Maxy Junior dan Shunsuke Suzuki sedikit menundukkan kepala mereka dan mengelus-elus kepala belakang mereka.
"Kalian pasti tidak pakai pengaman dan tembak dalam, iya kan?" sembur Kendo Suzuki lagi tanpa ampun, tanpa penyaring.
"Tidak…" jawab Maxy Junior dan Shunsuke Suzuki berbarengan, dengan kepala mereka yang masih sedikit menunduk.
"Oke deh… Coba katakan apa-apa saja tanggung jawab seorang suami dan seorang ayah itu…" tantang Kendo Suzuki lagi sambil menyeruput kopi panasnya pagi itu.
"Memastikan anak istrinya tidak kekurangan sedikit pun – baik kebutuhan material maupun spiritual…" sahut Shunsuke Suzuki.
"Oke… Soal uang, aku rasa memang tidak menjadi masalah bagi kalian sama sekali. Lalu, bagaimana dengan kebutuhan spiritual istri-istri kalian?" tanya Kendo Suzuki lagi dengan sorot mata lekat-lekat bergantian ke Shunsuke Suzuki dan Maxy Junior.
Kedua calon suami dan calon ayah itu saling bertukar pandang lagi – bingung.
"Maaf ya, Shunsuke, Maxy Junior… Status kalian dulunya itu seperti apa jelas sudah menjadi rahasia umum. Kalian laki-laki player kan? Laki-laki fuckboy kan? Bagaimana kalau suatu hari nanti jika seandainya kalian bertemu dengan gadis-gadis lain di luar sana yang jauh lebih cantik daripada Ciciyo dan Natsumi?"
"Hal itu takkan terjadi, Ayah Angkat. Apa yang ada dalam pikiran Ayah Angkat kami bisa pastikan takkan terjadi. Semenjak mengetahui perasaan Ciciyo padaku tahun lalu, dalam setahun ini aku tidak pernah lagi menginjakkan kaki ke pub."
"Aku juga sama, Pak Kendo. Semenjak mengenal Natsumi di depan pub tahun lalu itu, sudah tidak pernah aku menginjakkan kaki ke tempat-tempat maksiat itu lagi. Bahkan Mizuki Mimasaka saja aku tolak mentah-mentah, Pak Kendo. Aku hanya mencintai Natsumiku, Pak Kendo. Aku hanya menginginkannya…"
"Bisa kalian bersumpah?" desis Kendo Suzuki masih dengan sorot mata lekat-lekat ke kedua calon menantunya yang kini berhadapan dengannya.
Shunsuke Suzuki dan Maxy Junior saling berpandangan sesaat lagi dan kemudian menukas,
"Kami bersumpah dengan nyawa kami sendiri…" kata Shunsuke Suzuki dan Maxy Junior berbarengan.
Kendo Suzuki mengurut dagu dan menggigit bibir bawahnya. Dia memang memiliki rencana untuk menikahkan kedua anak perempuannya dengan laki-laki yang benar-benar mereka cintai terlebih dahulu sebelum keluarga Hanamura itu datang mengganggu keluarganya lagi. Namun, sungguh tidak dia sangka-sangka dia akan bisa menikahkan kedua anak perempuannya itu sebegitu cepatnya.
"Oke… Jadi jam berapa kalian akan ke kantor catatan sipil? Dengan demikian aku bisa mengabari Bu Liana dan kita akan ketemuan di sana langsung…"
Pernyataan Kendo Suzuki yang satu ini membuat senyuman menawan merekah dan mendekorasi wajah tampan nirmala dari Shunsuke Suzuki dan Maxy Junior Tanuwira.
***
Tentu saja Liana Fransisca Sudiyanti syok berat begitu mendengar Maxy Junior akan segera menikahi Natsumi Kyoko dan Shunsuke Suzuki akan menikahi Ciciyo Suzuki jam sepuluh hari ini juga di kantor catatan sipil. Namun, melihat kedekatan mereka selama setahun belakangan ini – kedekatan yang benar-benar intim – dia tahu cepat atau lambat pernikahan ini akan terjadi.
