"Iya… Kau memang sudah menolaknya dengan tegas. Kau sudah mendorongnya dengan kuat hingga ia jatuh terpelanting ke lantai. Lalu, apa yang terjadi setelah itu, Suamiku Sayang?" tantang si istri cantik jelita sembari terus mengusap dan mengecup mesra tangan sang suami tampan.
"Aku… Aku… Apakah aku… apakah aku… apakah aku terus berhubungan denganmu dari tadi siang sampai malam ini, Periku?" Timbul perasaan bahagia dan perasaan bersalah di lubuk kesadaran sang suami tampan pada saat bersamaan.
"Kau sama sekali tidak bisa mengingatnya? Huh! Selalu saja begitu! Kau sudah menggagahiku terus-menerus, buat aku kelelahan, buat aku kelaparan, dan sekarang kau dengan gampangnya melupakannya begitu saja! Aku sangat membencimu, Sayangku…!"
Natsumi Kyoko uring-uringan. Dia menepiskan tangan sang suami yang ada dalam genggaman tangannya dan bergerak meringkukkan tubuhnya ke dalam dekapannya sendiri.
"Sorry… Sorry… Really really sorry, Periku… Aku benar-benar lupa… Sepertinya si Patricio Anggara memasukkan obat perangsang dengan dosis yang cukup tinggi ke dalam makanan dan minumanku. Aku benar-benar tidak bisa menguasai diri lagi ketika kau tiba di hadapanku, Periku. Maafkan aku, Periku. Aku benar-benar minta maaf…"
Maxy Junior menghujani wajah, leher, pundak, dan bahkan sampai tulang selangka istrinya dengan ciuman yang bertubi-tubi.
Natsumi Kyoko mengulum senyumannya lagi. Masih dalam posisi tubuh yang meringkuk dan melingkar, ia kembali bergumam,
"Nanti malam kau akan kuhukum… Kau takkan dapat jatah lagi… Jatahmu habis untuk hari ini… Malam ini kau tidur saja di ruang tamu…"
"Jangan begitu dong, Periku yang Cantik… Tega banget sih kau suruh suamimu yang baru kena obat perangsang ini tidur di ruang tamu… Malam ini, biarkan aku menunjukkan cintaku padamu dengan penuh kesadaran dong, Periku. Kali ini aku berjanji aku akan melakukannya secara sadar dan aku takkan melupakannya esok-esok hari. Kau mau kan…? Kau mau kan…?" kata Maxy Junior dengan raut wajah dan nada suara memelas. Dia masih menghujani wajah, leher, daun telinga dan bahkan sampai tulang selangka istrinya dengan ciuman bertubi-tubi.
Karena merasa geli, akhirnya terdengar sedikit tawa cekikikan dari sang istri cantik jelita.
"Kau masih tidak ingin mengeluarkan senjata kejantananmu dari tubuhku, Maxy Junior Sayang?" tanya sang istri cantik jelita singkat.
Sambil terkekeh kecil, Maxy Junior perlahan-lahan mencabut keluar senjata kejantanannya dan memisahkan tubuh mereka berdua.
"Masih sakit, Periku?" tanya Maxy Junior dengan sedikit raut wajah bersalah. Dia hanya ingat samar-samar hubungannya dengan sang istri cantik jelita. Dia khawatir mana tahu dia telah menyakiti sang istri cantik jelita tanpa disengaja.
"Tidak sakit lagi… Kau sudah gas aku berkali-kali dari kemarin malam hingga saat ini, Maxy Junior Sayang… Benteng yang sekuat apa pun pasti akan jebol dan sekarang tinggal sebuah lubang besar menganga yang dengan bebas bisa kaumasuki kapan saja," kata Natsumi Kyoko agak ketus dan kemudian dia terkekeh kecil.
"Really really sorry, Periku… Aku benar-benar minta maaf padamu, Periku. Setiap kali melihatmu saja aku sudah kesusahan mengendalikan diri, apalagi ketika berada dalam pengaruh obat tadi. Aku benar-benar minta maaf… Malam ini biarkan aku melayanimu dengan penuh kesadaran ya, Periku. Aku akan melakukannya dengan lembut, takkan menyakitimu, dan aku janji aku takkan melupakannya esok-esok hari. Kau mau kan? Kau mau kan?"
Tangan Maxy Junior menggenggam erat kedua belahan pipi sang istri cantik jelita dan menatap kedua bola matanya dengan sinar mata penuh cinta, kerinduan, dan perasaan bersalah yang bercampur baur menjadi satu.
"Hormonmu mengerikan sekali, Sayangku…" cetus sang istri cantik jelita mulai bangkit dari rebahannya dan mencoba mengenakan pakaian dalamnya kembali.
Sang suami membantu istrinya memakai pakaian dalamnya kembali.
"Kau mau kan, Periku yang Cantik? Kau mau kan? Kalau kau mau, aku anggap kau sudah memaafkanku…" Sang suami sudah tidak sanggup membendung perasaan cinta dan rasa bersalahnya. Dia merengkuh sang istri cantik jelita ke dalam dekapan kehangatannya.
"Oke… Oke… Macam aku pernah sekali menolak apa yang kauinginkan dari diriku saja… Sekarang kau harus pulang… Kau harus makan… Akan kumasakkan kau makanan yang bergizi. Kau sudah banyak mengeluarkan sari-sari tubuhmu sepanjang siang sampai malam ini, Sayangku. Aku sendiri juga lelah dan lapar bukan main kaubuat."
Maxy Junior kini menyeringai nakal. Dia semacam didera oleh semangat dan antusiasme yang kuat. Dia mengangguk-nganggukkan kepalanya yang diletakkannya di atas pundak istrinya.
"Aku tahu kau pasti tidak bisa menolakku… Aku tahu kau begitu mencintaiku, Periku…" gumam Maxy Junior begitu manja, didera oleh rasa cinta dan sedikit rasa bersalah atas apa yang terjadi hari ini.
"Sudah… Sudah cukup memelukku… Sekarang kita harus pulang… Ayo aku bantu kau berpakaian…" kata sang istri mencubit gemas kedua belahan pipi sang suami tampan.
Sejoli itu saling membantu satu sama lain berpakaian kembali. Ketika penampilan mereka telah rapi kembali, sang suami menarik lembut tangan istrinya dan mereka berdua siap-siap untuk meninggalkan ruangan kerja sang suami di bangunan pencakar langit itu.
"Tunggu dulu, Periku…" Sang suami menanggalkan jas luarnya dan kemudian menyelimutkannya ke tubuh sang istri cantik jelita.
Sang istri sedikit menaikkan alisnya. Ia menatap sang suami dengan sorot mata bertanya.
"Aku tidak ingin orang lain melihat tanda-tanda cinta yang kubuat sepanjang siang tadi. Tanda-tanda cinta itu hanya milikku…" ujar sang suami dengan sebersit senyuman menawan yang menjadi ciri khasnya.
Natsumi Kyoko tergelak ringan sejenak dengan tingkah konyol suaminya.
Mereka berlalu meninggalkan ruangan kerja Maxy Junior dan pulang ke rumah baru mereka.