Chereads / 3MJ / Chapter 192 - Kita takkan Terpisahkan

Chapter 192 - Kita takkan Terpisahkan

"Itulah sebabnya aku tidak ingin kita naik ke kapal sekoci yang berbeda, Maxy Junior Sayang… Aku tak sanggup berpisah lagi denganmu. Aku tak sanggup kita berdua ada di kapal sekoci yang berbeda tanpa aku bisa mengetahui bagaimana kondisimu secara pastinya. Aku sudah kehilangan abang dan adik angkatku. Jika aku juga harus kehilangan suami yang begitu kucintai, aku rasa lebih baik aku mati saja tenggelam bersama-sama dengan kapal pesiar mewah Zodiac Liner tadi."

Natsumi Kyoko membenamkan kepalanya ke dalam pelukan kehangatan sang suami tampan. Ia melanjutkan isakan lembutnya di sana.

"Maafkan aku, Periku… Maafkan aku… Aku berjanji mulai detik ini kita takkan terpisahkan lagi. Mulai detik ini – apa pun yang terjadi – kita akan selalu bersama, takkan terpisahkan. Kau percaya padaku kan, Periku?" bisik Maxy Junior lemah lembut sambil terus membelai-belai kepala hingga punggung sang bidadari cantik kesayangannya.

Natsumi Kyoko menyeka ekor matanya. Dengan sebersit senyuman getir, dia menganggukkan kepalanya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Maxy Junior langsung mendaratkan satu kecupan mesra ke bibir sang bidadari cantik kesayangannya.

Keduanya sama-sama menengadah ke langit. Tampak hanya sedikit bintang yang bersinar malam ini menemani sang rembulan yang kesepian di cakrawala gelap pekat. Walau hanya sedikit bintang yang bersinar malam ini, sinar bintang-bintang tersebut mengandung janji akan malam yang cerah.

***

Perlu waktu beberapa jam bagi kapal-kapal sekoci merapat ke Pelabuhan Kuantan. Arus ombak Laut Cina Selatan yang cukup besar dari malam hingga dini hari membuat para awak kapal cukup kesulitan merapatkan kapal-kapal sekoci yang ada ke Pelabuhan Kuantan. Walau demikian, bala bantuan pun berdatangan dari Malaysia, Singapura, Thailand, Indonesia dan Vietnam beberapa jam setelah kapal pesiar mewah Zodiac Liner tenggelam di Laut Cina Selatan. Pelabuhan yang terdekat dengan lokasi tenggelamnya kapal pesiar mewah tersebut adalah Pelabuhan Kuantan.

Demikianlah menjelang jam empat subuh, akhirnya seluruh penumpang yang selamat diturunkan di Pelabuhan Kuantan. Terlihat semua penumpang yang selamat kini duduk berbalut selimut masing-masing dengan beberapa minuman hangat dalam genggaman tangan masing-masing dalam bangunan kantor pelabuhan.

Si tiga sekawan duduk dengan santai dan lega sekarang. Ketiga perawan muda mereka mendadak berdiri dan hendak berjalan ke stand yang berjualan minuman-minuman hangat di subuh hari.

"Mau ke mana?" tanya Verek Felix, Rodrigo Wisanto dan Thobie Chiawan berbarengan.

"Mau membeli minuman cokelat hangat sebentar…" jawab ketiga perawan muda lemah lembut, masih sedikit menundukkan kepala mereka, petanda tersipu malu.

Verek Felix, Rodrigo Wisanto dan Thobie Chiawan berniat mengeluarkan kartu debit mereka. Walau kartu debit tersebut sudah terkena air laut beberapa jam sebelumnya, kartu debit itu masih bisa digunakan dengan baik.

"Tidak usah… Aku juga masih menyimpan kartu debitku," kata si perawan muda yang pertama.

"Aku masih ada sedikit uang ringgitku," kata si perawan muda yang kedua.

"Tidak apa-apa… Aku juga masih menyimpan beberapa ratus dollar Singapura," kata si perawan muda yang ketiga.

Ketiganya membeli minuman cokelat hangat, bersama-sama dengan Natsumi Kyoko, Kimberly Phandana dan Frebelyn Meyrita Jaya yang juga sedang mengantre membeli minuman teh jahe hangat di stand yang sama. Tiga gadis yang masih perawan dengan tiga gadis yang keperawanan mereka sudah diserahkan mereka ke tangan lelaki yang benar-benar mereka cintai, kini saling tatap-menatap. Kemudian mereka saling melempar senyum terhadap satu sama lain.

