Tangan mengeluarkan ponsel dari dalam tas tangan. Ternyata ada pesan masuk dari Kimberly. Sambil menunggu sang suami bangun dari pengaruh obat perangsangnya, Natsumi Kyoko memutuskan untuk chatting sebentar dengan sang sahabat.
Terlihat tangan Natsumi Kyoko mengetik-ngetik dengan cepat pada layar ponselnya. Dia menceritakan semua yang terjadi di ruangan kantor suaminya ini setelah dia berpisah dari sang sahabat di kafe siang tadi. Tentu saja Kimberly juga syok bukan main. Tangan Kimberly terlihat juga mengetik-ngetik dengan cepat pada layar ponselnya membalas chat dari sang sahabat.
"Jadi kau akhirnya berhasil masuk ke dalam ruangan suamimu pada saat yang tepat?" tanya Kimberly.
"Iya… Sama seperti kasusmu yang waktu itu, terlambat lima menit saja, kemungkinan besar kini suamiku sudah menyerah dalam pelukannya… Tapi, ada sesuatu yang harus kau tahu, Kimberly… Suamiku memang luar biasa…"
"Apa itu?"
"Bahkan dalam pengaruh obat perangsang sekalipun, ia tetap bisa membedakan yang mana istrinya, yang mana wanita lain. Saat Mizuki Mimasaka berusaha untuk menggodanya dan membuka semua pakaiannya, dia memukul Mizuki Mimasaka sehingga wanita itu jatuh terpelanting ke lantai. Hebat kan suamiku?"
"Wow… Hebat sekali daya kesadaran suamimu, Natsumi…"
"Begitulah… Saat aku sudah berhasil mengusir wanita sinting itu keluar dari ruangan suamiku, aku berjalan menghampirinya, dia bisa mengenali itu adalah aku dan dia akhirnya menyentuhku. Sepanjang dia menyentuhku, dia selalu membisikkan betapa dia menginginkanku, betapa dia mencintaiku. Aku bahagia sekali, Kimberly… Aku rasa Tuhan sudah menciptakan manusia beserta pasangan mereka masing-masing. Maxy Junior dan aku memang diciptakan untuk saling berpasangan."
"Dan Sean Jauhari dan aku juga diciptakan untuk saling berpasangan." Kimberly mengetikkan kalimat itu sambil senyam-senyum sendiri.
"Tentu saja… Malam itu, terlambat beberapa menit saja kau akan jatuh ke dalam pelukan lelaki yang salah. Namun, Tuhan sudah mengatur segalanya. Sean tiba pada saat yang tepat pada waktunya dan kau akhirnya terjatuh ke dalam pelukan lelaki yang tepat."
"Jangan katakan sekarang kau baru saja habis bercinta dengan Maxy Junior di ruangan kerjanya. Kalian masih berbaring telanjang dalam ruangan kerjanya dan kau sedang membalas chat-ku ini dalam keadaan masih belum berpakaian."
"Tebakanmu benar sekali, Kimberly…" Natsumi Kyoko juga terlihat senyam-senyum sendiri ketika mengetikkan kalimat minor tersebut.
"Wow… Kalian benar-benar dimabuk cinta dan asmara, Natsumi… Sama kayak aku dan Sean… Aku juga sedang membalas chat-mu ini dalam keadaan belum berpakaian di atas ranjang kehangatan kami. Kami dalam posisi di mana senjata kejantanan suamiku masih ada dalam tubuhku, Natsumi…"
"Sama denganku…" Natsumi Kyoko tergelak ringan sekarang. "Bagaimana rasanya, Kimberly? Luar biasa kan?"
"Luar biasa, Natsumi…"
"Itu deh… Aku tidak pernah berbohong padamu…"
"Oke deh… Aku mau tidur sekarang, Natsumi… Simpan tenaga saja dulu untuk ronde-ronde berikutnya… Mana tahu iya kan? Mana tahu senjata Sean bangkit lagi dan tengah-tengah malam nanti ketika dia meminta lebih lagi dariku, aku sudah punya cukup tenaga untuk melayaninya. Hahaha…" Kimberly sedikit terkekeh ketika mengetikkan kalimat itu.
"Oke deh, Kimberly… Sampai jumpa ya… Ada waktu, kita ketemuan dan mengobrol ringan lagi…" Natsumi Kyoko mengakhiri chatting mereka.
"Tentu… Sampai jumpa, Natsumi…" Kimberly juga mengakhiri chatting mereka dan meletakkan kembali ponselnya di atas nakas.
Sejurus kemudian, Kimberly mengusap-usap lembut tangan suaminya dan akhirnya tenggelam dalam alam tidurnya.
