muda. Akan tetapi, sampai detik ini pun dia sama sekali tidak bisa menemukannya.

Helen Kelly Lin hanya mengangguk ringan. Sebersit senyuman tipis merekah dan menghiasi wajahnya yang cantik jelita.

Thobie Chiawan menganggukkan kepalanya dan juga tersenyum tipis. Dia meminum lagi minuman cokelat hangat yang disodorkan dari cangkir yang digenggam oleh Helen Kelly Lin.

Sementara itu dengan Saddam Demetrio yang masih berada di dalam klinik pelabuhan di Kuantan… Terlihat peluru sudah dikeluarkan dari dalam betisnya. Kini luka pada betisnya sedang dioleskan obat dan diperban dengan sangat rapi oleh dokter di klinik pelabuhan di Kuantan. Saddam Demetrio turun dari tempat tidur klinik dan dengan langkah-langkah yang terpincang-pincang ia dipapah oleh si perawan muda berjalan ke tempat di mana teman-temannya sedang berkumpul.

"Kakimu baik-baik saja?" tanya Sean Jauhari.

Saddam Demetrio mendekatkan jari telunjuk dan jempolnya membentuk huruf O kecil. Teman-temannya yang lain hanya mengangguk lega. Terlihat si gadis perawan yang memapahnya meninggalkannya sebentar. Si gadis perawan muda kembali lagi beberapa menit kemudian dengan dua cangkir minuman cokelat hangat.

"Jadi, apa yang kita tunggu sekarang?" tanya Saddam Demetrio kepada teman-temannya.

"Orang tua Sean akan tiba di Kuantan sini sekitar tiga jam lagi. Ayah angkat Natsumiku dan ibu angkatku juga akan tiba di sini sekitaran tiga jam lagi." Maxy Junior menjawab singkat dengan air muka tanpa ekspresi yang sedikit kaku.

"Dan tadi pihak kepolisian laut sudah mengkonfirmasi mereka sudah menemukan jasad para penumpang yang tidak selamat. Jam tujuh nanti jasad-jasad mereka akan diangkat dari laut dan dibawa ke sini," kata Sean Jauhari memberi mereka suatu kabar yang sangat menyakitkan nan memilukan.

Semuanya diam saja… Masing-masing tenggelam dalam kesedihan dan kebisuan masing-masing.

Kembali Natsumi Kyoko sedikit terisak dalam pelukan hangat sang suami tampan.

Saddam Demetrio duduk di suatu tempat duduk di sana. Kini terlihat sang gadis perawan muda menyuapinya dengan mendekatkan cangkir cokelat hangatnya ke mulutnya.

"Kenapa kau duduk sebegitu jauh denganku, Sayang? Apa kau malu duduk dekat-dekat denganku?" tanya Saddam Demetrio seraya mengernyitkan dahinya.

"Aku… aku… tidak pernah… tidak pernah duduk sebegitu dekat dengan lelaki sebelumnya. I'm sorry… Sorry…" kata si perawan muda masih menunduk tersipu malu.

"Kalau begitu, mulai detik ini kau harus membiasakan diri, Sayang… Kau akan tinggal serumah denganku kan? Setiap hari kita akan bertemu. Kau akan berada dalam jarak yang sedemikian dekat denganku…" kata Saddam Demetrio menaikkan tangan kanannya, membelai-belai rambut dan kepala si perawan muda.

Si perawan muda hanya terdiam dan menundukkan kepalanya tersipu malu.

"Siapa namamu, Sayang? Aku kira Sandra itu bukan nama aslimu bukan?" tebak Saddam Demetrio.

Si perawan muda mengangguk ringan dan kemudian berucap, "Bukan… Namaku adalah Janice… Janice Irene Wu… Biasa dipanggil 'Janice' saja…"

"Kau sangat cantik, Janice…" tukas Saddam Demetrio lembut masih terus membelai-belai rambut dan kepala Janice Irene Wu.

Janice Irene merasa sedikit penasaran apa maksud di balik pernyataan Saddam Demetrio yang terakhir itu. Akan tetapi, dia tetap membisu dan tidak berharap terlalu banyak. Bisa keluar dari dunia prostitusi yang menjeratnya saja dia merasa sudah sangat bersyukur – sudah harus berterima kasih pada langit dan bumi. Dia tak mau berharap dan bermimpi terlalu tinggi.

Detik demi detik berlalu. Pelabuhan Kuantan semakin sibuk dengan semakin banyak kapal sekoci yang tiba. Para penumpang yang selamat akhirnya diturunkan satu per satu di Pelabuhan Kuantan.

***

Selang tiga jam kemudian, tibalah Pak Thomas Hafiz dan Nyonya Irawaty Jauhari. Pasangan Kendo Suzuki dan Liana Fransisca Sudiyanti juga tiba di Pelabuhan Kuantan dengan menaiki pesawat pribadi mereka. Dari lapangan udara Kuala Lumpur, mereka menaiki helikopter pribadi Pak Thomas Hafiz Jauhari untuk tiba di lapangan udara pribadi yang berjarak dekat dengan Pelabuhan Kuantan.

"Kalian tidak kenapa-kenapa?" tanya Nyonya Irawaty Jauhari dengan nada panik, memeriksa keadaan anak lelakinya dan menantunya dengan cemas.

"Kami tidak apa-apa, Mom…" kata Sean Jauhari.

"Kami baik-baik saja, Mom…" kata Kimberly Phandana. Sejurus kemudian, rasa mual dan pening kembali menyerangnya. Dia segera berlari ke WC terdekat dan segera memuntahkan segala isi perutnya. Karena dia hanya meminum teh jahe hangat, yang keluar adalah aroma teh jahe hangat bercampur dengan asam lambung.

"Ada apa dengan istrimu?" tanya Pak Thomas Hafiz mengerutkan dahi.

"Sudah sejak beberapa hari lalu dia begitu, Dad… Asyik pening, mual dan ingin muntah-muntah katanya… Habis itu, dia makan banyak sekali… Kebanyakan yang dimakannya itu dimuntahkannya kembali…" kata Sean Jauhari juga dengan mimik wajah khawatir. "Aku akan ke WC menengok keadaannya."