"Masih setengah, Periku… Kau kesakitan ya? Kau ingin berhenti dulu?" Raut wajah bersalah masih mendekorasi wajah Maxy Junior yang tampan nirmala.
Begitu Maxy Junior melirik ke bawah, tampak darah keperawanan sang bidadari cantik yang cukup banyak kini menetes-netes di bawah sana. Baru setengah saja darahnya sudah cukup banyak; sebagian ada yang membasahi senjata kejantanannya, dan sebagian lagi menodai seprai tempat tidur yang berwarna pink halus. Jelas saja sang bidadari cantiknya bisa kesakitan seperti itu. Timbul rasa tidak tega di lubuk perasaan Maxy Junior yang terdalam.
Natsumi Kyoko menggeleng cepat. "Tidak… Jangan berhenti, Sayang… Kau bisa mendorong pelan sambil terus menciumku bukan? Jangan berhenti ya, Sayang… Aku ingin menjadi milik Maxy Junior malam ini juga… Aku ingin tubuh kita berdua bersatu pada malam ini juga…"
"Aku dorong masuk lagi ya, Periku… Jangan pikirkan rasa sakitnya ya… Pikirkan saja cintaku padamu… Aku begitu mencintaimu, Periku… Aku tak mungkin menyakitimu… Kau percaya padaku kan?" Raut wajah bersalah masih menghiasi wajah tampan nirmala Maxy Junior.
Natsumi Kyoko mengangguk cepat.
Shit! Aku sudah terbiasa melakukan hal seperti ini dengan gadis-gadis perawan di luar sana. Kenapa kali ini aku jadi begitu gugup dan begitu deg-degan? Ke mana perginya kepercayaan diriku yang begitu kubanggakan selama ini? Sukma Maxy Junior terdengar berteriak dan bersenandika di dalam sana.
Dengan sepelan dan selembut mungkin, Maxy Junior mendorong lagi. Natsumi Kyoko mencicit kesakitan lagi. Tampak aliran darah terus menetes-netes dari areal selangkangannya. Sampai lima menit ke depan Natsumi Kyoko harus menahan rasa perih yang serasa menyayat dan membakar perut bagian bawahnya, barulah kini seluruh senjata kejantanan sang pangeran sudah seluruhnya berada dalam bagian pentingnya. Terasa sensasi kehangatan dan kenikmatan yang benar-benar lain dari yang lain ketika dirasakannya kini ada semacam batang yang keras, kukuh nan kuat mengisi penuh daerah ngarai kewanitaannya.
"Sudah masuk sepenuhnya, Periku yang Cantik…" Timbul sebersit senyuman tipis di wajah sang pangeran tampan. Serasa di surga ketujuh, serasa berada di pinggir ujung horizon yang membatasi surga dan dunia manusia tatkala Maxy Junior merasakan kini senjata pamungkasnya sudah terbalut, terbungkus nan terselimuti penuh oleh daerah ngarai kehangatan sang bidadari cantik yang dicintainya dengan segenap jiwa dan raga.
"Aku akan bergerak sekarang, Periku yang Cantik… Kau sudah siap?" tanya Maxy Junior.
Sang bidadari cantik hanya mengangguk ringan. Dia tidak sanggup berkata-kata lagi. Dia sungguh dikocok-kocok antara rasa sakit yang kini perlahan-lahan pergi dan rasa nikmat yang kini berangsur-angsur mendominasi.
Dengan sepelan dan selembut mungkin, Maxy Junior mulai bergerak memompa, mendorong masuk dan mencabut kembali senjata kejantanannya berulang-ulang. Dia bergerak memompa dalam posisi misionaris – posisi yang sebenarnya tidak begitu disukainya dulu. Namun, posisi itu terasa begitu manis dan lembut baginya sekarang. Dia merasakan seolah-olah tubuhnya bersatu padu dengan tubuh sang bidadari cantiknya. Terasa seakan-akan dunia menjadi kosong – hanya ada Maxy Junior dan Natsumi Kyoko di atasnya; Natsumi diciptakan untuk melengkapi kekurangan Maxy dan Maxy juga diciptakan untuk menambah kesempurnaan Natsumi.
Waktu bergulir dengan lembut dan perlahan – selembut dan sepelan gerakan memompa Maxy Junior terhadap tubuh sang bidadari cantik yang begitu dekat dengannya, yang telah bersatu padu dengan tubuhnya.
"Panggil namaku, Periku Sayang… Panggil namaku…" desah Maxy Junior di tengah-tengah gairahnya yang semakin dan semakin menanjak naik.
