Chereads / 3MJ / Chapter 157 - Sang Suami dan Pekerjaan-pekerjaannya

Chapter 157 - Sang Suami dan Pekerjaan-pekerjaannya

Begitu melihat bayangan sang istri mendekat, gairah liar kelelakian Maxy Junior tentu saja tak terbendung lagi. Dia menarik tangan sang istri, merengkuhnya ke dalam dekapan hangat dan mulai menghujaninya dengan ciuman yang bertubi-tubi mulai dari tengkuk belakang lehernya sampai ke punggungnya.

"Maafkan aku, Periku… Aku begitu menginginkan dirimu sekarang… Aku tidak sanggup melakukan foreplay lagi. Aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku ingin bercinta denganmu sekarang… Kalau sakit, bilang padaku ya… Aku akan berusaha semampuku untuk melambatkan kecepatanku…" tukas Maxy Junior berada di titik ujung gairah kelelakiannya yang sudah meledak-ledak.

"Lakukanlah…" kata Natsumi Kyoko lirih, dengan sedikit perasaan deg-degan yang menyergap ujung sanubarinya.

Namun, ternyata Maxy Junior masih bisa bertindak waras dan berada di bawah akal sehatnya. Dia hanya menelungkupkan istrinya ke meja tulisnya. Dia menekan suatu tombol pada mejanya dan secara otomatis semua gorden jendela ruangannya jatuh menutup. Dia menyibakkan gaun yang dikenakan oleh istrinya, menurunkan dalamannya, menanggalkan undies-nya sendiri dan perlahan-lahan mulai menghujamkan senjata kejantanannya ke dalam ngarai kenikmatan istrinya.

Sambil mendekap tubuh sang istri dengan lemah lembut dari belakang, Maxy Junior mulai bergerak memompa dari belakang dengan kecepatan normal. Jiwa Natsumi Kyoko mulai terbang melayang tinggi ke angkasa. Tidak bisa menahan ledakan gairah pada ngarai kenikmatannya, dia hanya bisa meremas-remas lembut tangan sang suami yang melingkar pada perutnya yang rata.

Terasa desah kenikmatan yang semakin menggerayangi, semakin menggerogoti dan semakin menguasai dari pasangan pengantin baru tersebut.

***

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore ketika Ciciyo Suzuki akhirnya selesai dari sekolahnya. Dia menunggui suaminya di sebuah kolam renang di lantai atas sebuah hotel bintang lima. Dia tampak memperhatikan sang suami yang menjadi guru renang, yang tengah dikerubungi oleh beberapa gadis muda yang Ciciyo Suzuki ketahui hanya ingin mendapatkan perhatian suaminya. Terdengar Ciciyo Suzuki mendengus jengkel.

Sebagai istri yang pengertian, tentu dia tidak ingin mengganggu pekerjaan sang suami yang merupakan bagian dari profesionalismenya. Akan tetapi, jika dibiarkan, lama-kelamaan gadis-gadis muda itu semakin tidak tahu batasan dan semakin menjadi-jadi. Ciciyo Suzuki berdiri dan berjalan ke pinggiran kolam. Ia sengaja berteriak agak keras ke arah suaminya.

"Sayang… Sudah jam lima lewat nih… Ayo pulang…" Ciciyo Suzuki berdiri di pinggiran kolam, mengenakan hot pants warna hijau muda dan blus dengan warna hijau yang juga terang.

Dalam sekejap tatapan mata Shunsuke Suzuki tidak berkedip dan tidak lepas dari sosok istrinya yang berdiri di pinggiran kolam.

"Oke… Hari ini sampai di sini dulu ya… Kamis nanti akan kita sambung lagi…" kata Shunsuke Suzuki mengakhiri pelajarannya hari itu dengan memberikan sebersit senyumannya yang begitu memabukkan.

"Tapi aku masih belum begitu bisa, Shunsuke…" celetuk seorang gadis yang masih belum begitu puas menikmati kebersamaannya dengan si guru renang yang seksi dan tampan memikat.

"Dilatih saja gerakan yang tadi, Eve… Kamis ini aku akan lihat bagaimana perkembanganmu… Sudah dulu ya, Semuanya… Sampai jumpa Kamis ini… Thanks for joining the class today…" Shunsuke Suzuki mengakhiri kelas renangnya hari itu dan naik dari dalam kolam.