Begitu memutuskan hubungan komunikasinya dengan Kendo Suzuki, Liana Fransisca menyimpan ponselnya ke dalam tas. Dia memang baru saja mau berangkat ke kantor ketika Kendo Suzuki mendadak meneleponnya dan memberitahunya soal rencana pernikahan paling mendadak kedua anak perempuannya jam sepuluh nanti.
"Siapa yang akan menikah, Ibu?" tanya Mary Juniar yang muncul dari ruangan di sebelah ruang tamu rumah besar mereka.
"Kau diam-diam menguping pembicaraanku, Mary Juniar!" tegur Liana Fransisca setengah menghardik seraya mengerutkan dahinya.
"Siapa yang akan menikah, Ibu?" Mary Juniar sama sekali tidak menggubris teguran ibunya. Dia memiliki perasaan yang tidak enak begitu mendengar kata 'pernikahan' dalam pembicaraan ibunya entah dengan siapa tadi.
Liana Fransisca membisu seribu bahasa selama beberapa detik sebelum akhirnya ia menjawab,
"Bang Maxy Juniormu akan menikah di kantor catatan sipil jam sepuluh pagi ini…"
Mary Juniar mundur beberapa langkah dengan pandangan tajam dari sorot matanya. Dia mengeraskan rahang dan mengepalkan kedua tangannya. Dia mundur sampai tubuhnya menempel pada dinding ruang tamu.
"Lupakanlah dia, Mary… Dia hanya menganggapmu adiknya… Dia sama sekali tidak bisa memiliki perasaan yang sama seperti perasaanmu terhadapnya. Dia begitu mencintai Natsumi Kyoko dan hari ini ia akan menjadikan Natsumi Kyoko istrinya."
"Kenapa pernikahan mereka terkesan terburu-buru? Kenapa tidak ada angin tidak ada hujan, bilang ingin menikah langsung menikah? Apa sesungguhnya yang telah terjadi antara Bang Maxy Junior dan perempuan itu? Apa yang telah terjadi di antara mereka, Ibu?" Suara Mary Juniar naik satu nada.
Martin Jeremy menyandang tas sekolahnya. Liana Fransisca mengernyitkan keningnya. Sudah jam sembilan lewat dan Martin Jeremy baru mau berangkat ke sekolah.
"Kenapa bisa sampai terlambat, Martin?" tanya Liana Fransisca.
"Aku menyelesaikan laporan keuangan acara pemilihan ketua OSIS baru beberapa hari yang lalu sampai dengan jam tiga kemarin malam, Bu. Pak Kepsek sudah tahu kok… Beliau sendiri yang menyuruhku menyelesaikan laporan tersebut hari ini juga dan mengizinkanku masuk sekolah setelah jam istirahat pertama."
Liana Fransisca mengangguk ringan. Sebagai bendahara OSIS terpilih tahun ini, anak laki-lakinya ini memiliki banyak kerjaan di luar pelajaran-pelajaran sekolahnya akhir-akhir ini.
"Ada apa ini ya kalau aku boleh tahu, Kak Mary Juniar? Pelajaran online-mu belum mulai ya?" sindir Martin Jeremy melihat raut wajah kakak perempuannya yang tampak tertekan pagi ini.
Martin Jeremy sedikit tersenyum sinis. Memang sampai tahun ketiganya di SMA Newton Era, kakak perempuannya ini memilih tetap belajar online di rumah karena tidak tahan dengan gunjingan dan cemoohan orang-orang terhadapnya atas insiden lampu hias kristal berat di auditorium setahun lalu. Sudah setahun berlalu, namun tampaknya orang-orang masih belum melupakan dalang di balik peristiwa mengerikan tersebut dan memaafkannya.
"Bukan urusanmu, Martin Jeremy!" sahut Mary Juniar tajam.