Chereads / 3MJ / Chapter 176 - Persahabatan & Persaudaraan yang Benar-benar Murni?

Chapter 176 - Persahabatan & Persaudaraan yang Benar-benar Murni?

Rodrigo Wisanto meledak dalam tawa renyahnya. "Tidak… Kok aku bisa semudah itu takluk di depan seorang wanita sih? Kalian pikir aku ini bucin kayak Maxy Junior atau Sean. Ada-ada saja…"

"Yakin kau tidak kenapa-kenapa?" tanya Saddam Demetrio Wietono sembari menyipitkan sepasang bola matanya karena ia kurang yakin dengan jawaban yang diberikan oleh Rodrigo Wisanto.

"Iya… Aku baik-baik saja… Kalau benaran aku ada masalah, kalianlah yang akan aku cari dan minta saran. Percayalah padaku…" tukas Rodrigo Wisanto santai.

"Jadi sekarang sudah ada masalah dan kau merasa ini masih belum saat yang tepat untuk meminta saran dan nasihat kami karena kau berpikir kau bisa menyelesaikannya sendiri?" Maxy Junior sedikit memajukan wajahnya dan membeliakkan kedua bola matanya.

Keempat teman yang lain kembali mengarahkan pandangan dan fokus mereka ke Rodrigo Wisanto.

"Tidak loh, Maxy Junior…" Rodrigo Wisanto meledak dalam tawa gelinya. "Tidak apa-apa… Hanya saja aku sibuk sekali akhir-akhir ini mengurus perusahaan rekaman ayahku. Ada banyak hal yang mesti aku benahi karena kurang cocok menurut seleraku. Begitu saja… Jangan terlalu dramatis deh, Friends… Ada apa-apa, tetap kalianlah yang akan kudatangi untuk meminta saran dan nasihat."

Kelima temannya yang lain membuang pandangan mereka ke kolam renang yang tidak begitu ramai sore itu.

"Begitulah… Sehabis tamat SMA dan membantu di perusahaan ayahku akhir-akhir ini, aku jadi merasa masa-masa SMA merupakan masa-masa yang paling indah," ujar Thobie Chiawan.

"Dan dunia masyarakat, apalagi dunia bisnis jelas bukan dunia dongeng yang indah," sahut Sean Jauhari.

"Iya… Tidak ada yang namanya persaudaraan dan persahabatan sejati di sana…" sambung Verek Felix.

"Di dunia ini memang tidak ada yang namanya persaudaraan dan persahabatan sejati…" tepis Saddam Demetrio yang membuat pandangan kelima temannya mengarah ke dirinya sekarang.

"Jadi kami ini apa?" ujar kelima sahabatnya secara serempak.

"Contohnya ya… Ini aku kasih contohnya… Ketika aku tidak ada, kalian berlima pun terkadang ada menggosipkan aku yang nggak-nggak kan? Ketika Maxy Junior dan Sean tidak ada di sini tadi, kita berempat pun ada ghibah soal mereka kan?" Saddam Demetrio meledak dalam tawa gelinya.

"Ya kita kan hanya ghibah mengenai soal yang ringan-ringan, soal yang sepele, yang tidak bisa sampai menusuk dan menghancurkan teman-teman kita dari belakang, iya kan?" protes Rodrigo Wisanto.

Keempat temannya yang lain terkekeh kecil.

"Iya… Maksudku ya itu tadi… Tidak ada persahabatan dan persaudaraan yang benar-benar murni. Pasti ada grup-grup ghibahnya di sana-sini, iya kan?" Saddam Demetrio meluruskan lagi maksudnya yang barusan.

"Tapi terus terang, aku suka dengan persahabatan yang seperti ini… Terima kasih karena kalian telah mengajakku bergabung…" kata Sean Jauhari.

Kelima temannya yang lain bersorak berbarengan, "Uuuhh…"

"Aku juga berharap ke depannya ketika masing-masing dari kita sudah punya anak, anak-anak kita juga akan saling bersahabat – sama seperti persahabatan kita…" sela Maxy Junior.

Si empat sekawan bersorak berbarengan lagi, "Uuhh…"

"Bisalah dia yang sudah beristri dan sebentar lagi akan memiliki buah-buah hati yang tampan-tampan dan lucu-lucu," sahut Verek Felix sedikit mencibir.

"Tidak secepat itu deh…" kata Maxy Junior membuang pandangannya ke arah lain, menatap sang istri yang kini tengah bercengkerama dengan kedua temannya di pinggiran kolam.

"Kami baru saja menikah… Mana mungkin mereka akan hamil secepat itu…" sanggah Sean Jauhari.

