Gerakan memompa sang pangeran tampan semakin melambat dan melambat. Dia kini memasuki tahap relaksasi. Dia tetap pada posisinya dan membiarkan senjata pamungkasnya terus berelaksasi di dalam ngarai kewanitaan sang bidadari cantik tanpa ada niat untuk mencabutnya keluar.
"Lho…? Kenapa…? Kenapa…?" Natsumi Kyoko merasa malu dan serba salah. Dia ingin bertanya kenapa sang pangeran tampan belum mencabut senjata pamungkasnya keluar, tetapi dia merasa hal tersebut adalah sesuatu yang memalukan untuk ditanyakan.
Seolah bisa membaca apa yang ada dalam pikiran sang bidadari cantiknya, Maxy Junior bergumam, "Aku pernah baca dengan tidak mencabutnya dan membiarkannya dalam posisi yang sama setelah kita klimaks, itu akan sedikit bisa mengurangi rasa sakit dan rasa perih pada milikmu, Periku Sayang. Aku sudah lupa di mana aku pernah membaca tentang hal ini. Namun, sekarang aku akan mencobanya."
"Benarkah?" Rona merah kembali menyelangkupi kedua belahan pipi sang bidadari cantik karena sang pangeran tampannya begitu memperhatikan kondisi dirinya bahkan setelah mereka bercinta.
"Tidak tahu… Aku juga tidak jelas apakah itu benar atau hanya mitos, Periku yang Cantik… Coba saja… Syukur kalau benar… Itu kan bisa mengurangi rasa perih dan rasa sakit pada milikmu ini," sahut Maxy Junior dengan lemah lembut dari balik daun telinga sang bidadari cantik.
"Terasa senjata pamungkasmu masih keras dan kukuh di dalam sini, Sayang… Wow… Apakah dia tidak bisa merasa lelah setelah hampir setengah jam kita melakukannya barusan?" Mata Natsumi Kyoko sedikit membesar.
Maxy Junior hanya meledak dalam tawa gelinya. Dia tetap memeluk sang bidadari cantik dari belakang dan sesekali mencium pundak sang bidadari cantik yang telanjang.
"Dia nyaman di rumahmu di bawah sana, Periku… Makanya dia tetap bersemangat. Seandainya rumahmu yang di bawah sana tidak kesakitan lagi dan masih mengharapkannya, dia pun siap menggempur lagi, Periku Sayang…"
"Aahh, Maxy Sayang… Hormonmu begitu tinggi, Sayang…" Rona merah delima kembali menyelangkupi kedua belahan pipi sang bidadari cantik.
Maxy Junior terbahak ringan sejenak. "Hanya bercinta denganmu aku bisa berada di puncak hormonku, Periku yang Cantik… Tapi jangan khawatir… Kau masih kesakitan sekarang… Tunggu beberapa jam lagi, aku tidak jamin kau bakalan bisa 'selamat', Periku Sayang…"
Natsumi Kyoko mencubit tangan sang pangeran tampan yang melingkar di depan perutnya. Namun, beberapa detik berikutnya dia sudah mengusap lembut dan mengecup mesra tangan itu.
"Thanks banget, Sayang… Thanks sudah menyayangi dan mencintaiku selama ini… Thanks sudah hadir ke dalam hidupku… Thanks sudah menyelamatkan aku berkali-kali, bahkan hampir mengorbankan nyawa dan keselamatanmu sendiri, Sayang…"
"Justru akulah yang berterima kasih padamu karena telah bersedia menyayangi dan mencintaiku, Periku Sayang… Tanpamu, aku benaran bisa mati tersiksa karena cinta dan kerinduan ini. Thanks sudah mengizinkanku menyayangi dan mencintaimu. Thanks juga karena telah menyerahkan hartamu yang paling berharga kepadaku malam ini, Periku yang Cantik… Aku bahagia sekali… Aku akan menjaga harta yang kauberikan kepadaku dengan baik… Aku akan selalu berada di sampingmu. Aku janji kita takkan pernah terpisahkan. Aku akan mencintaimu selalu… Selalu…"
Maxy Junior mengecup mesra lagi pundak telanjang sang bidadari cantik. Natsumi Kyoko menikmati kecupan mesra sang pangeran tampan pada pundaknya. Dia sedikit tergelak geli.
