Natsumi Kyoko mengangguk ringan dan santai. Mata Kimberly Phandana membesar. Mata gadis seumuran mereka, yang juga tengah menguping pembicaraan mereka, juga membesar.
Dengan mudahnya dia menganggukkan kepalanya dan mengiyakan pertanyaan itu. Dia mengiyakan seolah-olah ia hanya ditanya pernah makan rendang nggak, pernah minum susu kambing nggak, atau pernah makan kari sapi nggak. Wah… Wah… Wanita muda ini terlihat jelas sangat mencintai suaminya. Apakah aku bisa seperti wanita muda ini? Seminggu dari sekarang… Seminggu dari sekarang aku akan balik ke Sydney dan itu akan menjadi malam pertamaku… Apakah aku bisa memberikan kebahagiaan dan kepuasan kepada Max sama seperti yang diberikan oleh wanita muda ini kepada suaminya?
Gerunyam hati si wanita yang menguping pembicaraan mereka sejak tadi itu terdengar semakin meresahkan, semakin mengkhawatirkan.
"Kau… Kau… Kau tidak merasa geli atau alergi terhadap cairan vital laki-laki?" tanya Kimberly Phandana sedikit bergidik.
Natsumi Kyoko menggeleng ringan. "Itu adalah satu bentuk keintiman antara diri kita dan suami kita. Apa yang harus membuat geli dan alergi memangnya?"
Kimberly Phandana masih terlihat sedikit bergidik, begitu juga dengan wanita muda yang terus menguping pembicaraan mereka sejak tadi.
"Memangnya kau pernah menelan cairan vital suamimu, Kimberly?" tanya Natsumi Kyoko sedikit mengerutkan dahi. Kimberly Phandana menggeleng cepat.
"Kalau belum pernah mencobanya, bagaimana kau bisa tahu itu menggelikan dan membuatmu alergi?"
Kimberly Phandana dan wanita muda yang menguping pembicaraan itu terlihat mulai tergelitik oleh semacam rasa penasaran dalam benak pikiran mereka.
"Aku pernah dengar satu hal ya mengenai seks oral ini…" Natsumi Kyoko menurunkan satu level lagi volume suaranya. Wanita muda yang menguping pembicaraan mereka itu harus menguatkan konsentrasinya lagi guna bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Natsumi Kyoko.
"Entah mitos entah fakta – aku tidak tahu ya… Aku pernah dengar dari ibu-ibu yang berjualan di pasar ya… Katanya istri yang pernah menelan cairan vital suami mereka, kebanyakan akan disayang oleh suami. Suami mereka cenderung akan lebih menyayangi dan mencintai mereka." Natsumi Kyoko sedikit terkekeh kecil.
Kembali mata Kimberly Phandana dan mata gadis yang menguping pembicaraan mereka itu membeliak lebar.
"Benarkah? Mitos itu barangkali…" tukas Kimberly Phandana.
"Entahlah… Yang jelas aku tidak geli dan tidak alergi, ya sesekali aku tidak keberatan memberikan service seperti itu kepada suamiku. Kalau kau geli atau bahkan alergi, ya jangan… Hindari saja… Suamimu kan tidak mungkin memaksamu menelan cairan vitalnya juga kan?" Natsumi Kyoko kembali terkekeh kecil.
Terdengar lagi tawa cekikikan dari kedua perempuan muda tersebut. Pembicaraan selanjutnya berkisar tentang tebakan dan prediksi mereka apakah anak pertama mereka adalah laki-laki atau perempuan. Kalau laki-laki, nama-nama apa saja yang akan mereka berikan. Kalau perempuan, nama-nama apa saja yang akan mereka berikan.
Pembicaraan seru terus mengalir di antara kedua pengantin muda tersebut sampai akhirnya jam menunjukkan waktu makan siang. Kedua pengantin muda tersebut bergegas keluar dari kafe tersebut, ke tempat lain membelikan makan siang dan berencana makan siang bersama-sama dengan suami masing-masing.
