Chereads / 3MJ / Chapter 146 - Percikan Darah di atas Kebahagiaan (bagian 1)

Chapter 146 - Percikan Darah di atas Kebahagiaan (bagian 1)

"Periku… Aahh… Uuhh… Aku ingin keluar sekarang… Shit!" Desahan sang pangeran tampan terus berkumandang.

"Keluarkan saja, Maxy Sayang… Jangan ditahan-tahan…" Natsumi Kyoko kemudian melanjutkan lagi permainan lidahnya untuk menyempurnakan 'makan malamnya'.

"Periku… Aaahh… Aahh…" Teriakan Maxy Junior kali ini menandakan dia sudah mencapai titik puncak pelepasannya. Dia menyemburkan banyak sekali cairan vital ke dalam mulut sang bidadari cantik. Seluruh otot tubuhnya menegang pada saat pelepasannya. Dia hanya bisa meremas seprai tempat tidur dan memejamkan erat kedua bola matanya saat titik puncak pelepasan tersebut datang menyapa.

"Kau menelan lagi semuanya, Periku?" Sekujur tubuh sang pangeran tampan kini tampak penuh peluh. Mendengar pertanyaan itu, sang bidadari cantik hanya menyeringai nakal.

"Yang kali ini lebih kental dari yang waktu itu, Sayang… Apakah… Apakah selama beberapa hari terakhir ini kau tidak keluar, Sayang?" tanya sang bidadari cantik dengan rona merah delima di kedua belahan pipinya.

"Tentu saja… Tidak ada dirimu, tak ada mood aku mengeluarkannya. Semenjak mengenalmu, aku tidak pernah menginjakkan kaki ke tempat-tempat maksiat itu lagi. Bagaimana aku bisa mengeluarkannya coba?" tukas Maxy Junior dengan napasnya yang masih sedikit tersengal.

"Oke… Kalau begitu, malam ini kuberi izin penuh kepadamu untuk mengeluarkannya…" kata sang bidadari cantik dengan kerlingan mata nakal, dan dengan rona merah delima yang masih menyelangkupi kedua belahan pipinya. Dia bangkit dari tidur, duduk di pinggiran ranjang, dan menarik dekat tubuh telanjang sang pangeran tampan.

Alis mata sang pangeran tampan terangkat beberapa senti. "Maksudmu? Kau mengizinkanku mengeluarkannya di mana saja, termasuk di dalam sana?"

Tangan sang pangeran tampan membelai-belai perut sang bidadari cantik yang masih terbalut baju handuknya.

"Aku… Aku… Aku tidak tahu dari mana ide gila ini… Aku tidak tahu entah dari mana datangnya dorongan gila nan tak masuk akal ini. Namun… Namun… entah kenapa malam ini aku ingin… ingin… ingin menjadi milikmu seutuhnya, Sayang… Aku ingin menjadi milikmu seutuhnya, mengikat dirimu di sampingku, sehingga kau terus menemaniku, dan tidak bisa lari ke pelukan perempuan lain…"

Kepala sang bidadari cantik sedikit menunduk, masih dengan rona merah delima yang menyelimuti kedua belahan pipinya.

"Shit! Periku yang Cantik… Kau benar-benar membuatku kehilangan kendali, Sayang… Katakan sekali lagi kau ingin menjadi milikku malam ini, Periku yang Cantik… Katakan sekali lagi dan aku takkan melepaskanmu lagi…"

"Aku ingin menjadi milikmu malam ini, Maxy Junior Sayang… Natsumi ingin menjadi milik Maxy Junior malam ini…" desah sang bidadari cantik.

Maxy Junior menyerah terhadap panggilan kodrati seorang lelaki yang tengah dimabuk cinta, dikocok-kocok antara hasrat dan asmara. Dengan sekali tarik saja, baju handuk sang bidadari cantik terbuka dan kini terpampanglah tubuh polos sang bidadari, berbaring penuh penantian di hadapannya. Maxy Junior tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia menindih tubuh tersebut, tubuh yang begitu diinginkan, begitu diharapkan dan begitu didambakannya.

