"Sudah… Kau di sini saja… Aku yang akan pergi menengok keadaannya…" kata Nyonya Irawaty Jauhari sambil sedikit mengulum senyumannya.
"Mom tahu apa yang terjadi pada Kimberlyku?" tanya Sean Jauhari masih dengan raut wajah khawatir.
"Urusan perempuan… Kupastikan dulu… Ketika sudah pasti, akan kuberitahu padamu nanti…" Dengan sedikit raut wajah masam, Nyonya Irawaty Jauhari mengulum senyumannya dan berbalik badan pergi meninggalkan suami dan anak lelakinya yang tidak tahu-menahu apa sebenarnya yang ia maksudkan.
Hal yang sama juga terjadi pada Natsumi Kyoko.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Kendo Suzuki langsung memburu ke anak perempuannya dan menantu lelakinya.
"Kalian tidak kenapa-kenapa kan?" tanya Liana Fransisca dengan raut wajah cemas ke anak lelakinya dan menantu perempuannya.
"Kami baik-baik saja, Yah, Bu…" jawab Maxy Junior getir.
"Kami baik-baik saja, Yah, Bu…" jawab Natsumi Kyoko tersenyum lirih. Mendadak lagi rasa mual dan pening kembali menderanya. Dia segera berlari ke WC perempuan dan memuntahkan apa yang bisa dimuntahkannya di sana.
"Ada apa dengan Natsumi, Maxy Junior?" Kendo Suzuki mengerutkan dahinya dalam-dalam.
"Entahlah… Habis ini rencananya aku akan membawanya memeriksakan diri ke dokter. Sudah sejak beberapa hari terakhir ini dia asyik pening, mual dan ingin muntah-muntah terus. Dia makan banyak sekali. Kebanyakan yang dimakannya itu dimuntahkannya begitu saja… Aku akan pergi ke WC menengoknya sebentar…" kata Maxy Junior dengan napas yang sedikit memburu.
"Tidak usah… Kau di sini saja… Aku yang akan pergi ke WC menengoknya…" kata Liana Fransisca sedikit mengulum senyumannya.
"Ibu tahu apa sebenarnya yang terjadi pada Natsumiku?" tanya Maxy Junior terheran-heran. Memang terkadang si ibu angkat ini bisa memiliki beragam kejutan yang sungguh-sungguh mengejutkan.
"Urusan perempuan… Kupastikan dulu… Setelah pasti, baru aku akan memberitahumu…"
Sambil menahan senyumannya, Liana Fransisca Sudiyanti berbalik badan dan segera bergegas ke WC perempuan.
Terlihat sosok Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko Suzuki yang asyik muntah di wastafel WC perempuan. Dua perempuan senior berdiri di belakang mereka, mengelus-elus punggung mereka guna meredakan efek mual dan pening yang tengah melanda.
"Yang sabar ya, Kimberly Sayang… Hamil anak pertama memang begitu… Lebih sulit dibandingkan dengan anak kedua atau ketiga…" kata Nyonya Irawaty lemah lembut.
"Hamil anak pertama memang sangat sulit, Natsumi… Jauh lebih sulit daripada anak yang kedua atau ketiga… Tapi inilah kodrat kita sebagai perempuan…" kata Liana Fransisca Sudiyanti lemah lembut.
Mendengar itu, sungguh Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko Suzuki terperanjat kaget bukan main.
"Apa?" Terdengar suara kedua perempuan hamil itu yang menggantung di udara.
"Dalam keadaan hamil begini, kalian masih harus mengalami peristiwa tenggelamnya kapal yang begitu mengerikan… Mom sungguh merasa serba salah terhadapmu, Kimberly…" Nyonya Irawaty Jauhari meraih menantu perempuannya ke dalam pelukannya.
Liana Fransisca Sudiyanti hanya mengelus-elus pundak dan punggung Natsumi Kyoko dengan lemah lembut sembari tersenyum penuh kelembutan. "Ibu tidak tahu harus berkata apa lagi… Dalam keadaan hamil begini, kau juga harus menerima perlakuan Mary Juniar yang brutal nan tidak manusiawi. Ibu akan mewakili Mary Juniar di sini meminta maaf kepadamu, Natsumi…"
Setetes air mata gelingsir di pelupuk mata Liana Fransisca Sudiyanti.