Masing-masing membeli minuman hangat yang mereka inginkan dan kemudian menghampiri sang pangeran tampan yang sudah menunggu mereka. Natsumi Kyoko, Kimberly Phandana dan Frebelyn Meyrita Jaya kembali kepada suami dan tunangan mereka. Sementara ketiga perawan muda tersebut, masing-masing membawa minuman cokelat hangat dan kembali kepada lelaki penyelamat masing-masing.

Dengan lemah lembut, minuman cokelat hangat diserahkan kepada ketiga lelaki penyelamat mereka.

"Aku tidak bisa minum sendiri… Badanku menggigil semuanya nih…" Mendadak entah dari mana datangnya sikap manja Verek Felix.

"Kau suapi aku dong… Mana bisa aku minum sendiri di saat sekujur badanku kedinginan begini," tukas Rodrigo Wisanto dengan nada yang sedikit ketus, tetapi dia diam-diam mengulum senyumannya.

"Suapi aku dong… Kau tidak lihat seluruh badanku basah kuyup begini gara-gara melindungimu supaya kau tidak kena air tadi?" tanya Thobie Chiawan sedikit merengek.

Dengan wajah yang merona merah, dan dengan sikap malu-malu yang sedikit canggung, terpaksa ketiga perawan muda itu menuruti keinginan ketiga lelaki penyelamat mereka.

Sambil duduk dengan jarak yang begitu dekat dengan lelaki-lelaki penyelamat mereka, ketiga perawan muda itu perlahan-lahan mendekatkan cangkir yang ada dalam genggaman tangan mereka ke mulut ketiga lelaki penyelamat mereka. Terlihat Verek Felix, Thobie Chiawan, dan Rodrigo Wisanto sangat menikmati minuman cokelat hangat mereka pada subuh hari itu.

"Mana Saddam?" tanya Maxy Junior lembut kepada tiga sekawan di tengah-tengah kenikmatan mereka dengan minuman cokelat masing-masing.

"Lagi di klinik… Ada ceweknya menemaninya di sana…" kata Verek Felix dengan sebersit senyuman lirih.

"Lagi mengeluarkan peluru yang ada di betisnya…" sambung Rodrigo Wisanto.

Thobie Chiawan diam saja karena kedua temannya sudah mewakilinya memberikan jawaban yang diinginkan oleh Maxy Junior. Maxy Junior hanya menganggukkan kepalanya dan kembali mengalihkan perhatiannya ke sang bidadari cantik kesayangannya yang kini juga tengah menyuapinya minuman teh jahe hangat sesuap demi sesuap.

"Duduk lebih dekat sini lagi denganku…" kata Verek Felix melingkarkan lengannya ke pinggang sang perawan muda yang pertama dan menariknya lebih dekat. "Kenapa? Kau malu duduk berhadapan denganku dalam jarak yang begitu dekat?"

"Aku… Aku… Jujur… Selama ini aku tidak pernah kontak fisik begitu dekat dengan laki-laki…" kata si perawan muda yang pertama sembari membuang pandangannya ke arah lain.

"Kau pasti begitu takut ketika kau menyadari dirimu sudah dijual ke klub malam…" gumam Verek Felix sembari menatap lekat mata si perawan muda yang pertama itu. Si perawan muda yang pertama hanya mengangguk cepat.

"Siapa namamu, Cantik?" tanya Verek Felix membelai dagu perawan muda pertama itu dan mengarahkan wajahnya sehingga kembali berhadap-hadapan dengan wajahnya.

"Misan bukan namamu yang sebenarnya kan? Aku tahu kebanyakan gadis yang dijual sebagai gadis penghibur akan memakai nama samaran," sambung Verek Felix lagi.

"Iya… Itu hanya nama samaran yang diberikan oleh Mommy kami. Namaku adalah Clara… Clara Jessie Huang…" kata Clara Jessie sambil sedikit menundukkan kepalanya, petanda tersipu malu.

"Kau sangat cantik, Clara… Sangat cantik…" kata Verek Felix terus menatap dalam kedua bola mata bulat nan bening Clara Jessie Huang.

"Siapa namamu?" tanya Rodrigo Wisanto kini kepada sang perawan muda yang tengah duduk dalam jarak yang sebegitu dekat dengannya. Dia seperti tersihir oleh kelembutan dan kecantikan gadis itu.

"Lizbeth Zheng… Kau boleh memanggilku dengan 'Beth' saja…" kata Lizbeth Zheng sembari membuang pandangannya ke arah lain. Dia tak sanggup menahan gelora dan gelenyar aneh yang menjalar ke dalam pembuluh darahnya tatkala menatap lama sang pangeran tampan yang kini tengah duduk berhadap-hadapan dengannya.