Chereads / 3MJ / Chapter 185 - Menekan CTRL-C

Chapter 185 - Menekan CTRL-C

"Aku dan Ciciyo akan selalu mencintai dan menyayangi Maxy Junior dan Natsumi. Kami akan selalu mendoakan yang terbaik buat mereka, di mana pun kami berada. Kami tidak sempat menyampaikan pesan terakhir ini kepada mereka lagi karena waktu kami sudah dekat, waktu kami tidak banyak lagi."

"Shunsuke… Ciciyo…" Terdengar tangis si empat sekawan di kemuncak kesedihan, kegetiran, dan ketidakberdayaan mereka.

"Juga untuk Sean dan Kimberly… Kami juga mencintai dan menyayangi mereka berdua… Nantinya, kami akan berdoa dari atas sana semoga mereka berdua tetap saling mencintai dan hidup berbahagia." Kalimat Ciciyo Suzuki mulai terputus-putus.

"Juga untuk kalian berempat… Aku senang bisa memiliki sahabat-sahabat baik seperti kalian berempat. Meski waktu kebersamaan kita tidaklah lama, aku akan selalu mengingatnya dan menyimpannya dalam lubuk kesadaranku yang terdalam sebagai salah satu kenangan yang terindah dalam hidupku yang membosankan ini." Shunsuke Suzuki terbatuk-batuk hebat dan memuntahkan darah yang juga tak kalah banyak dengan yang dimuntahkan oleh istrinya barusan.

Tangisan si empat sekawan masih terus membelandang ke seisi kamar Capricornus tersebut. Kini terlihat Shunsuke Suzuki dan Ciciyo saling memandang dengan sorot mata penuh cinta dan kerinduan.

"Sebentar lagi sudah mau mati, Sayang… Kau tidak berniat menciumku dan mengatakan betapa kau mencintaiku?" tanya Shunsuke Suzuki dengan sebersit senyuman lemah nan tak berdaya.

Juga dengan sebersit senyuman lemah nan tak berdaya, perlahan-lahan Ciciyo Suzuki menaikkan kepalanya dan mendaratkan satu kecupan mesra ke bibir sang suami tampan yang penuh darah merah segar.

"Aku mencintaimu… Sangat mencintaimu, Bang Shunsuke Sayang…" bisik Ciciyo Suzuki lirih.

"Aku sangat mencintaimu, Ciciyo Sayang… Aku takkan pernah meninggalkanmu… Kita akan berjumpa lagi di surga sana, Sayangku…" bisik Shunsuke Suzuki lirih dengan sebersit senyuman getir.

Kelopak mata perlahan-lahan terpejam erat. Tubuh keduanya sama sekali tidak bergerak lagi seiring dengan batin yang sudah memisahkan diri dari tubuh jasmani mereka. Shunsuke Suzuki dan Ciciyo Suzuki akhirnya berangkat ke kehidupan mereka yang selanjutnya dengan posisi tubuh keduanya yang saling memeluk satu sama lain. Mereka pergi begitu saja membawa rahasia terakhir yang baru saja mereka ketahui beberapa saat yang lalu.

Tangisan si empat sekawan terus mengalun tiada henti, laksana senandung kesedihan yang berkelana ke segala penjuru, menyampaikan kabar duka yang terdengar begitu menyakitkan hati dengan gulana yang begitu menyayat-nyayat nan mengiris-ngiris.

Satu jam sebelumnya di luar kamar-kamar penthouse kapal pesiar mewah Zodiac Liner…

Baru saja Natsumi Kyoko hendak bergerak menyusuri koridor yang mengarah ke kamar Aries, mendadak saja rambutnya dijambak oleh Mizuki Mimasaka yang entah muncul dari mana. Terdengar pekikan melengking tinggi Natsumi Kyoko karena rambutnya dijambak tiba-tiba dari belakang.

"Kenapa kau bisa ada di kapal ini? Apa yang kauinginkan dariku?" Teriakan Natsumi Kyoko berkumandang sampai ke seisi lantai enam.

"Apa yang kuinginkan? Tentu saja aku ingin kau menghilang dari kehidupan Maxy Junior, Natsumi Kyoko! Aku ingin kau pergi dari kehidupan Maxy Junior untuk selamanya!" Terdengar tawa sinis Mizuki Mimasaka yang menjijikkan.

Kali ini amarah dan kegeraman Natsumi Kyoko benar-benar naik sampai ke ubun-ubunnya. Mendadak saja ada dua perempuan tak tahu diri yang ingin dia berpisah dari laki-laki yang teramat dicintainya. Mendadak saja ada dua perempuan pelakor yang ingin menyingkirkannya dari laki-laki yang teramat dicintainya. Dia tidak bisa mendiamkan hal itu lagi. Dia tidak bisa membiarkan mereka semena-mena lagi dan menginjak sampai ke atas kepalanya.

