"Mana Shunsuke dan Ronny ya?" celetuk Thobie Chiawan.
"Masih di kamar mungkin… Tadi aku ada tanya mereka mau makan siang barengan tidak… Shunsuke buka pintu dan terlihat hanya mengenakan celana panjangnya. Ia terlihat bertelanjang dada. Tahu diri deh aku dia dan Ciciyo memiliki suatu urusan penting mendesak yang harus diselesaikan pada saat itu juga," gumam Verek Felix mengulum senyumannya.
"Aku juga ada mengetuk kamar Ronny. Dan ia juga membuka pintu, terlihat hanya mengenakan celana pendeknya dan bertelanjang dada. Tahu diri juga deh aku…" gumam Rodrigo Wisanto mengulum senyumannya.
Seisi meja meledak dalam tawa mereka. Belum lama derai tawa mereka, mendadak saja lewatlah dua orang pelayan yang mengangkat sepanci besar air panas yang kelihatannya baru saja mendidih di hadapan meja mereka. Entah dari mana dan akan dibawa ke mana sepanci besar air panas tersebut. Kedua pelayan tampak mulai kewalahan mengangkat panci besar yang sebegitu berat dan harus melewati celah-celah kecil di antara meja-meja dan kursi-kursi dalam restoran mewah tersebut.
Tak ayal lagi, kaki salah satu pelayan tersebut tersandung ke kaki kursi. Si pelayan tersebut jatuh terjerembab ke lantai. Secara otomatis panci besar berisi berpuluh-puluh liter air panas kontan terjatuh ke meja Maxy Junior, Natsumi Kyoko, dan kawan-kawan. Tersiramlah kepala hingga punggung Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana oleh air yang baru saja mendidih. Maxy Junior dan Sean Jauhari yang duduk di sekitar mereka hanya terkena beberapa cipratan air panas. Akan tetapi, sudah terasa panas yang begitu menyengat dan membakar kulit.
"Aarrhhkk…!" Terdengar pekikan melengking tinggi Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana. Tidak tahan lagi terhadap rasa panas yang kian membakar kulit kepala hingga kulit punggung, mereka hanya bisa bersandar tidak berdaya ke tubuh suami masing-masing.
"Maaf… Maaf… Sungguh maaf… Sungguh maaf…" Si pelayan setengah berteriak panik. Ia tahu ia dalam masalah besar sekarang.
"Sungguh maaf… Kami tidak sengaja… Kami tidak sengaja…" Si pelayan yang satunya lagi mengeluarkan sapu tangannya dan hendak mengelap kepala dan punggung Natsumi Kyoko. Begitu tangan pelayan pria itu sudah hampir menyentuh kepala istrinya, Maxy Junior menahan tangan itu dan menatap si pelayan pria tersebut dengan sorot mata tajam mematikan seolah-olah akan membunuhnya pada saat itu juga.
"Tidak usah! Urusan mengelap kepala dan punggung istriku, aku bisa melakukannya sendiri!" tegur Maxy Junior dengan nada suara yang mulai naik.
"Urusan mempertanggungjawabkan apa yang terjadi pada istriku inilah yang akan menjadi urusanmu!" ujar Sean Jauhari menatap kedua pelayan pria tersebut dengan sinar mata yang tak kalah tajam mematikannya.
"Akan kita selesaikan nanti setelah aku membawa istriku ini ke dokter!" kata Maxy Junior masih dengan sorot mata yang ingin membunuh.
Maxy Junior dan Sean Jauhari menggendong istri mereka dan berlalu dari restoran itu. Keluarlah sang manajer restoran. Melihat kekacauan dan kepanikan yang terjadi di sana, ia hanya bisa berulang kali meminta maaf kepada si empat sekawan yang memang masih menetap di meja tersebut.
"Maafkan kami, Tuan… Mereka berdua masih dalam masa training, jadinya terjadi sedikit kecerobohan dan kesalahan…" kata si manajer membungkukkan badannya berkali-kali.
"Berapa nilai bahasa Inggrismu ketika belajar di sekolah dulu? Inikah yang dinamakan dengan sedikit kecerobohan dan kesalahan?" Alis Rodrigo Wisanto naik tinggi dan dahinya berkerut dalam.
"Itu adalah air panas yang baru saja mendidih! Uapnya saja sampai sekarang masih terasa!" tukas Verek Felix setengah berteriak.