Tinggallah wanita muda yang menguping pembicaraan tadi di dalam kafe. Dia mendengus ringan dan sedikit menghela napas panjang. Dia mengalihkan sorot matanya ke jalanan di luar kafe. Walau cuaca cerah dengan sinar matahari yang begitu terik, dalam dunia wanita muda tersebut terasa semacam ada awan gelap yang berarak dan mengungkung pandangannya ke arah depan.
***
Natsumi Kyoko turun dari taksi yang ditumpanginya. Dia berjalan masuk ke dalam bangunan pencakar langit Beauty & Me Enterprise. Melihat ada beberapa bungkusan plastik yang dijinjingnya, salah satu manajer yang kebetulan berpapasan dengannya di lantai bawah, langsung menawarinya bantuan.
"Nyonya Natsumi… Banyak sekali barang bawaan Nyonya. Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?" Jelas sekali si manajer ini hanya ingin cari muka karena berita pernikahan sang direktur muda sudah tersebar ke seluruh perusahaan. Siapa istrinya, bagaimana rupanya, dan siapa nama lengkapnya saja sudah tersebar ke seantero perusahaan.
Sambil tersenyum tak enak hati, Natsumi Kyoko sebenarnya ingin menolak bantuan yang ditawarkan oleh si manajer itu. Si manajer itu masih berdiri di samping si nyonya direktur sampai tampak bayangan Mizuki Mimasaka yang juga berjalan masuk ke dalam bangunan pencakar langit Beauty & Me Enterprise. Raut wajah Natsumi Kyoko langsung berubah cemberut tatkala ia melihat sosok Mizuki Mimasaka hadir lagi di perusahaan suaminya. Si manajer langsung mengambil kesempatan itu dan sedikit berbisik kepada si nyonya direktur.
"Dia itu Mizuki Mimasaka, Nyonya. Jelas sekali dia tertarik pada Pak Maxy Junior. Nyonya harus hati-hati…" bisik si manajer dengan gaya yang sedikit kemayu, padahal dia adalah seorang lelaki berbadan gendut di awal empat puluhan.
"Maaf merepotkan sebentar… Kau bisa tolong bawakan makanan minuman ini ke kantor Pak Maxy Junior tidak? Bilang sebentar lagi aku akan naik… Ada sedikit yang ingin kuluruskan dengan gadis itu. Bisa kan?" Natsumi Kyoko tersenyum cerah sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Mata Anda begitu cantik, Nyonya Natsumi. Dibandingkan dengan Anda, Mizuki Mimasaka itu tak ada apa-apanya. Siap laksanakan perintah, Nyonya Natsumi…" Si manajer menenteng makanan dan minuman yang dibeli oleh Natsumi Kyoko. Kemudian dia pun menghilang dari pandangan Natsumi Kyoko.
Tampak dari meja resepsionis, Mizuki Mimasaka bergerak ke kamar mandi lantai satu. Tentu saja Natsumi Kyoko diam-diam membuntuti gadis muda itu.
Sesampainya di dalam kamar mandi, Natsumi Kyoko tidak melihat siapa pun ada di dalam kamar mandi. Mizuki Mimasaka pasti sedang berada dalam salah satu sekat ruangan kamar mandi. Benar saja… Terdengar ponsel yang berdering dari dalam salah satu sekat ruangan kamar mandi dan terdengar suara Mizuki Mimasaka yang menjawabnya. Cepat-cepat Natsumi Kyoko memutuskan untuk bersembunyi dalam salah satu sekat ruangan kamar mandi yang lain dan menutup pintunya perlahan.
"Halo… Iya, Ayah… Ada apa ya…?" tanya Mizuki Mimasaka sedikit mengernyitkan dahi ayahnya bisa meneleponnya siang-siang begini.
"Kau sudah dengar Maxy Junior yang kauincar-incar itu hari ini telah menikah?" tanya Hayate Mimasaka di seberang telepon.
"Ada dengar, Ayah…" Mizuki Mimasaka keluar dari sekat ruangan kamar mandi dan kini berdiri di depan cermin panjang di atas wastafel.
"Bagaimana rencanamu sekarang? Dia sudah menikah loh… Akan sedikit sulit bagimu untuk bisa mendapatkan laki-laki itu lagi," tukas Hayate Mimasaka dengan suara basnya.