Natsumi Kyoko membuka tangannya meraih tubuh telanjang sang pangeran ke atas tubuhnya – tubuh yang begitu diinginkan, begitu diharapkan dan begitu didambakannya.

Ciuman panas bertubi-tubi didaratkan sang pangeran ke wajah, bibir, garis rahang, hingga ke leher dan tulang selangka sang bidadari cantik. Permainan lidah yang lihai berlanjut hingga ke kedua gundukan kembar dan akhirnya turun sampai ke ngarai kehangatan yang sudah lembab-lembab basah di bawah sana. Terdengar lenguhan dan desahan sang bidadari cantik tatkala sang pangeran sedang menyempurnakan 'makan malamnya' di bawah sana.

Lima belas menit berlalu. Tubuh sang bidadari cantik tertekuk ke belakang. Kepala dan lehernya juga menggelung ke belakang dengan sekujur otot tubuhnya yang menggelinjang hebat.

"Squirt it, My Little Fairy… Or else, I won't stop…" tukas sang pangeran sambil terus menyelesaikan 'makan malamnya' hingga titik penghabisan.

"Oh, Maxy… Maxy Junior Sayang… Aahh… Aahh…" Terdengar lenguhan panjang dan tarikan napas yang panjang ketika sang bidadari menggapai titik puncak pelepasannya yang pertama.

Tampak cairan kenikmatan sedikit menempel pada wajah sang pangeran. Natsumi Kyoko meraih kertas tisu dan mengelap wajah yang tampan nirmala tanpa cacat itu. Kini tampak sang pangeran tampan yang sudah mengambil posisi, mempersiapkan waktu bagi tubuh mereka berdua untuk bersatu.

"Akan sakit, My Little Fairy… Bersabarlah sebentar ya…" kata Maxy Junior gugup dan deg-degan. Selembut mungkin, Maxy Junior menghujamkan dan mendorong masuk senjata pamungkasnya ke dalam ngarai kehangatan sang bidadari cantik.

Ngarai kehangatan itu sungguh sempit. Perlu sedikit tenaga ekstra bagi Maxy Junior untuk bisa mendorong masuk senjata kejantanannya. Sungguh terasa sensasi kenikmatan yang benar-benar lain dari yang lain, yang tidak pernah dirasakan oleh Maxy Junior selama ini ketika dia menggagahi gadis perawan mana pun.

Natsumi Kyoko mencicit kesakitan. Dia memejamkan matanya dengan erat, berusaha mati-matian menahan rasa perih yang sungguh tak terperikan pada perut bagian bawahnya. Rasa sakit bagai disayat-sayat pisau bedah tanpa obat bius sungguh memporak-porandakan dunia keperawanannya yang berada di bawah sana, menandakan dunia kegadisannya yang sudah terkoyak, yang kini diserahkannya ke tangan lelaki yang benar-benar dicintainya dengan seluruh jiwa dan raga.

Sebutir air mata gelingsir di pelupuk mata. Rasa haru dan bahagia saling bertaut dan menggelimuni pangkal ujung sanubari Natsumi Kyoko karena malam ini dia telah menyerahkan seluruh mahkota dan dunia kegadisannya ke tangan lelaki yang benar-benar dicintainya.

"Kau kesakitan, Periku? Kau ingin aku berhenti?" Timbul sekerjap perasaan bersalah di lubuk sanubari Maxy Junior yang terdalam. Dia berhenti sejenak. Dia masih berada di atas tubuh sang bidadari cantik dengan menjadikan kedua sikunya sebagai tumpuan berat badannya. Dia takut sekali dia telah menyakiti sang bidadari cantiknya.

"Apakah sudah masuk semuanya, Sayang? Apakah tubuh kita berdua sudah bersatu secara total?" tanya sang bidadari cantik dengan napasnya yang masih memburu, dengan rasa sakit yang masih menyayat dan membakar perut bagian bawahnya.

"Masih setengah, Periku… Kau kesakitan ya? Kau ingin berhenti dulu?" Raut wajah bersalah masih mendekorasi wajah Maxy Junior yang tampan nirmala.