Kimberly Phandana sudah sampai ke lobi luar dari deretan kamar-kamar mewah lantai enam. Dia memekik tertahan ketika melihat Natsumi Kyoko sudah jatuh ke cengkeraman tangan seorang perempuan Jepang – entah siapa dia.

"Siapa lagi ini!" pekik Kimberly Phandana.

"Segera pergi dari sini, Kimberly… Jangan hiraukan aku… Lari dan selamatkan dirimu… Mereka berniat jahat terhadap kita…" teriak Natsumi Kyoko di puncak ketidakberdayaannya.

Kimberly Phandana menganggukkan kepalanya dan segera mengambil langkah seribu dari lobi lantai enam tersebut. Sejurus kemudian, Mary Juniar masuk ke lobi kamar-kamar mewah lantai enam dari pintu yang menghubungkan lobi dengan kolam renang di luar.

"Serahkan Natsumi Kyoko kepadaku! Aku yang akan menamatkan kehidupannya di kapal ini!" kata Mary Juniar dengan tatapan dingin.

"Aku yang akan menyelesaikannya! Dia sudah mempermalukanku di kantor Maxy Junior waktu itu! Aku tidak akan membiarkan siapa pun yang mempermalukanku! Siapa pun yang berani-beraninya mempermalukanku takkan pernah mempunyai akhir yang baik!" desis Mizuki Mimasaka di puncak kegeraman dan kebenciannya.

"Dalam perjanjian kita, tak disebutkan siapa yang berhak mengakhiri hidup perempuan ini bukan?" tanya Mary Juniar dengan sorot mata menantang.

"Oleh sebab itulah, aku menyimpulkan siapa pun yang pertama kali mendapatkannya, dialah yang berhak menamatkan hidup perempuan terkutuk ini!" sahut Mizuki Mimasaka dengan sebersit senyuman sinis pada wajahnya.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Natsumi Kyoko membelungsing dalam kemuncak ketidakberdayaannya.

"Natsumi Kyoko Suzuki akan menjadi milikku! Aku memiliki banyak dendam dan perhitungan yang belum kuselesaikan dengannya! Aku yang akan mengakhiri hidupnya malam ini! Serahkan dia padaku!" teriak Mary Juniar memberi peringatan sekali lagi.

"Aku yang akan mengakhiri hidupnya malam ini! Siapa pun takkan pernah bisa mempermalukanku seperti apa yang telah dilakukan oleh Natsumi Kyoko Suzuki ini terhadapku! Aku yang akan membuat perhitungan dengannya malam ini dan menamatkan kehidupannya yang memuakkan ini!" teriak Mizuki Mimasaka juga tak berniat mundur sedikit pun.

Sekonyong-konyong Mary Juniar mengeluarkan sebuah pisau kecil dari balik jaketnya. Pisau kecil dilemparkan dan dengan tepat menancap pada bahu Mizuki Mimasaka. Mizuki Mimasaka berteriak nyaring dan melepaskan cengkeramannya pada Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko tersungkur lemas ke lantai. Mary Juniar mengambil dua langkah lebar maju dan melayangkan selonjor besinya ke arah Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko berguling ke kiri dan ke kanan guna mengelak pukulan selonjor besi tersebut. Begitu ada kesempatan, Natsumi Kyoko menendang tulang kering Mary Juniar yang dia tahu sempat dilukai oleh Kimberly Phandana beberapa saat sebelumnya. Terdengar lagi pekikan nyaring dari Mary Juniar. Karena kesakitan, Mary Juniar pun tersungkur lemas ke lantai.

Mizuki Mimasaka mengeluarkan sepucuk pistol dari gaun malam yang dikenakannya. Mata Natsumi Kyoko membelalak seketika begitu ia melihat benda itu di bawah temaram lampu neon di ruangan lobi kamar-kamar mewah lantai enam. Dengan sigap, Natsumi Kyoko berguling ke samping kiri lagi begitu pistol itu ditembakkan oleh Mizuki Mimasaka. Alhasil, peluru langsung bersarang di dada Mary Juniar. Terdengar teriakan nyaring yang membahana dari Mary Juniar Tanuwira karena kini sebutir peluru telah bersarang pada rongga dadanya.

Natsumi Kyoko terperanjat kaget bukan main. Silap sedikit saja, peluru tersebut tadi nyaris bersarang di tubuhnya. Dia hanya bisa menyaksikan adegan kengerian tersebut dengan kedua bola mata yang mencelang dan sepasang bibirnya yang terbabang lebar.