"Tenang saja, Ayah… Yang menikah mungkin saja masih bisa bercerai. Hari ini akan kuusahakan untuk membuka mata Maxy Junior dia telah menikahi wanita yang salah." Mizuki Mimasaka tertawa sinis. Darah Natsumi Kyoko mulai mendesir dan perlahan bergerak cepat ke ubun-ubunnya.
Awas saja ya… Menikahi wanita yang salah ya… Oke deh… Oke… Hari ini juga akan kuusahakan membuka matamu kau telah mengganggu pria yang salah… Terdengar gerunyam penuh kemarahan dari hati sanubari Natsumi Kyoko.
"Semoga kau berhasil ya… Soalnya jika kau tidak bisa mendekati Maxy Junior Tanuwira, informasi mengenai ramuan ajaib itu akan semakin menjauh, Sayang. Kita jadi tidak bisa menelusuri ada di mana sebenarnya jejak ramuan itu," tegas Hayate Mimasaka lagi dengan suara basnya.
"Hahaha… Tenang saja, Ayah… Serahkan saja padaku… Ramuan itu bisa menyembuhkan segala macam penyakit, tentu saja kitalah yang harus mendapatkannya, bukan kelompok Free Hands itu." Mizuki Mimasaka tampak tersenyum sinis kepada bayangannya sendiri di depan cermin.
"Aku harap kau berhasil dalam misimu kali ini, Putriku…" sambung si ayah lagi di seberang.
"Ayah tenang saja… Ramuan yang penting itu dan lelaki yang aku sukai, dua-duanya akan jatuh ke dalam genggaman tanganku…" ujar Mizuki Mimasaka dengan nada menenangkan.
"Aku akan selalu berdoa untuk keberhasilanmu, Putriku. Kabari aku jika ada perkembangan. Sampai ketemu nanti, Putriku…" Hayate Mimasaka mengakhiri percakapan mereka.
Mizuki Mimasaka juga mengakhiri pembicaraan mereka siang itu. "Sampai ketemu nanti, Ayah…"
Mizuki Mimasaka tentu saja tidak menyadari ada Natsumi Kyoko yang diam-diam mendengarkan pembicaraan rahasianya dengan ayahnya melalui salah satu sekat ruangan kamar mandi tepat di belakangnya. Setelah mencuci kedua tangan, Mizuki Mimasaka memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas dan segera berlalu dari kamar mandi.
Selang satu menit kemudian, barulah Natsumi Kyoko berani membuka pintu dan keluar dari sekat ruangan tersebut. Dahi tampak berkerut dalam.
Ada ramuan di sini… Ramuan yang katanya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Apakah memang pengetahuanku yang kurang luas atau memang dia yang terlalu banyak berkhayal? Adakah ramuan dewa seperti itu di dunia ini? Terlebih lagi, salah satu tujuannya mendekati suamiku adalah karena dia menganggap suamiku tahu informasi mengenai ramuan itu. Maxy Junior tahu ada semacam ramuan yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit di dunia ini? Benarkah? Kenapa selama ini dia tidak pernah cerita? Maxy Junior tidak mungkin merahasiakan hal sepenting ini dariku seandainya dia tahu… Berbagai macam pikiran berkecamuk dalam benak Natsumi Kyoko.
Aku harus segera ke ruangan suamiku. Bisa saja Mizuki Mimasaka mulai beraksi sekarang. Aku tidak ingin Maxy Junior terbius olehnya dan kemudian terjerumus ke dalam pelukannya. Dia adalah wanita yang begitu berbahaya. Aku akan mempertahankan dan melindungi suami yang kucintai. Hari ini kupastikan si Mizuki Mimasaka ini akan tahu siapa sesungguhnya Natsumi Kyoko Tanuwira. Natsumi Kyoko terus bergumul dengan kemuncak kebingungan dalam padang sanubarinya.
Dengan langkah-langkah lebar, Natsumi Kyoko keluar dari kamar mandi. Ia segera bertolak ke lantai atas, ke ruangan sang suami. Sepanjang perjalanan ke lantai atas, tanda tanya terus meragas benak pikiran Natsumi Kyoko. Apa itu kelompok Free Hands?