Membutuhkan waktu sepuluh hingga lima belas menit bagi si manajer gendut kemayu untuk membawa makanan dan minuman tersebut sampai di dalam ruangan Maxy Junior. Maxy Junior yang memang tidak begitu banyak kerjaan siang itu mengernyitkan dahinya melihat justru si manajer gendut kemayu yang membawakan makan siangnya, bukan istrinya. Ke mana istrinya?
Seolah bisa membaca apa yang ada dalam pikiran sang direktur, si manajer gendut kemayu langsung menukas, "Nyonya Natsumi bilang ada sesuatu yang harus ia selesaikan di bawah, Pak Maxy. Dia akan segera menyusul ke sini."
"Oke deh… Kau boleh kembali ke ruanganmu, Pak Patricio." Maxy Junior mengangguk singkat dan langsung mengirim si manajer gendut kemayu keluar dari ruangannya. Dia tahu Patricio Anggara ini adalah raja gosip di Beauty & Me. Apa pun yang diketahuinya akan langsung disampaikannya kepada manajer yang lain. Dalam sekejap seluruh manajer dan kepala divisi di Beauty & Me akan berbagi gosip yang sama. Maxy Junior sungguh tidak ingin menjadi subjek gosip si manajer gendut kemayu ini.
Patricio Anggara mau tidak mau mundur dan keluar dari ruangan Maxy Junior. Di koridor yang mengarah ke lantai bawah, dia berpapasan dengan Mizuki Mimasaka yang duluan sampai di lantai atas. Keduanya saling berpandangan selama beberapa detik. Mendadak saja Mizuki Mimasaka menyerahkan sebuah botol berisi cairan putih keabu-abuan kepada Patricio Anggara. Mata Patricio Anggara berbinar-binar melihat botol tersebut. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menyambar botol tersebut dan menyembunyikannya ke dalam saku celananya.
"Ini apresiasiku untukmu karena kau telah bersedia membantuku kali ini…" Tampak sebersit senyuman jahat nan sinis di wajah Mizuki Mimasaka.
"Sama-sama, Nona Mizuki… Melihat wajah si Natsumi Kyoko itu saja, aku sudah langsung bisa menebak dia begitu tidak cocok dengan Pak Maxy Junior kami. Aduh…! Benar-benar deh…! Tetap aku rasa kau lebih cocok bersanding dengan Pak Maxy Junior kami, Nona Mizuki." Ternyata Patricio Anggara ini adalah seorang lelaki kemayu yang bermuka dua.
Mizuki Mimasaka tersenyum sinis lagi.
"Kuingatkan ya… Ramuan itu hanya 80% mendekati ramuan aslinya. Tidak bisa dimakan; hanya untuk dioleskan ke tubuh bagian luar. Karena hanya 80% mendekati ramuan aslinya, tentu saja ia tidak bisa menyembuhkan semua luka dan penyakit. Kau mengerti kan?"
"Aku mengerti, Nona Mizuki. Sekarang Nona Mizuki sedang memburu ramuan yang 100% asli kan? Mengingat kerja sama kita…"
"Jangan khawatir, Pak Patricio…" potong Mizuki Mimasaka langsung. "Aku juga bukanlah orang yang tidak tahu budi. Sepanjang aku bisa menyingkirkan Nyonya Natsumi kalian itu dan mendapatkan Pak Maxy Junior, aku takkan pernah melupakan budi baikmu. Kau tetap akan mendapatkan apresiasi yang takkan membuatmu kecewa."
Patricio Anggara tertawa melengking tinggi. "Aku memang tahu sejak awal Nona Mizuki yang memang cocok bersanding dengan Pak Maxy Junior kami."
"Tentu saja…" kata Mizuki Mimasaka masih dengan senyuman sinisnya, sedikit mengangkat dagu dan memandang lurus ke depan dengan sorot mata angkuh.
"Oke… Kau sudah boleh segera masuk ke dalam ruangan Pak Maxy Junior sekarang, Nona Mizuki. Aku bubuhkan cukup banyak dosis tadi. Aku kira sekarang Pak Maxy Junior pasti sudah menegang dan dia membutuhkan tubuh seorang wanita cantik seperti Nona Mizuki untuk suatu pelepasan."
Patricio Anggara tertawa melengking tinggi lagi dengan gaya kemayunya yang menjengkelkan. Mizuki Mimasaka meneruskan langkah-langkahnya lagi ke ruangan direktur. Begitu bayangan Mizuki Mimasaka menghilang dari pandangan mata, sontak tawa melengking tinggi pun ikut menghilang.
"Huh! Kalau bukan karena aku begitu menginginkan ramuan ini, aku takkan sudi membantumu, Mizuki Mimasaka! Gaya kau sendiri sok centil, sok angkuh, dan sok percaya diri! Macam betul saja Pak Maxy Junior menginginkan dirimu sebagai istrinya yang sah! Dia kan sangat tergila-gila dan mencintai Nyonya Natsumi itu kutengok! Palingan dia hanya menjadikanmu sebagai tempat pelampiasan dan pelepasan nafsunya!"
Patricio Anggara berbalik badan dan berjalan kembali ke ruangannya yang berada di lantai sepuluh. Dia tidak ingin turun dari lift yang berada di depan ruangan direktur. Silap-silap dia akan bertemu dengan sang nyonya direktur nanti. Lebih baik dia turun pakai lift yang berada pada bagian tengah bangunan saja.
