DI RUMAH BARU KELUARGA JAUHARI
Sudah lebih dari setengah jam Kimberly Phandana tetap tertelungkup di atas ranjang hangat dan liar mereka. Terlihat sang suami yang bergerak memompanya dari belakang dengan kecepatan yang semakin naik levelnya. Peluh sudah membutir di sekujur tubuh. Terdengar desahan dan teriakan nyaring sepasang suami istri itu dalam pergerakan mereka yang perlahan-lahan menuju puncak hubungan mereka.
"Aku ingin keluar sekarang, Honey… Jepitanmu sungguh luar biasa… Aku tidak bisa menahannya lagi…" Sean Jauhari setengah mendesah setengah melolong. Pinggulnya terus bergerak memompa dengan level kecepatan yang semakin bertambah.
"Bawa aku ke surga bersamamu, Sean Sayang… Sean Sayang… Aahh… Aahh…"
Terlihat otot-otot sekujur tubuh si istri mulai menggelinjang hebat. Dia hanya bisa meremas seprai tempat tidur karena sungguh tidak bisa membendung dirinya dari ledakan kenikmatan yang terjadi dalam ngarai kewanitaannya di bawah sana. Ia menjerit kuat diiringi dengan erangan kenikmatan yang berbarengan dengan sekujur tubuhnya yang bergetar hebat.
Sang suami juga tidak bisa menahan kenikmatannya lebih lama lagi. Terasa otot-otot liang kehangatan sang istri yang sudah berkontraksi hebat. Terasa sensasi jepitan yang sungguh luar biasa terhadap senjata kejantanannya. Dalam waktu beberapa detik, kembali Sean Jauhari menyemburkan banyak sekali benihnya ke dalam liang kehangatan istrinya.
Terdengar lenguhan panjang dari Sean Jauhari ketika dia diterjang titik puncak pelepasannya. Ia memejamkan kedua bola mata guna mencerap setiap sensasi kenikmatan yang dirasakannya dari puncak hubungannya dengan istrinya malam ini. Akhir-akhir ini semakin nikmat rasanya setiap kali ia menyentuh istrinya. Istrinya semakin cantik, semakin seksi nan menggemaskan. Sesekali terasa batang kejantanannya masih bergerak-gerak di dalam ngarai kenikmatan istrinya dan menyemburkan semua benihnya di sana.
"Kau menyukainya, Honey?" bisik Sean di telinga sang istri tercinta ketika tubuhnya perlahan-lahan mulai memasuki tahap relaksasi.
"Kau sungguh hebat, Sean Sayangku…" Tangan Kimberly berbalik ke belakang, membelai-belai kepala dan wajah sang suami tercinta.
"Kau mencintaiku tidak?" tanya Sean sembari tersenyum tipis di sela-sela kelelahan yang mulai mendera. Mereka sudah bermain sebanyak lima ronde.
"Selalu, Seanku… Kimberly akan selalu mencintai Sean…"
"Sean juga akan selalu mencintai Kimberly… Kau semakin cantik dan semakin menggoda saja, Honey…"
Sean hendak menurunkan tubuhnya dan berbaring di samping tubuh istrinya. Mendadak saja sang istri berceletuk,
"Jangan pisahkan tubuh kita berdua dulu, Sayang… Aku… Aku… Aku ingin kau tetap dalam posisi seperti ini – menindihku dari belakang atau memelukku dari samping. Jangan pisahkan tubuh kita berdua dulu ya…" Tampak Kimberly sedikit menyeringai nakal.
Sean mengernyitkan dahinya. "Dari mana kau belajar teknik ini? Jangan bilang… Jangan bilang… Natsumi yang mengajarimu ya, Honey…"
"Dari mana kau tahu, Sayang?" Alis Kimberly sedikit terangkat.
"Temanmu yang paling dekat adalah dia… Siapa lagi coba? Tapi, dia hebat juga. Sungguh Maxy Junior telah mengubahnya dari seorang gadis polos menjadi seorang istri yang cukup liar dan berpengalaman." Sean tergelak ringan.
Kimberly juga terkekeh kecil.
"Dia hanya kasih saran, Sean Sayang... Menurutnya suami yang tidak langsung mengeluarkan senjata kejantanannya setelah klimaks, akan mendatangkan rasa aman dan nyaman bagi istrinya." Kimberly tersenyum penuh semringah.
"Jadi apa yang kaurasakan sekarang, Honey?"
"Benar-benar nyaman dan aman, Sayang…" Rona merah delima mulai menyelangkupi seluruh wajah dan leher sang istri tercinta.
"Aman bagaimana, Honey?" tanya Sean lembut. Rasa kantuk mulai mendera. Sebenarnya dengan posisi yang masih menyatu seperti ini, tubuhnya sendiri juga terasa benar-benar ringan dan santai.
"Aman seakan-akan aku tidak takut menghadapi seluruh isi dunia ini… Karena aku yakin kau akan selalu mendampingiku dan menghadapi semuanya itu bersama-sama denganku…"
"Aku tentu saja akan selalu mendampingimu, mencintaimu, dan menghadapi semuanya denganmu, Honey… Aku akan selalu mencintaimu…" bisik Sean lagi di balik daun telinga sang istri.
