Beberapa butir air mata bergulir turun dari pelupuk mata si perawan muda yang ketiga.
Rodrigo Wisanto memicingkan kedua matanya sebentar. Dia terlihat mereka-reka sesuatu dalam padang sanubarinya sebelum akhirnya ia membuka kembali matanya dan berujar,
"Kita harus secepatnya ke sekoci di depan sana… Ayo…" kata Rodrigo Wisanto singkat.
"Kau menerimaku dan takkan meninggalkan aku bukan?" tanya si perawan muda yang ketiga dengan wajah dan sorot mata yang sedikit berbinar.
"Seandainya kita tiba dengan selamat di darat, akan kita bicarakan lagi nanti…" sahut Rodrigo Wisanto singkat.
Dengan sebersit senyuman lirih, si perawan muda yang ketiga hanya bisa mengangguk lirih. Rodrigo Wisanto yang sudah berjalan beberapa langkah ke depan, berhenti sejenak. Dia berbalik badan dan kini menggandeng tangan si perawan muda yang ketiga. Ia kembali berbalik menghadap depan dan melangkah ke depan. Sebersit senyuman cerah kembali merekah menghiasi wajah si perawan muda ketiga yang cantik jelita.
Sejurus kemudian, si empat sekawan beserta perawan muda masing-masing sudah tiba di hadapan sekoci-sekoci yang memang khusus disiapkan untuk para penumpang. Karena salah satu betis Saddam Demetrio terluka, dia diizinkan naik ke atas sekoci terlebih dahulu bersama-sama dengan si perawan muda yang memapahnya sejak tadi.
"Dahulukan dulu anak-anak, wanita dan orang tua…" kata awak-awak kapal berulang-ulang.
"Semuanya akan kebagian sekoci… Jangan khawatir… Tapi, dahulukan dulu anak-anak, wanita dan orang tua…" kata awak kapal yang lain berulang-ulang.
"Di mana Shunsuke dan Ciciyo?" tanya Maxy Junior yang mendadak teringat kelompok mereka kekurangan dua anggota.
Verek Felix, Thobie Chiawan, dan Rodrigo Wisanto hanya bisa saling berpandangan sesaat. Kemudian mereka menundukkan kepala mereka dengan sinar mata getir.
"Apakah… Apakah… Apakah… mereka tidak selamat?" tanya Natsumi Kyoko dengan suaranya yang bergetar hebat, mengalir keluar dari kerongkongannya yang tercekat.
"Mereka terkena peluru dari Ryota Hanamura tadi… Sewaktu kalian diserang oleh Mary Juniar dan Mizuki Mimasaka di lobi tadi, Shunsuke dan Ciciyo diserang oleh Ryota Hanamura dan orang-orangnya…" kata Verek Felix dengan volume suara yang teramat kecil – hampir tidak kedengaran.
"Kaki Saddam juga terkena peluru Ryota Hanamura tadi. Shunsuke menyelamatkannya dengan menendangnya ke dalam kamar mandi sehingga dia sendiri yang terkena peluru-peluru Ryota Hanamura," jawab Rodrigo Wisanto lirih.
"Oh, Bang Shunsuke… Ciciyo…" Spontan Natsumi Kyoko menenggelamkan diri ke dalam pelukan hangat sang suami tampan dan menumpahkan semua tangisannya di sana.
"Ada di mana Ryota Hanamura sekarang?" geram Maxy Junior dengan gigi-giginya yang bergemeretak.
"Juga sudah tewas… Shunsuke sempat membombardirnya dengan peluru-peluru yang tersisa. Salah satunya bersarang pada kepala Ryota Hanamura. Dia juga berakhir di dalam kamar Capricornus tadi…" kata Thobie Chiawan lirih.
"Dahulukan anak-anak, wanita dan orang tua…" kata salah satu awak kapal berulang-ulang. Para penumpang yang ketakutan semakin berdesakan di sekitar mereka. Masing-masing ingin mencari keselamatan sendiri-sendiri.
Maxy Junior hanya bisa menahan kegeramannya sendiri. Pasalnya orang yang telah membunuh kedua sahabatnya kini juga telah tewas. Dia hanya bisa memendam kesal dan amarahnya di dalam lubuk kesadarannya yang paling dalam.
"Ayo sini, Tiga Nona Manis… Naiklah ke kapal sekoci ini… Kapal ini sudah tidak bisa diharapkan lagi… Segeralah merapat ke sini…" kata salah seorang awak kapal wanita kepada tiga perawan muda yang sejak tadi terus lengket di sisi Verek Felix, Thobie Chiawan dan Rodrigo Wisanto.