Sejurus kemudian, Natsumi Kyoko meletakkan kembali ponselnya ke atas meja di samping sofa besar di mana ia tertelungkup. Sambil terus tersenyum manis, dia mengusap-usap lembut tangan sang suami yang melingkar di perutnya yang rata. Kini posisi tubuh sang suami sudah berbaring menyamping sambil terus memeluk tubuh sang istri tercinta dari belakang. Masih terasa senjata kejantanan sang suami yang mengisi penuh areal ngarai kehangatan sang istri tercinta meski tidak sekeras dan sekukuh beberapa saat sebelumnya.
Menit demi menit berlalu. Rasa lapar sudah kian menguasai. Terdengar suara perut Natsumi Kyoko yang keroncongan. Dari tadi siang Natsumi Kyoko belum makan apa pun. Dia mengusap lembut dan mengecup mesra tangan sang suami tampan yang masih melingkar di perutnya yang rata. Karena sungguh tidak bisa menahan lapar, Natsumi Kyoko pun berbisik memanggil-manggil sang suami tampan dengan lemah lembut, berharap sang suami bisa segera bangun dari tidurnya yang lelap.
"Sayang… Kau sudah bangun? Bangun dong… Sekarang sudah jam tujuh lewat… Sudah gelap di luar… Kita harus pulang… Kita pulang dan aku akan masakkan makan malam yang lezat untukmu…"
Masih tidak ada tanggapan dari sang suami tampan. Natsumi Kyoko terus bersenandika sambil mengusap dan mengecup mesra tangan sang suami tampan.
"Malam ini kau harus makan yang banyak ya… Aku akan masakkan sayur-mayur dan lauk-pauk kesukaanmu. Kau harus makan makanan yang bergizi. Kau sudah tidak makan sejak tadi siang. Terlebih lagi, dari tadi siang sampai malam ini kau sudah banyak mengeluarkan sari-sari vital dari tubuhmu dan menumpahkan mereka semua ke dalam tubuhku. Jadi, kau harus makan makanan yang bergizi sepulangnya kita dari sini ya…"
Natsumi Kyoko terus mengusap dan mengecup mesra tangan sang suami tampan yang melingkar di perutnya yang rata.
Mungkin karena usapan dan kecupan mesra yang terus-menerus itu, akhirnya kesadaran sang suami perlahan-lahan mulai bersatu kembali dengan badan jasmaninya. Sedikit menggeliat, sang suami mengerjap-ngerjapkan kedua mata dan melihat ke sekeliling. Dengan cepat, sang suami tampan langsung menyadari dia masih berada dalam ruangan kerjanya di bangunan Beauty & Me Enterprise.
Maxy Junior melirik ke sekujur tubuhnya sendiri dan tubuh sang istri yang tengah berada dalam dekapannya. Mereka telanjang dan tampak pakaian mereka bertebaran di mana-mana, mulai dari meja tulis sampai dengan sofa besar di mana mereka berbaring sekarang.
"Shit! Apa yang sudah aku lakukan, Periku?" Maxy Junior tersentak sejenak dan menepuk jidatnya sendiri dengan keras.
Sang istri cantik jelita menepuk tangan sang suami tampan seraya memasang raut wajah cemberut. "Kau selalu saja lupa… Kau mengambil ciuman pertamaku dan melupakannya. Kini kau juga lupa terhadap apa yang barusan kaulakukan terhadapku. Untung saja kau tidak lupa ketika kau mengambil keperawananku, Sayang… Jika saat-saat sepenting itu kau pun lupa, aku bisa mati sesak napas memikirkannya…"
"Oh, tidak… tidak… Benar-benar sorry, Periku… Aku… Aku… Tadi siang aku… Ada si Mizuki Mimasaka yang sepertinya telah menaruh obat perangsang ke dalam makanan dan minuman itu…" pekik Maxy Junior setengah melengking tinggi sembari menunjuk ke makanan dan minuman yang masih berserakan di atas meja tulisnya.
"Iya… Dia melakukannya melalui tangan salah satu manajermu yang gendut kemayu itu. Gayanya sok akrab, sok kenal, sok dekat! Tidak kusangka dia bisa menusukku dari belakang dengan berani bekerja sama dengan si Mizuki Mimasaka itu menaruh obat perangsang ke dalam makanan dan minumanmu! Terkejut aku dengan pengkhianat seperti itu!" gumam Natsumi Kyoko, masih dengan raut wajah cemberut, masih sambil mengelus dan mengecup mesra tangan sang suami tampan.
"Tapi… aku… aku sudah jelas-jelas mendorong mundur si Mizuki Mimasaka itu, Periku… Jelas-jelas aku sudah menolaknya dengan tegas. Seingatku dia sudah terpelanting ke lantai dan menjauh dariku. Aku tidak terjatuh ke dalam pelukannya, Periku. Aku tidak berhubungan intim dengannya." Maxy Junior sungguh ketakutan. Dia tidak ingin terjerumus ke dalam pelukan wanita lain, meniduri wanita lain dan akhirnya ketahuan oleh sang istri cantik kesayangannya.