Beberapa menit berlalu… Kini terlihat Kimberly mengusap-usap lembut tangan kuat bedegap sang suami yang melingkar di perutnya. Terasa irama napas sang suami yang lembut nan teratur pada tengkuk belakangnya. Kimberly terlihat tersenyum manis. Dia tahu sang suami sudah terlelap dalam alam tidurnya.
Tangan kiri mulai meraih ponsel yang diletakkan di atas nakas. Kimberly tidak sabar ingin segera memberi laporan kepada Natsumi Kyoko hasil percobaannya dengan sang suami malam ini. Jam pada ponsel baru menunjukkan pukul sembilan lewat sedikit, jadi sebelum tidur, Kimberly akan menyempatkan diri chatting sebentar dengan sang sahabat dan berbagi segelintir girls' talk.
***
DI BANGUNAN PERUSAHAAN BEAUTY & ME ENTERPRISE
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat sedikit. Namun, tubuh Natsumi Kyoko masih tertelungkup di atas sofa panjang dalam ruangan kerja suaminya. Tampak sang suami masih bergerak memompanya dari belakang dengan pergerakan yang semakin lama semakin cepat.
Natsumi Kyoko sudah tidak bisa mengingat lagi ini sudah masuk ke ronde yang keberapa. Yang jelas, sang suami masih bersemangat dan pengaruh obat perangsang yang tadi sepertinya belum habis total. Seperti kerasukan, sang suami terus saja menggagahinya dari waktu ke waktu. Natsumi Kyoko sama sekali tidak menolak suaminya. Sebagai seorang istri teladan, dia akan berusaha untuk melayani sang suami sebaik mungkin. Lagipula, Natsumi Kyoko juga menginginkan suaminya. Entah kenapa, suaminya tidak pernah gagal memberinya terjangan titik puncak pelepasan yang membuatnya merasa ketagihan. Hanya dalam dua hari, dia sudah merasa ketagihan dan ingin disentuh oleh suaminya lagi dan lagi.
Menit demi menit berlalu… Maxy Junior terus bergerak memompa tubuh istrinya dari belakang dengan semakin dan semakin cepat. Terdengar desahan dan erangan kenikmatan panjang dari mulut sang istri. Suara sang istri sampai serak karena terlalu banyak mendesah dan mengerang. Ketika puncak kenikmatan sudah di ambang pintu, jeritan dan lolongan kenikmatan Natsumi Kyoko terasa semakin panjang. Sekujur tubuhnya menggelinjang hebat dan terasa kontraksi otot-otot ngarai kenikmatannya pada senjata kejantanan sang suami.
"Aaahh… Maxy Sayangku… Maxy Sayangku… Aaahh…" Teriakan sang istri tercinta berkumandang lagi tatkala dia menggapai titik puncak pelepasannya untuk kesekian kalinya.
"Jepitanmu sungguh luar biasa, Periku… Aku sungguh tidak bisa menahannya lagi. Aku ingin keluar sekarang, Periku…" Terdengar lenguhan panjang dari sang suami di belakang tubuh sang istri. Kedua matanya terpejam erat; seluruh otot tubuhnya menggelinjang hebat; dan dimuncratkanlah seluruh benihnya ke dalam rahim istrinya.
Terasa gesekan hebat pada tubuh mereka berdua. Perlahan-lahan, gerakan memompa sang suami dari belakang tubuh istrinya semakin dan semakin melambat. Tubuh sang suami akhirnya memasuki tahap relaksasi. Perlahan-lahan juga, sang suami yang menindih tubuh sang istri – dengan senjata kejantanannya yang masih berada dalam ngarai kenikmatan sang istri – terlelap dalam alam tidurnya.
Peluh membanjiri sekujur tubuh mereka berdua. Terlihat sang istri tersenyum simpul nan manis di tengah-tengah rasa lelah dan rasa lapar yang mendera tubuhnya. Namun, di balik semua itu, dia merasa sangat bahagia. Hari ini ia telah berhasil menggagalkan rencana busuk Mizuki Mimasaka terhadap suaminya. Hari ini alih-alih suaminya terjerumus ke dalam pelukan perempuan lain, suaminya justru terperosok ke dalam pelukan istrinya sendiri.
Natsumi Kyoko mengalihkan pandangannya ke seisi ruangan kerja sang suami yang remang-remang. Sudah pukul tujuh lewat dan seharusnya langit di luar sudah gelap. Seharusnya juga di seisi bangunan pencakar langit ini sekarang hanya tinggal mereka berdua.
Natsumi Kyoko menyambar tas tangannya dari atas meja di samping sofa besar tempat ia tertelungkup sekarang. Natsumi Kyoko bahkan lupa-lupa ingat bagaimana tempat mereka bercinta yang jelas-jelas tadi di atas meja tulis suaminya itu, sekarang bisa berpindah ke sofa besar yang terletak di sisi lain ruangan tersebut.