Chereads / 3MJ / Chapter 186 - Balasannya Adalah CTRL-V (bagian 1)

Chapter 186 - Balasannya Adalah CTRL-V (bagian 1)

Mizuki Mimasaka berdiri di atas kedua kakinya yang gemetaran hebat. Dia telah salah membunuh orang dan kini orang itu akan tewas meregang nyawa di depan mata kepalanya sendiri. Tidak pernah dia membunuh orang secara langsung dan menyaksikan orang tersebut tewas di depan mata kepalanya sendiri. Selama ini dia hanya menyingkirkan semua musuh-musuhnya dengan racun dan semua korbannya tidak meregang nyawa di depan mata kepalanya sendiri. Kini keadaan sedikit lain… Pistol berangsur-angsur mulai terlepas dari genggaman tangannya yang juga gemetaran.

Masuklah anak-anak buah Mimasaka dari pintu yang mengarah ke kolam renang. Masuk juga anak-anak buah Suzuki dan si empat sekawan dari pintu yang mengarah ke lift yang menuju ke lantai-lantai di bawah. Maxy Junior tampak berlari dengan kecepatan penuh dari belakang si empat sekawan. Dia segera menghampiri sang bidadari cantik jelita yang sudah terkapar tidak berdaya di lantai lobi.

"Kau tidak kenapa-kenapa, Periku?" tanya Maxy Junior dengan kepanikan dan kekhawatiran yang bergulat menjadi satu.

Natsumi Kyoko menggelengkan kepalanya dengan sebersit senyuman lega terpancar dari wajahnya yang tetap cantik jelita. "Tidak kenapa-kenapa lagi, Sayang… Tadi sempat sakit di mana-mana… Sekarang benaran sudah tidak kenapa-kenapa… Aku lega sekali kau akhirnya berada di sampingku sekarang, Sayang…"

Natsumi Kyoko menenggelamkan diri dalam pelukan hangat sang suami tampan. Tangisannya bertumpah ruah dalam pelukan hangat tersebut. Tangan Maxy Junior terangkat dan membelai-belai kepala hingga punggung sang bidadari cantik.

Mary Juniar yang kini sudah berada di batas kehidupan dan kematian, sempat menyaksikan adegan tersebut. Hatinya kembali teriris perih dan api kecemburuan kembali tersulut. Mizuki Mimasaka juga menyaksikan adegan tersebut. Api kecemburuan, dendam dan amarah kembali menyala dan membakar pikiran kewarasannya.

"Maxy Junior! Aku menyukaimu! Aku mencintaimu! Kau hanya bisa bersama-sama denganku dan menjadi milikku! Kau takkan pernah bisa bersama-sama dengan perempuan mana pun! Kau takkan pernah bisa bersatu dan berbahagia dengan si Natsumi Kyoko itu!" teriak Mizuki Mimasaka yang kini sudah dibayang-bayangi batas kesadaran dan ketidaksadarannya.

"Menyerahlah, Mizuki Mimasaka… Kau sudah capek berlari selama ini… Mary Juniar… Kau juga capek kan terus berlari dan berlari selama ini…?" tanya Maxy Junior dengan raut wajah yang tenang tanpa ekspresi. Akan tetapi, sorot matanya tajam bergantian mengarah ke Mary Juniar dan Mizuki Mimasaka.

"Aku takkan berhenti… Aku takkan berhenti sebelum aku menyingkirkan si Natsumi Kyoko itu dari kehidupanmu, Bang Maxy Junior… Aku takkan berhenti…" sela Mary Juniar terpatah-patah di batas kehidupan dan kematian yang kini mulai menggerogotinya.

Mendadak terdengar beberapa tembakan beruntun dari koridor dalam yang mengarah ke kamar-kamar penthouse mewah. Si empat sekawan dan beberapa anak buah Suzuki segera menyerbu masuk ke dalam guna melihat apa sebenarnya yang telah terjadi di dalam. Tinggallah anak-anak buah Suzuki yang lain di ruangan lobi lantai enam. Tampak juga Sean Jauhari yang berdiri di belakang anak-anak buah Suzuki, yang memeluk sang istri cantik kesayangannya dalam dekapan kehangatannya, yang menyaksikan apa yang tengah terjadi kini dengan sorot mata penuh kekhawatiran.

"Aku kasihan kepadamu, Mary Juniar… Dan juga kasihan kepadamu, Mizuki Mimasaka… Kau tidak mencintaiku. Kau tidak menyukaiku. Sejak awal, yang kausukai dan kaucintai adalah dirimu sendiri, harga dirimu sendiri. Jika kau tidak bisa melepaskan hal itu, kau akan menemui akhir yang tragis di sini. Siapa pun tidak bisa menolongmu…" kata Maxy Junior, masih dengan raut wajah tanpa ekspresi, dengan sorot mata tajam.

"Habisi mereka sekarang!" teriak Mizuki Mimasaka kepada anak-anak buahnya yang berdiri di belakang.

"Kalau mereka maju, kami akan maju! Dan kita akan sama-sama ke neraka!" teriak Maxy Junior mencoba sekali lagi di batas pertahanannya yang terakhir.

"Pikirkan sekali lagi sebelum kau menekan tombol start dan kita semua akan mati mengenaskan di sini!" Maxy Junior terus menatap Mizuki Mimasaka dengan sinar mata tajam.

"Bunuh… mereka… semua…!!!" desis Mizuki Mimasaka lagi, secara perlahan, dan dengan mimik wajah nanar.

Terjadilah baku hantam yang mengerikan. Tembak-menembak tidak terhindarkan lagi. Mizuki Mimasaka bergerak ke belakang dan bersembunyi di balik tiang besar. Maxy Junior segera menarik istrinya yang kini terluka ke dalam koridor yang mengarah ke kamar-kamar penthouse mewah lantai enam.

"Bagaimana ini, Sayang? Kalau keadaan ini terus berlanjut, bisa-bisa anak-anak buah kita terus berguguran tanpa sisa." Natsumi Kyoko terlihat panik dan khawatir.

"Jangan khawatir… Ayahmu sepertinya memiliki firasat buruk hal ini akan terjadi. Dia sudah mempersenjatai anak-anak buahnya secara lengkap. Mereka semua memakai rompi anti peluru. Takkan ada yang terjadi pada anak-anak buah Suzuki. Tenanglah…"

Maxy Junior mengalihkan perhatiannya ke seluruh tubuh sang bidadari cantik kesayangannya.

"Kau kenapa-kenapa, Periku? Oh, seandainya tadi aku tiba lebih cepat… Seandainya tadi aku menghubungimu, menanyakan kau ada di mana, dan terus bersamamu, kau tidak perlu terluka seperti sekarang ini…" Maxy Junior merasa bersalah. Dia merengkuh sang bidadari cantik kesayangannya ke dalam dekapan kehangatannya.

Sean Jauhari dan Kimberly Phandana bergerak mendekat dan juga ikut bersembunyi di tengah-tengah aksi tembak-menembak antara dua kubu.

Pas mereka sudah sampai di dalam koridor yang mengarah ke kamar-kamar mereka, terlihatlah sosok bayangan Mary Juniar yang berusaha bangun dan berdiri. Tentu saja begitu tubuhnya menegak, tubuhnya langsung menjadi sasaran dari beberapa peluru nyasar. Darah merah segar semakin banyak keluar dan muncrat ke berbagai arah.