Terdengar terus tangisan tiada henti Natsumi Kyoko dari dalam dekapan Maxy Junior. Sean Jauhari juga mempererat pelukannya terhadap sang istri cantik jelita. Sama halnya dengan Ronny Alwi Emery yang mengeratkan pelukannya terhadap Frebelyn Meyrita Jaya. Apa yang sudah terjadi akan berlalu begitu saja. Mereka sama sekali tidak bisa memutar balik waktu dan mencegah kematian Shunsuke Suzuki dan Ciciyo Suzuki.
Ketiga perawan muda tersebut tampak ragu untuk naik ke kapal sekoci.
"Naiklah dulu ke kapal sekoci…" bisik Verek Felix lembut.
"Sesampainya di darat nanti, aku akan mencarimu…" bisik Thobie Chiawan.
"Sesampainya di darat nanti, aku akan mencarimu… Kita pasti akan bertemu kembali…" kata Rodrigo Wisanto lembut.
Ketiga perawan muda tersebut menggelengkan kepala mereka dengan cepat. Ketiganya berpaling kembali ke awak kapal wanita tersebut.
"Kami akan membawa suami kami ikut serta. Boleh kan?" tanya si perawan muda yang pertama.
"Kami sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain suami kami ini… Kami mohon…" kata si perawan muda yang kedua dengan raut wajah memelas.
"Tapi kalian hanya naik ke kapal sekoci yang berbeda. Kalian masih akan bertemu lagi ketika kapal-kapal sekoci ini sampai di darat," kata si awak kapal wanita dengan senyuman tidak enak hati.
"Aku hamil…" Mendadak terdengar ketiga perawan muda tersebut berkata berbarengan. Sontak saja Verek Felix, Rodrigo Wisanto dan Thobie Chiawan sedikit terperanjat kaget. Mereka sungguh tidak menyangka ketiga perawan muda yang baru saja mereka kenal akan berbuat sejauh itu supaya tidak terpisah dengan mereka. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, ketiganya merasa mereka sungguh dibutuhkan, sungguh diandalkan.
"Oke… Baiklah… Naiklah… Di atas kapal sekoci saja kalian memakai pelampung-pelampung ini ya…" kata si awak kapal wanita sembari memberikan enam pelampung kepada ketiga pasangan tersebut.
Dengan demikian, sejurus kemudian Verek Felix, Thobie Chiawan, dan Rodrigo Wisanto telah naik ke kapal sekoci dengan pasangan perawan muda masing-masing.
"Kalian naiklah dulu… Kami akan mencari kalian sesampainya di darat nanti…" kata Maxy Junior ketika ketiga sahabatnya memandanginya dengan sorot mata khawatir.
Verek Felix, Thobie Chiawan dan Rodrigo Wisanto hanya bisa menganggukkan kepala mereka. Mereka mengenakan pelampung masing-masing dan duduk di kapal sekoci mereka. Kapal sekoci mulai bergerak semakin jauh dan semakin jauh dari kapal pesiar mewah Zodiac Liner yang kini tinggal menunggu waktunya itu.
Maxy Junior, Sean Jauhari dan Ronny Alwi Emery bergerak mendekat ke kapal sekoci yang lainnya.
"Naiklah ke kapal sekoci, Tuan-tuan, Nyonya-nyonya…" kata si awak kapal lelaki. Kelihatannya sekoci-sekoci yang ini memang khusus diperuntukkan bagi kaum lelaki dan anak-anak muda.
Sean Jauhari dan istri cantik jelitanya naik ke kapal sekoci mereka dan mengenakan pelampung mereka. Sama halnya dengan Ronny Alwi Emery dan Frebelyn Meyrita Jaya yang juga naik ke kapal sekoci mereka dan mengenakan pelampung mereka. Dua kapal sekoci juga bergerak menjauh, semakin jauh, semakin tidak kelihatan.
Sayang sekali ketika Maxy Junior dan Natsumi Kyoko hendak naik ke kapal sekoci yang berikutnya, sekonyong-konyong bom-bom berikutnya meledak. Kali ini semua bom tersebut meledak secara beruntun dan bertubi-tubi. Bagian depan kapal juga mulai hancur. Semua penumpang langsung memburu ke kapal-kapal sekoci yang ada tanpa lagi mengenakan pelampung mereka. Dalam sekejap, semua kapal sekoci yang ada langsung penuh sesak oleh para penumpang yang histeris nan ketakutan. Terdengar jeritan histeris yang melengking tinggi di mana-mana.