"Etiskah mengangkat air panas yang baru saja mendidih, yang sedemikian berat melewati para tamu seperti ini! Aku kira kedua pelayan kalian itu bukan pelayan training, melainkan mereka memang tidak pernah di-training sama sekali!" gumam Thobie Chiawan juga setengah berteriak.
"Aku kira seharusnya takkan ada keteledoran seperti ini di kapal pesiar termewah di Asia bukan!" sindir Saddam Demetrio dengan kesinisan yang teramat intens.
"Maaf… Maaf… Mereka berdua ini benar-benar pelayan yang sedang training, Tuan-tuan… Akan kami kaji kembali. Akan kami benahi kembali para pelayan yang bertugas di restoran ini, Tuan-tuan. Akan kami berikan mereka konsekuensi yang setimpal," kata si manajer restoran juga dengan raut wajah yang mulai pucat pasi.
Si empat sekawan hanya saling berpandangan sesaat dan kemudian mereka mendengus ringan.
"Kau tahu siapa dua wanita yang tersiram air panas barusan, Manajer Bodoh!" teriak salah seorang wanita di meja sebelah meja si empat sekawan. Sepertinya ia adalah orang Taiwan atau orang China. Akan tetapi, bahasa Inggrisnya fasih dan lancar.
"Mereka adalah istri dari Maxy Junior Tanuwira dan Sean Jauhari – dua pengusaha paling berpengaruh dari Indonesia sana. Kali ini kau dan pelayan-pelayanmu benar-benar berada dalam masalah besar, Pak Manajer Restoran…" sahut wanita lain, yang duduk di samping wanita China atau Taiwan tadi, dengan nada yang lebih lembut tapi sangat menohok.
Si manajer dan kedua pelayan itu tampak terkesiap dengan wajah mereka yang pucat pasi. Terdengar lagi bisik-bisik di sekitar mereka.
"Oh, yang tadi itu adalah Maxy Junior Tanuwira, si pemilik Beauty & Me Enterprise yang terkenal dengan produk-produk mereka yang bisa buat kita kelihatan awet muda?"
"Iya… Dan yang satunya lagi adalah Sean Jauhari, si pemilik Swallows Fly Free yang terkenal dengan ramuan sarang burung walet mereka yang menyehatkan dan buat kita terhindar dari kebanyakan penyakit berbahaya."
"Matilah kedua pelayan ini… Menumpahkan air panas yang baru saja mendidih ke tubuh istri dari kedua pengusaha paling berpengaruh itu… Ckckck…"
"Aku rasa sih keesokan harinya kedua pelayan ini takkan terlihat di restoran ini lagi."
"Aku juga merasa begitu. Dengan kekuasaan mereka, aku rasa Maxy Junior Tanuwira dan Sean Jauhari bisa melempar tubuh kedua pelayan ini ke laut dan takkan ada yang bisa menyalahkan mereka."
Semakin pucat pasi wajah kedua pelayan training tersebut. Mereka hanya terlihat meremas-remas jari-jemari mereka yang sudah basah akan keringat dingin mereka.
Si manajer berpaling dan menatap mereka dengan sorot mata dingin.
"Ke dapur sekarang juga… Ada hukuman yang harus kalian jalani…"
"Tidak… Mereka akan tetap di sini sampai Tuan Maxy Junior dan Tuan Sean kembali dari dokter. Hanya Tuan Maxy Junior dan Tuan Sean yang berhak menentukan hukuman mereka itu seperti apa," kata Thobie Chiawan dengan sorot mata yang tak kalah dingin membekukan sumsum tulang.
"Oke… Baik… Baik, Tuan…" kata si manajer restoran sedikit terkesiap.
"Kau boleh kembali ke pekerjaanmu. Mereka berdua tetap di sini sampai Tuan Maxy Junior dan Tuan Sean kembali," ujar Verek Felix juga dengan sorot mata dingin.
Si manajer restoran berpaling lagi ke kedua pelayan training itu. Tampak sorot mata memelas dari keduanya. Namun, si manajer restoran hanya bisa mengangkat bahu dan kemudian berlalu dari meja si empat sekawan, meninggalkan nasib kedua pelayan training itu ke tangan Maxy Junior dan Sean Jauhari.