"Kalian gas istri kalian hampir tiap hari tiap malam kan? Natsumi dan Kimberly adalah dua gadis muda yang sehat…" sahut Saddam Demetrio.

"Dan vitalitas dan kejantanan kalian berdua sih aku sudah tidak meragukannya lagi," cetus Thobie Chiawan dan kemudian ia meledak dalam tawa gelinya.

Kembali Maxy Junior dan Sean Jauhari mengelus-elus kepala belakang mereka.

"Jadi, mana mungkin istri kalian tidak bisa hamil kalian buat. Aku yakin sepulangnya dari sini akan ada berita bagus dari Tanuwira dan Jauhari. Lihat saja deh nanti…" sela Verek Felix sebegitu yakinnya.

"Iya… Pasti… Itu tidak usah diragukan lagi…" sambung Saddam Demetrio.

Maxy Junior dan Sean Jauhari hanya bisa menyeringai geli melihat kekukuhan prinsip keempat teman mereka.

Sementara para lelaki memiliki boys' talk mereka sendiri, para perempuan tentu saja juga memiliki girls' talk mereka sendiri.

"Hah? Jadi kau dan Ronny sudah bertunangan?" Mata Natsumi Kyoko dan Kimberly sedikit membeliak mendengarkan cerita dari Frebelyn Meyrita Jaya.

Frebelyn Meyrita hanya mengangguk ringan sambil sedikit tersipu malu.

"Nggak usah malu, Frebelyn… Kita ini sahabat… Kau bisa cerita apa saja pada kami…" ujar Kimberly tersenyum cerah.

"Karena aku dan Ronny sama-sama berumur 19 tahun, Ayah dan Ibu bilang jangan buat pesta pernikahan dulu. Tahun depan saja jika memang sudah tidak sabar ingin menikah. Jadi tahun ini kami bertunangan dulu. Ronny takut aku nanti… nanti… Pokoknya intinya itu… Jadi, kami bertunangan dulu…" cerita Frebelyn Meyrita Jaya seraya mengulum senyumannya.

"Jadi sekarang kau sudah tidak perawan lagi?" bisik Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko dan Kimberly kemudian meledak dalam tawa geli mereka.

Frebelyn Meyrita Jaya hanya mengangguk ringan. Tubuhnya menjadi panas dingin dan rona merah delima mulai menyelangkupi kedua belahan pipinya.

"Kami berbaikan lagi pas saat aku mengajaknya ikut pelayaran ini. Dua malam setelahnya dia mengundangku ke apartemennya dan menyatakan perasaannya. Aku menerima perasaannya dan mungkin… mungkin aku terlalu larut ke dalam perasaanku sendiri jadi hal itu baru bisa terjadi. Aku tidak mencegahnya. Ciumannya semakin panas dan belaiannya semakin… semakin… semakin intens… Itu terjadi begitu saja… Aku tidak mampu mengendalikannya apalagi menghentikannya…" cerita Frebelyn Meyrita Jaya, masih dengan rona merah delima yang jelas di wajah dan lehernya.

Natsumi Kyoko dan Kimberly hanya mendengarkan cerita Frebelyn Meyrita dengan wajah cengengesan.

"Sehari setelah kejadian itu, dia langsung menemui ayah dan ibuku membicarakan soal pernikahan. Karena umur kami 19 tahun tahun ini, Ayah dan Ibu menyarankan pertunangan dulu. Tahun depan saja baru menikah… Begitulah…" Frebelyn Meyrita kali ini berani mengenakan cincin pertunangannya dan memperlihatkannya kepada kedua sahabatnya.

"Wow… Cantik sekali cincin ini… Ronny benar-benar tulus mencintai dan menyayangimu, Frebelyn… Jangan lepaskan dia lagi kali ini, Freb…" cetus Natsumi Kyoko turut merasa senang.

"Iya… Jangan lepaskan lagi laki-laki sebaik itu… Atau kalau tidak, kau akan menyesal nanti…" tambah Kimberly juga turut merasa senang atas kebahagiaan temannya.

Pembicaraan selanjutnya sudah berkisar antara keseharian mereka setelah mereka tamat dari SMA Newton Era. Masing-masing menceritakan soal kesibukan mereka bantu-bantu di perusahaan suami dan tunangan mereka. Tak terasa waktu bergulir sedemikian cepatnya sampai akhirnya matahari mulai condong ke cakrawala belahan barat.

Diam-diam adegan keceriaan dan kegembiraan tersebut disaksikan oleh dua bola mata Mary Juniar yang berbalut dendam dan kebencian.