"Aahh, Maxy Junior Sayang… Uuhh… Maxy Sayangku… Bawa aku ke surga bersamamu, Maxy Junior Sayang…" desah Natsumi Kyoko dengan rasa nikmat yang sudah kian menggerayangi, meninggalkan rasa sakit yang kini hanya tersisa beberapa titik di belakang.
Kali ini Maxy Junior mengangkat kaki kanan sang bidadari cantik dan meletakkannya di atas bahu. Karena dilihatnya sang bidadari cantik tidak begitu kesakitan lagi, dia menaikkan satu level kecepatan pergerakan memompanya.
"Apakah posisi demikian terasa menyenangkan bagimu, Periku?" tanya Maxy Junior masih tidak berhenti memompa.
Natsumi Kyoko hanya mengangguk cepat. Dia serasa sudah hampir meledak di ujung gairahnya yang sebentar lagi akan mencapai titik klimaks pelepasan.
"Aku sudah ingin mencapai puncak, Sayang…" desah Natsumi Kyoko di tengah-tengah tubuhnya yang berguncang akibat pergerakan memompa sang pangeran tampan yang kecepatannya sudah naik satu level.
"Lepaskan saja, Periku yang Cantik… Jangan pedulikan aku… Lepaskan saja… Tidak usah ditahan-tahan…" desah Maxy Junior terus dan terus bergerak dalam keseimbangan cinta dan hasratnya.
Terdengar lenguhan dan desahan napas panjang dari sang bidadari cantik. Terasa kontraksi hebat otot-otot ngarai kewanitaannya. Terasa jepitan penuh yang membuat gairah Maxy Junior menggelegak penuh ke permukaan. Sejurus kemudian, sang bidadari cantik pun memasuki tahap relaksasi.
"Kau belum, Sayang…" tukas Natsumi Kyoko dengan sedikit raut wajah bersalah karena dia mencapai klimaks terlebih dahulu tanpa menunggu sang pangeran tampan.
"Ya… Aku belum, Periku…" Maxy Junior tanpa mencabut batang kejantanannya mulai berpindah posisi. Dengan posisi tubuhnya dan tubuh sang bidadari cantik yang tidur menyamping, sang pangeran tampan mengambil kendali pergerakan memompanya dari belakang tubuh sang bidadari cantik.
"Selesaikan saja, Sayang… Aku nggak apa-apa… Selesaikan saja dengan cara apa pun yang kauinginkan… Aahh…" Natsumi Kyoko kembali mendesah nikmat di antara rasa perih yang tinggal sedikit-sedikit karena sang pangeran mulai bergerak memompa lagi dari arah belakang.
Tangan nakal sang pangeran tampan meremas-remas lembut kedua gundukan kembar sang bidadari cantik dari belakang. Makin lama kecepatan pergerakan memompa tersebut makin meningkat levelnya.
"Katakan kau milik siapa, Periku yang Cantik…" desah sang pangeran tampan di tengah-tengah gairahnya yang sudah berada di ujung tanduk – sebentar lagi akan mencapai titik klimaks pelepasan.
"Aku milikmu, Maxy Junior Sayang… Natsumi selamanya adalah milik Maxy Junior…" desah Natsumi Kyoko dengan suaranya yang benar-benar parau.
"Oh, kau begitu cantik dan istimewa, Periku yang Cantik… Aku begitu mencintaimu… Selamanya hanya ada kau seorang, Sayang… Takkan pernah ada wanita lain lagi…" desah Maxy Junior terus bergerak memompa tiada henti.
"Aku ingin keluar, Periku…" desah Maxy Junior ketika dirasakannya ujung senjata pamungkasnya sudah berdenyut-denyut hebat.
"Aku sepertinya juga ingin sampai ke puncak lagi, Sayang… Bawa aku ke puncak bersamamu, Maxy Sayang…" Natsumi Kyoko juga meracau dan mendesau tiada henti.
Dengan sentakan akhir, Maxy Junior sungguh tidak bisa menahannya lagi. Dia menyemburkan banyak sekali cairan vital ke dalam ngarai kenikmatan sang bidadari cantik. Dalam waktu bersamaan, Natsumi Kyoko juga mencapai puncak pelepasannya lagi. Terasa kontraksi hebat dan jepitan ngarai kewanitaannya yang sungguh luar biasa. Terdengar juga lenguhan panjang kedua sejoli itu ketika jiwa mereka sama-sama terbuai di atas titik klimaks pelepasan mereka.