Hal yang sama juga berlaku di kamar Aquarius.
"Honey… Oh, Honey… Shit! Shit! Dari mana kau belajar tentang ini, Honey!" teriak Sean Jauhari setengah melolong tatkala istrinya sedang menyelesaikan aksi 'obat manjurnya' di daerah selangkangannya.
"Inilah yang membuatku berselera, Sayang… Aku tidak berselera dengan segala makanan dan minuman yang ada dalam daftar menu restoran tadi siang. Aku mendadak berselera dengan milikmu ini, Sayang…" Kimberly Phandana menyeringai nakal dengan tangannya yang masih melakukan aksi kocok-mengocok di bawah sana.
Mulut dan lidah bermain lagi. Benar-benar jiwa sang suami ganteng serasa dibuat meledak ketika bagian yang paling penting dari dirinya dikulum dan dilumat oleh sang istri cantik jelita yang sangat dicintainya. Sesekali lidah akan bermain di daerah pinggiran senjata kejantanannya dan jari-jemari akan bermain-main dengan kedua kelereng kembar yang ada di bawah sana. Terdengar lagi desahan dan erangan panjang dari jiwa sang suami tampan yang sudah melanglang ke negeri kahyangan di atas sana.
"Shit! Shit, Honey! Kau sungguh membuatku melayang… Kau sungguh membuatku tidak berdaya…" Terdengar Sean Jauhari terus merapalkan mantera kenikmatan yang kian menggeligit nan menggerayangi belahan sukmanya yang terdalam.
"Kau tidak suka, Sayang?" Pura-pura Kimberly Phandana berhenti sebentar dan menatap suaminya dengan sorot mata polos.
"Jangan berhenti, Honey! Jangan berhenti! Shit! Aku belum selesai, Honey!" Sean Jauhari melolong setengah berteriak.
Sambil menyeringai nakal, Kimberly Phandana meneruskan lagi aksi 'cemilan sorenya' di daerah selangkangan sang suami ganteng, membuat sensasi kenikmatan sang suami ganteng meletus di atas hasrat yang mendayu-dayu nan berombak-ombak.
Tampak peluh membutir besar-besar di sekujur tubuh Sean Jauhari. Napasnya tersengal-sengal dan matanya sedikit membelalak lebar.
"Kau menelan semuanya, Honey? Shit!" Sean Jauhari agak terperanjat kaget.
"Iya… Memangnya kenapa? Aku merasa baikan sekarang, Sayang… Hilang sudah rasa pening dan mual tadi… Benar-benar obat yang mujarab, Sayang…" Kimberly Phandana menyeringai puas.
Kepala sang suami ganteng menggeleng ringan. "Tidak kusangka kau juga bisa hal-hal seperti ini, Honey… Pasti Natsumi yang mengajarimu kan?"
Kimberly Phandana hanya menganggukkan kepalanya dengan santai. Tampak senyuman kepuasan dan kebahagiaan merekah di wajah Sean Jauhari. Dia merengkuh sang istri pujaan ke dalam dekapan kehangatannya.
"Kau tidak geli atau alergi terhadap cairanku itu, Honey?" bisik sang suami ganteng dengan mesra.
Kimberly Phandana menggeleng ringan. Rona merah delima mulai menyelangkupi kedua belahan pipinya.
"Mulanya aku kira aku bakalan geli atau alergi. Tapi tidak kok… Bahkan rasa pening dan mual yang sejak tadi menderaku sudah hilang sekarang. Lain kali ketika aku mual dan ingin muntah-muntah lagi, kau harus siap siaga memberiku cairanmu lagi ya, Sayang," kata Kimberly Phandana dengan gaya memelas nan sedikit manja.
"Sejak kapan istriku ini berubah menjadi wanita yang genit ya?" Sean Jauhari dengan gemas menghujani seluruh wajah dan leher sang istri cantik jelita dengan ciuman mesra yang bertubi-tubi.
Kimberly Phandana hanya tertawa cekikikan karena merasa geli di bawah ciuman sang suami ganteng yang bertubi-tubi.
"Aku… Aku ingin… ingin bercinta lagi denganmu, Honey… Kau mengizinkannya bukan?" Mendadak sang suami ganteng berbisik di daun telinga Kimberly Phandana dengan suara parau nan seksi.
Kimberly Phandana memegangi kedua belahan pipi sang suami, menatapnya dengan penuh cinta dan berujar,
"Lakukanlah, Sean Sayang… Selamanya Kimberly adalah milik Sean…"
Kimberly Phandana seperti menekan tombol start dan selanjutnya dia sungguh tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri lagi. Sang suami ganteng membawanya menuju puncak surgawi dengan hasrat mereka yang meledak-ledak, dalam desiran angin asmara yang melambai-lambai.
***
"Sudah hampir setengah jam kami berenang, kalian berdua baru nongol…" celetuk Thobie Chiawan sedikit menyindir dan mencibir.
Tampak Maxy Junior dan Sean Jauhari mengenakan celana renang mereka model brief warna cokelat gelap dan hitam berjalan ke arah si empat sekawan.
"Menggembung banget isi celana kalian tuh, Kawan… Apakah baru saja mendapat service sepanjang siang tadi di dalam kamar?" tanya Verek Felix menggerak-gerakkan alisnya dengan sebersit seringai nakal.
Maxy Junior dan Sean Jauhari hanya mengelus-elus kepala mereka, menyeringai nakal, dan sedikit berdeham terhadap satu sama lain.
"Aduh! Enaknya yang punya istri…" sahut Saddam Demetrio mendeham sebentar.
"Tentu dong… Ada yang mencintai, ada yang menyayangi kita, ada yang senantiasa memperhatikan kita…" sela Maxy Junior.
"Tunggu sampai kau bertemu dengan wanita pujaan hatimu deh… Perasaan yang pas dan kena banget seperti itu… Di saat itulah kau akan mengerti apa yang sedang kami rasakan sekarang…" sela Sean Jauhari.
Si empat sekawan kontan bersorak panjang secara serempak, "Uuuhh…"
"Di antara mereka berempat, kira-kira mana duluan yang akan bucin dengan wanita pujaan hatinya, Maxy Junior?" tanya Sean sekarang.
"Mungkin Rodrigo… Akhir-akhir ini kau menjadi sedikit pendiam, Rod… Ada apa?"
"Iya… Ada apa sih? Kau selalu tidak bicara jika kami tidak mengajakmu bicara, Rod. Ada apa?" tanya Saddam Demetrio penasaran.
"Kenapa jadinya kalian melihat ke aku sekarang? Bukankah tadi kita sedang membicarakan betapa bucinnya Maxy Junior dan Sean?" Rodrigo Wisanto Tjanggara menjadi sedikit salah tingkah.
"Karena kau sering kali diam dan menyendiri akhir-akhir ini. Kalau Maxy Junior tidak bilang sekarang, aku juga jadi lupa sebenarnya sudah beberapa hari terakhir ini aku ingin bertanya padamu. Ada apa, Rod? Jangan-jangan kau sudah bertemu dengan soulmate-mu dan sekarang kau tidak tahu apa yang mesti kaulakukan…" celetuk Verek Felix Tionadi dengan sinar mata menyelidik ke salah satu temannya itu.