Tentu saja Liana Fransisca terperanjat kaget mendengarnya. Dahinya kontan mengernyit heran.
"Bagaimana mungkin kau bisa sampai membiarkannya menyentuh makanan dan minuman milikmu, Maxy Junior?"
Terpaksa Maxy Junior melantunkan sepenggal cerita mengenai apa-apa saja yang terjadi di kantor sepanjang siang sampai malam kemarin. Liana Fransisca sekarang semakin yakin ada yang tidak beres dengan kematian manajer QC-nya.
"Menurutmu ada hubungannya dengan Mizuki Mimasaka, Ibu? Gadis itu memang genit, terkesan berani mengobral dirinya pada lelaki mana pun yang dia sukai, yang menjadi sasaran pelampiasan nafsunya. Tapi, apakah dia juga berani membunuh?" Maxy Junior kembali memicingkan kedua matanya sesaat dan berpikir keras.
Natsumi Kyoko yang sejak tadi hanya mendengarkan sepihak percakapan antara suaminya dan ibu mertuanya kini hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan mengerutkan dahi pada waktu bersamaan.
"Anak perempuannya aku tidak jelas – tidak pernah dengar informasi dia juga ikut bergabung ke dalam kelompok mafia yang kepemimpinannya masih berada di tangan ayahnya itu – si Hayate Mimasaka…"
Terdengar Maxy Junior menghela napas panjang.
"Oke, Maxy Junior… Pesawatku sudah akan tinggal landas. Aku harus naik ke pesawat sekarang. Setibanya aku di New York nanti, aku akan menghubungimu lagi. Sampai jumpa, Maxy Junior…"
"Sampai jumpa…" Maxy Junior pun memutuskan hubungan komunikasinya dengan si ibu angkat.
Maxy Junior menghampiri sang istri yang duduk dengan sedikit gelisah di sofa besar di sisi lain ruangan kerjanya. Ia meraih sang istri cantik jelita ke dalam dekapan kehangatannya.
"Oh, Periku… Jadi kita harus segera mencari manajer QC yang baru nih…"
"Iya, Sayang… Aku tetap curiga si manajer gendut kemayu itu dibunuh oleh Mizuki Mimasaka."
"Menurutmu begitu ya?" Maxy Junior tampak tidak melepaskan dekapannya. Ia hanya terlihat sedikit mengerutkan dahi dan berpikir keras.
"Tentu saja… Dia sanggup membunuh, Maxy Sayang… Dia pasti bisa membunuh… Dia dan ayahnya mendekatimu karena mereka mengira kau tahu sesuatu mengenai ramuan ajaib itu yang katanya bisa menyembuhkan segala jenis penyakit di dunia."
Memang kemarin malam sehabis mereka bercinta, Natsumi Kyoko sempat menceritakan soal pembicaraan rahasia Mizuki Mimasaka dan ayahnya kepada sang suami tampan. Sang suami tampan mengaku tidak tahu-menahu soal ramuan ajaib itu.
"Sumpah aku tidak tahu apa-apa soal ramuan ajaib itu… Aku justru merasa si mafia keluarga Mimasaka ini sudah terlalu banyak berkhayal, Periku. Mana mungkin ada ramuan ajaib seperti itu. Manusia pasti akan mati suatu hari nanti, entah karena penyakit apa pun itu yang datang menyerang di usia tua kan?"
Natsumi Kyoko mangut-mangut mendengarkan penuturan sang suami tampan.
"Kudengar juga keluarga Mimasaka ini berebutan ramuan ajaib itu dengan satu kelompok lagi yang dinamakan dengan Free Hands. Kelompok apa itu ya?" Dahi Natsumi Kyoko tidak berhenti mengernyit heran.
"Nah, itulah yang membuatku bertanya-tanya sejak kemarin kau bercerita padaku soal ini, Periku yang Cantik. Selama ini tidak pernah sekali pun aku mendengar soal kelompok Free Hands ini. Apaan itu? Tangan-tangan bebas? Kelompok apa itu?" Maxy Junior terlihat benar-benar bingung.
"Kalau kau tidak tahu, jangan dipikirkan lagi, Sayang… Aku hanya penasaran kenapa Mizuki Mimasaka itu bisa mengira kau tahu sesuatu soal ramuan ajaibnya itu. Dan si manajer gendut kemayu ini langsung ditemukan tewas di apartemennya sendiri setelah ia bekerja sama dengan Mizuki Mimasaka memasukkan obat perangsang ke dalam makanan dan minumanmu. Mizuki Mimasaka ini adalah wanita yang sungguh-sungguh berbahaya. Kita harus waspada terhadapnya mulai saat ini, Sayang."
"Jangan khawatir… Untuk sementara, aku yakin dia takkan berani mendekati kita. Dia pasti tahu dong kita sudah curiga dialah yang telah melenyapkan Pak Patricio Anggara. Silap-silap kalau kita menyelidiki terus dan menemukan rahasianya, posisinya sendiri kan yang akan berada dalam bahaya?" Maxy Junior tersenyum simpul nan menenangkan.
Natsumi Kyoko mangut-mangut mendengarkan penuturan sang suami tampan.
"Mizuki Mimasaka membunuhnya dengan racun ya? Sampai-sampai polisi tadi bilang seluruh pembuluh darahnya pecah semua… Ada racun yang mengerikan seperti itu, Sayang?" Natsumi Kyoko sedikit membesarkan matanya.
"Kalau seperti yang kauceritakan tujuan mereka berhubungan dengan ramuan-ramuan begini, tentunya bukan perkara besar bagi mereka untuk bisa meracik racun yang mematikan dan yang bisa bekerja dengan cepat, Periku yang Cantik."
"Keluarga Mimasaka itu memang benaran mafia." Natsumi Kyoko terlihat sedikit bergidik. Ia menyandarkan kepalanya ke dada kekar bidang bedegap sang suami tampan.
"Makin banyak saja misteri dalam kematian Pak Patricio Anggara ini." Maxy Junior sedikit mendengus kesal.
"Oh, jangan marah, Sayang… Aku hanya merasa penasaran… Memang kematian si manajer gendut kemayu ini tidak sesederhana yang terlihat dari luar, dan juga ada kaitannya dengan banyak hal."
"Tidak marah, Periku… Ada kau di sampingku, mana mungkin aku bisa marah. Aku justru lebih bersemangat menghadapinya dan secepatnya akan mencari pengganti manajer QC di perusahaan kita, Periku."
"Iya… Itu memang jauh lebih penting…" Natsumi Kyoko mengecup mesra rahang bawah sang suami tampan.
Maxy Junior yang merasa gemas, langsung mengecup sepasang bibir istrinya dengan mesra, mengulum dan melumatnya selama beberapa detik sebelum melepaskannya.
"Kau selalu saja menciumku di tempat yang tidak tepat, Periku."
Natsumi Kyoko terbahak sejenak. "Kau tinggi sekali, Sayang. Untuk bisa menciummu di tempat yang tepat, aku harus sedikit mengangkat tubuhku ini. Capek rasanya apalagi setelah kemarin malam aku melayanimu beronde-ronde."
Maxy Junior mempererat pelukannya terhadap sang istri cantik jelita.
"Aku begitu mencintaimu, Periku yang Cantik…"
"Aku juga mencintaimu, Sayang…"
Kemesraan mengikis habis kebingungan yang barusan sempat berselarak di beranda hati pasangan pengantin baru itu.