Hiroshi Hanamura tentu saja gusar mendapat kabar berita pernikahan Natsumi Kyoko Suzuki dan Ciciyo Suzuki dari salah satu pengawalnya.
"Kau yakin?" tanya Hiroshi Hanamura dengan tatapan mata tajam. Sang pengawal mengangguk dengan mantap.
"Ada beberapa orang kita yang bekerja di sebuah pabrik kecil yang berseberangan dengan Beauty & Me Enterprise itu, Pak Hiroshi…" jawab si anak buah.
Hiroshi Hanamura memberi isyarat tangan kepada anak buahnya untuk keluar dari ruangannya. Si anak buah pun keluar setelah ia menyampaikan apa yang harus disampaikan. Tampak Ryota Hanamura yang mulai mengeraskan rahang dan mengepalkan kedua tangannya. Tampak Ryuzaki Hanamura yang lebih tenang, yang hanya bisa membuang muka ke arah lain dengan sorot mata kesal.
"Akan kubunuh kedua pasangan pengantin baru itu! Mereka telah berani mempermalukan keluarga kita!" Ryota Hanamura membanting gelas yang ada dalam genggaman tangannya ke lantai. Gelas tersebut pecah berkeping-keping.
"Kau yakin kau bisa membunuh mereka?" tantang Ryuzaki Hanamura dengan sebersit senyuman sinis.
"Kenapa aku tidak bisa melenyapkan mereka?" ujar Ryota Hanamura setengah berteriak.
"Di belakang keluarga Suzuki sekarang ada keluarga Tanuwira. Pak Hayate Mimasaka saja tidak berani sembarangan bertindak terhadap keluarga Tanuwira ini." Ryuzaki Hanamura meletakkan gelas minumannya ke atas meja tulis sang ayah dengan santai dan ringan.
Ryuzaki Hanamura berjalan mendekati adiknya yang terlihat sudah tidak bisa menguasai emosinya.
"Sial! Ada keluarga Tanuwira yang berkuasa itu berdiri di belakang keluarga Suzuki sekarang! Kenapa si Liana Fransisca Sudiyanti wanita tua itu tidak mati saja sih!" desis Ryota Hanamura menahan kekesalan dan kegeramannya.
"Sejak dulu kita selalu mencurigai keluarga Tanuwira ini ada hubungannya dengan jejak ramuan misterius itu bukan?" Ryuzaki Hanamura mengingatkan mereka kembali terhadap tujuan mereka selama ini.
Hiroshi Hanamura hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa.
"Apa benar keluarga Tanuwira ini tahu sesuatu mengenai jejak ramuan yang asli? Bisa jadi yang mereka pakai itu juga ramuan yang sama seperti yang kita miliki selama ini – yang 80% mendekati keaslian." Ryota Hanamura mulai ragu akan fakta yang mereka yakini selama ini.
"Kenapa kau mulai berubah haluan, Ryota?" tanya Hiroshi Hanamura sembari sedikit menyipitkan kedua bola matanya.
"Oh, Ayah… Kita sudah pernah mendapat satu spesimen dari keluarga Mimasaka dan kata mereka asli. Buktinya ketika kita memberikan ramuan itu kepada Ibu, Ibu tetap saja meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Mana mungkin ramuan itu asli," dengus Ryota Hanamura dan kembali membuang pandangannya keluar jendela.
"Hayate Mimasaka bilang dia memperoleh ramuan itu langsung dari orang-orang yang mendatangi laboratorium itu setelah orang-orang Free Hands angkat kaki dari sana. Kecil kemungkinan ramuan itu palsu, Ryota…" Hiroshi Hanamura terlihat mengurut-ngurut dagu sembari berpikir keras.
"Buktinya begitu kita memberikannya kepada Ibu, Ibu tetap harus menyerah pada penyakitnya kan? Aku yakin orang-orang itu sudah menipu Pak Hayate Mimasaka. Orang-orang itu memberikan ramuan yang palsu kepadanya sementara mereka mengambil yang asli dan menyembunyikannya untuk diri mereka sendiri."
"Menurutmu begitu? Jadi selama bertahun-tahun kita telah ditipu?" Alis Hiroshi Hanamura sedikit terangkat.
"Ryota bisa jadi benar, Ayah… Tidak mungkin jejak keberadaan ramuan asli itu hilang begitu saja. Kita semua sama-sama yakin ramuan asli itu sudah sempat berhasil diciptakan. Kini yang kita dapatkan adalah ramuan yang hanya 80% mendekati keasliannya. Berarti memang ada yang sengaja menyembunyikan jejak keberadaan ramuan yang asli, iya kan?" Ryuzaki Hanamura menghadirkan analisanya sendiri.
Oleh karena tidak bisa menemukan titik temu yang lain, Hiroshi Hanamura mau tidak mau tetap harus kembali kepada kesimpulan yang diyakininya selama ini.
"Aku tetap curiga Suzuki dan Tanuwira tahu sesuatu mengenai jejak keberadaan ramuan yang asli – terutama keluarga Tanuwira itu. Pasalnya produk-produk yang dihasilkan oleh Beauty & Me Enterprise itu begitu sempurna, banyak dicari orang, dan sudah terkenal dapat membuat para pemakainya itu menjadi awet muda." Hiroshi Hanamura mengurut-ngurut dagu sembari berpikir keras lagi.
"Sekarang gagal rencana kita untuk berbaur dengan keluarga Suzuki. Mereka kini sudah menyatu dengan Tanuwira. Akan menjadi sulit bagi kita untuk mencari celah dan menyusup ke dalam benteng pertahanan mereka." Ryota Hanamura mendengus kesal.
"Satu-satunya harapan kita hanya orang ini…" Hiroshi Hanamura menunjukkan foto seorang pria kulit putih, berusia kira-kira pertengahan lima puluhan, kepada kedua anaknya. Kedua anaknya memperhatikan foto pria kulit putih itu dengan dahi mereka yang mengernyit.
"Siapa itu?" Ryuzaki Hanamura merasa sedikit bingung.
"Aku belum pernah melihatnya selama ini, Ayah." Ryota Hanamura juga merasa sedikit bingung.
"Aku juga baru saja mendapatkan informasi mengenai dirinya… Namanya Victorio Mistrall… Pakar biologi yang cukup terkenal di Meksiko… Kudengar dulu sewaktu berumur dua puluhan, dia juga pernah bekerja di laboratorium misterius itu…" Hiroshi Hanamura sengaja menekankan kata-kata dalam kalimatnya yang paling akhir.
Kedua anak Hanamura saling berpandangan dengan sinar mata mereka yang berbinar-binar.
"Apakah kalian tertarik untuk menemukan orang ini dan mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya?" Hiroshi Hanamura menyeringai penuh arti.
"Ada di mana orang ini sekarang?" tanya Ryota Hanamura memajukan wajahnya beberapa senti.
"Ada di Singapura. Para informanku sedang menguntit dan mengawasinya. Kudengar sih awal April nanti dia akan bertolak ke Vietnam, menemui seseorang di Hoi An."
Ryota Hanamura dan Ryuzaki Hanamura saling berpandangan lagi dengan sebersit senyuman mengerikan di wajah mereka berdua.