Detik-detik pun berlalu. Tubuh keduanya semakin santai dan semakin ringan. Mata terasa semakin berat dan mulai menutup sedikit demi sedikit. Akhirnya Maxy Junior dan Natsumi Kyoko jatuh terlelap, masih dengan posisi mereka yang seperti posisi setelah bercinta.
Bahagia dan haru menggelincir di ujung sanubari Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.
Menit demi menit berlalu. Jam demi jam berlalu. Natsumi Kyoko terbangun sebentar pada jam dua lewat sedikit dini hari. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya dan melihat ke sekeliling kamar dengan penerangan yang remang-remang. Terasa ada yang menggeliat dalam pelukannya, Maxy Junior juga terbangun dan sedikit mengerjap-ngerjapkan mata.
"Badanmu kebas karena terus tidur dalam posisi yang sama, Periku?" tanya sang pangeran tampan lembut.
Natsumi Kyoko ingin bergerak dan memisahkan diri ketika sang pangeran menahan badannya.
"Jangan berpisah dulu… Nanti rasa perih dan rasa sakit itu menyerangmu lagi… Kita pindah posisi sama-sama saja…"
Dengan gampang sang pangeran menarik dan memindahkan posisi tidur Natsumi Kyoko. Dari yang semula tidur menghadap ke kiri, kini keduanya tidur menghadap ke kanan. Natsumi Kyoko merona malu. Masih terasa batang kejantanan sang pangeran yang mengisi penuh daerah ngarai kewanitaannya.
"Sayang… Sayang… Sepertinya sudah tidak begitu perih dan sakit lagi deh…" tukas Natsumi Kyoko dengan tujuan supaya sang pangeran tampan segera memisahkan penyatuan tubuh mereka berdua.
Maxy Junior menyeringai nakal. "Kau ingin tubuh kita berpisah sekarang?"
Natsumi Kyoko mengangguk ringan.
"Oke… Aku pisahkan pelan-pelan ya… Coba kamu rasakan nanti apakah masih sakit atau nggak ya…"
Perlahan-lahan sang pangeran mencabut keluar senjata pamungkasnya dari liang kehangatan sang bidadari cantik. Terasa gesekan di antara tubuh mereka berdua. Natsumi Kyoko memejamkan mata sejenak karena mendadak entah dari mana datangnya setitik kenikmatan dan gairah yang sekonyong-konyong menyergapnya.
Akan tetapi, sang pangeran tidak mengeluarkan senjata pamungkasnya. Dia mendorong masuk lagi, kemudian mencabut lagi, dan kemudian mendorong masuk lagi. Setitik kenikmatan dan gairah tadi kini mulai menggelegak nan mendidih. Jiwa dan raga Natsumi Kyoko kembali dilambungkan ke surga ketujuh.
"Oh, Maxy Junior Sayang… Apa yang sedang kaulakukan?" pekik sang bidadari cantik di antara kaget dan nikmat yang menderanya.
Sang pangeran tampan berhenti sebentar. Ia sedikit menggeram menahan gairahnya yang tentu saja sudah meluap-luap. "Katakan kau tidak menginginkanku lagi malam ini, Periku… Katakan kau tidak menginginkanku lagi malam ini, maka aku akan menghentikannya sekarang juga dan perlahan-lahan memisahkan tubuh kita berdua."
Perlu beberapa detik bagi Natsumi Kyoko untuk membisu sebelum akhirnya ia berujar, "Aku… Aku…"
"Katakan, Periku Sayang…" geram sang pangeran tampan sembari menggigit ringan daun telinga sang bidadari cantik.
"Mana mungkin aku tidak menginginkanmu, Pangeranku… Aku selalu menginginkanmu, Sayang… Natsumi selalu menginginkan Maxy Junior…"
Pernyataan itu seperti menyulut api dalam sekam, seperti membangunkan seekor singa yang tengah terlelap. Dengan penuh semangat dan antusiasme, sang pangeran melanjutkan lagi ronde-ronde mereka yang selanjutnya sepanjang malam itu dengan berbagai posisi yang diinginkan dan disukainya, tanpa sekali pun dia mengeluarkan senjata kejantanannya dari ngarai kenikmatan sang bidadari cantik.
Terasa dera kenikmatan yang melumat dan menggerogoti sekujur tubuh Maxy Junior dan Natsumi Kyoko sepanjang malam itu.