"Mary Juniar sudah berpulang, Ibu… Dia… Dia lebih memilih mati membawa pergi obsesinya terhadap Maxy Junior… Sampai detik-detik terakhirnya pun, dia tetap saja terobsesi pada Maxy Junior. Aku tidak salah kan jika aku hanya menginginkan Maxy Juniorku menjadi milikku seorang? Aku tidak egois kan jika aku ingin mempertahankan Maxy Juniorku hanya di sampingku?"
"Tidak… Kau tidak salah… Perasaan cinta antara kau dan Maxy Junior itu murni cinta sejati… Berbeda dengan perasaan Mary Juniar terhadap Maxy Junior yang akhir-akhir ini telah berubah menjadi semacam obsesi…" Air mata Liana Fransisca Sudiyanti masih gelingsir butir demi butir di ekor matanya.
"Dan… Dan… Shunsuke dan Ciciyo juga tidak selamat, Ibu… Aku merasa sangat kehilangan… Sangat kehilangan… Kini aku sudah tidak memiliki abang angkat dan adik angkat lagi…" Butir demi butir air mata juga merengat di ekor mata Natsumi Kyoko.
"Relakanlah mereka, Natsumi… Apa yang sudah menjadi masa lalu hanya bisa dipetik hikmahnya dan direlakan… Kita tidak bisa lagi mengubah masa lalu… Kita hanya bisa fokus kepada masa kini dan mengubah masa depan. Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ibu. Itulah yang terpenting… Anak ini adalah buah cinta sejatimu dengan Maxy Junior, Natsumi… Kau harus fokus pada anak ini sekarang…" kata Liana Fransisca mengelus perut Natsumi Kyoko yang masih rata dengan lemah lembut.
"Iya… Setidaknya ada kabar baik di tengah-tengah serentetan kejadian mengerikan nan memilukan ini…" sahut Nyonya Irawaty Jauhari. "Liana… Kita sebentar lagi akan menimang cucu…"
Nyonya Irawaty Jauhari dan Liana Fransisca Sudiyanti tersenyum cerah.
"Kalian yakin kami ini sedang hamil? Rupanya seperti ini kondisi seorang perempuan yang sedang mengandung? Tidak buruk-buruk amat… Iya nggak sih, Natsumi?" Kimberly Phandana terlihat menggigit bibir bawahnya dengan gugup.
Natsumi Kyoko menyeka ekor matanya dan hanya tersenyum cerah. Dia sendiri sungguh tidak menyangka dia akan hamil secepat ini. Dia sendiri merasa bahagia tidak kepalang tanggung lagi karena kini dia tengah mengandung anak dari lelaki yang sangat dicintainya.
"Sudah berapa lama kalian tidak datang bulan? Coba bilang dulu…" tanya Nyonya Irawaty Jauhari.
"Aku sih sudah terlambat seminggu…" jawab Kimberly Phandana.
"Aku sih sudah terlambat tiga belas hari… Makanya aku heran kok sudah lewat hampir dua minggu aku kok tidak datang-datang bulan… Rupanya perutku ini tengah berisi…" kata Natsumi Kyoko tersenyum lemah lembut. Untuk sementara, kesedihannya bisa sedikit teralihkan dengan kabar baik dia kini tengah mengandung anak Maxy Junior.
"Oke… Sepulangnya nanti kita ke Jakarta, kalian berdua akan diperiksa oleh dokter langgananku. Dia juga yang mengurus segala sesuatunya ketika aku melahirkan Sean dulu…" kata Nyonya Irawaty Jauhari sembari mengedipkan matanya.
"Untuk sementara jangan beritahu dulu lelaki-lelaki yang ada di luar sana… Kalian setuju nggak?" tanya Liana Fransisca Sudiyanti dengan sebersit seringai nakal.
Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko Suzuki hanya bisa berdiri dengan mulut mereka yang sedikit terbabang lebar.
"Iya… Sesampainya di Jakarta saja baru kita beritahu mereka… Biar mereka tahu jadi laki-laki itu enak kali… Tinggal tanam benih… Sembilan bulan kemudian, dengan hanya berjalan mondar-mandir di depan kamar persalinan, atau dengan hanya menemani sebentar dalam kamar persalinan, mereka sudah bisa memanen anak, iya kan, Liana?"
"Tepat…" kata Liana Fransisca Sudiyanti tertawa lepas.
Liana Fransisca Sudiyanti ternyata berhasil. Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko tertawa lepas pada akhirnya. Untuk sementara ia berhasil mengalihkan kesedihan yang ada ke kabar baik kehamilan Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko Suzuki.