Tampak tubuh seksi yang terpahat sempurna, yang hanya terbalut swimming trunks model brief warna merah gelap, berjalan ke arah Ciciyo Suzuki. Ciciyo Suzuki memperhatikan lekuk-lekuk tubuh yang tergurat dan terpahat sempurna itu seraya menggigit bibir bawahnya dan beberapa kali menelan ludahnya.

"Sudah, Sayangku… Jangan terus dilihat… Nanti air liurmu keluar… Nanti malam kau bisa memilikinya kok…" tukas Shunsuke Suzuki sedikit berseloroh.

Ciciyo Suzuki membuang pandangannya ke arah lain, sedikit tersipu malu. Sesaat kemudian, mereka tampak berjalan berdekatan meninggalkan kolam renang. Shunsuke Suzuki terlihat melingkarkan lengannya ke pinggang sang istri pujaan hati. Mulai terdengar bisik-bisik di sekeliling mereka.

"Ternyata Shunsuke Suzuki sudah punya cewek. Pupuslah harapanku…"

"Hahaha… Sudah kubilang cowok ganteng seperti itu biasanya sudah sold out. Tidak bakalan sampai deh giliran kita."

"Mereka serasi kok… Cewek itu cantik dan imut sekali… Beruntung sekali dia bisa mendapatkan cowok sesempurna Shunsuke Suzuki ini… Blasteran, ganteng, tubuh proporsional, dan dalam usia akhir belasan begini saja, sudah dipercayakan ayahnya mengurus hotel sebesar ini. Wah… Lengkap deh kesempurnaannya…"

Shunsuke Suzuki dan istrinya terus berjalan meninggalkan areal kolam renang tanpa sedikit pun memedulikan bisik-bisik di sekeliling mereka.

"Oke… Habis ini, kita langsung pulang kan?"

"Mau ke divisi keuangan dulu di lantai delapan, Sayang…" kata Shunsuke Suzuki lembut.

"Ada masalah dengan pendapatan hotel?" tanya Ciciyo Suzuki.

"Pendapatan dan jumlah tamu sedikit berkurang bulan ini dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Aku cek dulu pastinya dengan bagian keuangan. Besoknya baru aku diskusikan dengan bagian QC dan bagian promosi."

"Sepertinya kau begitu menyukai bidang perhotelan ini. Tidak salah Ayah menyerahkan hotel ini ke tanganmu, Sayang…"

"Dibandingkan dengan berenangku, tentu saja aku lebih suka berenang. Tapi yah… Bidang perhotelan ini lumayan menyenangkan juga. Ada banyak hal yang menarik untuk dipelajari di sini." Shunsuke Suzuki terkekeh kecil.

"Kenapa lebih menyukai berenang? Karena ada banyak cewek cantik dan seksi yang bakalan menemanimu di kolam renang?" Ciciyo Suzuki mulai memasang wajah cemberut.

"Nggak! Bukan itu, Sayang! Tadi sewaktu mengajari mereka, tak pernah sekali pun aku memikirkan yang tidak-tidak. Aku hanya berkonsentrasi ke pengajaran renang itu sendiri. Sumpah, Sayang!"

"Huh! Pasti ada… Kau akan kuhukum malam ini! Kau tak akan dapat jatah malam ini!" tegur Ciciyo Suzuki setengah menghardik. Dia berjalan ke depan mendahului suaminya.

"Aduh! Jangan gitu dong, Sayang… Berani sumpah… Aku benaran tidak memikirkan apa-apa tadi… Aku benaran tidak berpikir yang nggak-nggak tadi… Aku hanya memikirkan dirimu tadi…"

Shunsuke Suzuki berganti pakaian dengan cepat. Di sepanjang perjalanan mereka sampai ke lantai delapan, Shunsuke Suzuki hanya bisa memohon-mohon kepada istrinya supaya istrinya bisa percaya dia benar-benar tidak memikirkan hal-hal mesum ketika mengajari sekumpulan gadis muda yang seksi nan cantik.

Mendadak saja di depan pintu divisi keuangan, Ciciyo Suzuki berhenti dan berpaling. Dia mengembangkan sebersit senyuman cerah di hadapan sang suami.

"Aku percaya padamu, Sayang… Bekerjalah dengan penuh konsentrasi ya… Aku akan menunggumu di sini…" Mendadak saja sebuah kecupan mesra didaratkan Ciciyo Suzuki ke sepasang bibir sang suami.

Bagai mendapat hantaman semangat yang entah dari mana, kini terlihat Shunsuke Suzuki melangkah ke dalam divisi keuangan dengan penuh antusiasme. Berbagai macam inspirasi pekerjaannya langsung melungkup dalam benak pikirannya.