Sambil menunggu istrinya naik dan masuk ke dalam ruangannya, Maxy Junior mulai menyantap beberapa potong ayam goreng dan meneguk ice lemon tea yang dibelikan oleh istrinya itu tanpa ada kecurigaan sedikit pun. Lewat lima menit, obat perangsang yang dibubuhkan oleh si manajer gendut kemayu tadi mulai bereaksi. Maxy Junior tahu ada yang tidak beres pada makanan dan minumannya. Dia berhenti menyentuh makanan dan minuman itu. Akan tetapi, tentu saja semuanya itu sudah terlambat.
Napas Maxy Junior mulai pendek-pendek. Dia mulai merasa gerah dan panas. Mendadak saja jantung mulai berpacu dengan kecepatan tinggi. Karena tidak tahan, dia mulai menanggalkan jas luarnya dan mulai melepas dasi yang mencekik erat di leher. Dia menggulung naik kedua lengan bajunya yang panjang sampai batas siku. Dia membuka dua kancing teratas dari kemejanya yang berwarna cokelat muda.
"Ada apa ini? Kenapa Periku bisa memasukkan obat perangsang ke dalam makanan dan minuman ini?" gumam Maxy Junior kepada dirinya sendiri.
Beberapa detik berlalu. Otak Maxy Junior yang masih bisa bekerja normal mulai memproses kejadian-kejadian yang ada secara kronologis.
"Tunggu dulu! Bukan Natsumiku sendiri yang membawa makanan dan minuman ini ke sini. Si Patricio Anggara itu yang membawakannya ke sini tadi. Pasti Natsumiku menitipkan makanan dan minuman ke dia di lantai bawah. Dan… Dan…"
Reaksi obat semakin menampakkan pengaruhnya. Kepala Maxy Junior terasa semakin pusing, semakin berat. Napas menjadi semakin tersengal. Jantung Maxy Junior berpacu dengan kecepatan tinggi. Mendadak saja dia merasakan barang juniornya sudah menegang dan memberontak di dalam undies yang dikenakannya. Maxy Junior tahu dia takkan bisa menahannya lebih lama lagi.
Mizuki Mimasaka duluan tiba di depan pintu ruangan sang direktur. Dengan senyuman sinis, dia memandang ke pintu yang bertuliskan nama 'Maxy Junior Tanuwira'.
"Sudah ada janji dengan Pak Maxy sebelumnya, Nona?" tanya sang sekretaris.
"Sudah… Beliau suruh aku langsung masuk. Kau tidak usah capek-capek mengantarku ke dalam. Jika kau masih ingin bekerja di sini, duduk diam dan tenang di tempatmu sana dan pastikan tidak ada yang mengganggu pembicaraanku dengan Pak Maxy Junior di dalam. Kau mengerti?" desis Mizuki Mimasaka dengan sorot mata tajam.
Tentu saja sang sekretaris terperanjat kaget bukan main. Matanya mencelang dan mulutnya terbabang lebar. Tidak menunggu sang sekretaris pulih dari kekagetannya, Mizuki Mimasaka menempelkan tangannya pada gagang pintu ruangan Maxy Junior, membuka pintunya, dan melangkah masuk ke dalamnya. Dia melihat Maxy Junior sudah berada di bawah pengaruh obat di dalam ruangannya. Dengan sebersit senyuman sinis penuh kemenangan, dia menutup pintu ruangan tersebut dan menekan tombol pengunci dari dalam.
Mizuki Mimasaka berjalan menghampiri sang direktur dengan gaya sensual. Sebentar saja dia sudah duduk di atas meja tulis sang direktur, dengan kedua kakinya yang mengangkang.
"Kenapa kau bisa masuk dengan mudah ke sini? Aku tidak menginginkan dirimu! Aku menginginkan Natsumiku! Aku ingin Natsumiku ada di sini! Ada di mana dia!" Terdengar lolongan Maxy Junior yang tidak berdaya, mencekal-cekal dirinya yang sudah terseret sampai ke batas kesadaran dan ketidaksadaran.
"Dia takkan datang lagi, Sayangku… Dia takkan berkesempatan melayani nafsumu yang sudah menggelegak dan menggebu-gebu siang ini. Karena aku ada di hadapanmu, kenapa kau tidak memberiku kesempatan untuk menghadirkanmu sedikit kepuasan dan kebahagiaan, Sayang?" Mizuki Mimasaka mencoba meraih kedua belahan pipi Maxy Junior.
Maxy Junior masih waras dan masih bisa mengandalkan kesadarannya walau dirinya sudah terperosok ke dalam pengaruh obat perangsang. Dia menepiskan kedua tangan genit yang hendak berpindah arah dari kedua belahan pipi ke bagian tubuhnya yang lain.
"Pergi kau dari sini! Enyah kau dari hadapanku! Aku tidak menginginkan dirimu! Aku tidak menginginkan dirimu!" Terdengar lagi lolongan ketidakberdayaan Maxy Junior.
Mizuki Mimasaka tertawa penuh kemenangan dan kepuasan.
"Kau takkan bisa menolakku lagi kali ini, Maxy Junior Sayang… Kau takkan bisa melewati rintangan dari wanita cantik sepertiku. Karena kau sudah tidak bisa menolakku, kusarankan sebaiknya kau menikmati tubuhku saja ya…"