"Jadi apa yang harus aku lakukan kalau begitu, Sean?" Mendadak saja, Maxy Junior yang biasanya banyak ide, banyak perhitungan dan banyak rencana, siang itu menjadi bodoh dan tak bisa memikirkan apa-apa sama sekali.
"Awasi saja terus di mana Natsumi berada – di mana pun itu. Cari dia, bicara empat mata sama dia, dan buat dia kembali berbaikan denganmu. Sebelum si Jepang itu benar-benar keluar dari hidup kalian, pastikan jarakmu dengan Natsumimu tidak terpisah jauh. Kalau perlu, lakukan seperti caraku… Daratkan cap stempelmu pada keperawanannya, nikahi dia… Dengan demikian dia akan menjadi milikmu seutuhnya, terus berada di sampingmu, dan kau bisa merasa lebih tenang."
Maxy Junior mengusap-usap rambutnya dengan kesal. Kali ini terlihat rambutnya jadi sedikit acak-acakan.
"Kenapa sampai sekarang dia tidak membalas pesan-pesanku? Apa dia sudah tidak menginginkanku lagi? Apa dia sudah tidak mencintaiku lagi gara-gara memergoki aku terlambat mendorong mundur Mizuki Mimasaka tadi siang?" Maxy Junior kembali bergumam kepada dirinya sendiri.
Kepanikan dan keresahan semakin menggeligit beranda hati Maxy Junior.
"Oh, Natsumiku… Periku yang Cantik… Jangan sampai kau meninggalkan aku ya… Aku akan mencarimu ke mana pun dan di mana pun kau berada ya… Aku bisa gila jika kau benar-benar meninggalkan aku…" Maxy Junior terus bergumam kepada dirinya sendiri.
Tak bisa menunggu lebih lama lagi karena Natsumi Kyoko tidak bisa dihubungi, akhirnya Maxy Junior menyambar kunci mobil yang ada di atas bufet dekat pintu keluar. Sejurus kemudian, ia sudah berada dalam mobilnya. Deru mesin mobil terdengar meninggalkan pelataran parkir apartemen dan segera bertolak ke rumah besar keluarga Suzuki.
Maxy Junior sungguh terperanjat batin tatkala dilihatnya mobil lain juga berbelok masuk ke dalam kediaman keluarga Suzuki. Dia sudah bisa menebak itu pastilah mobil Ryuzaki Hanamura. Maxy Junior menggenggam erat setir kemudi yang ada di depan mata sampai-sampai jari-jemari tangannya memutih.
"Sial! Sial! Dia sudah duluan datang! Dia sudah mendahuluiku!" teriak Maxy Junior pada dirinya sendiri.
Dia membelokkan mobilnya juga masuk ke dalam kediaman keluarga Suzuki. Saat mobilnya sudah bergerak mendekati pintu masuk rumah besar, dilihatnya Natsumi Kyoko kesayangannya sudah naik ke dalam mobil asing tersebut. Kontan kedua matanya terbelalak lebar. Darahnya mulai mendesir dan jantungnya mulai berdegup kencang, berpacu dalam kecepatan tinggi.
"Hah? Natsumiku tidak memberitahuku dia akan menemui Ryuzaki Hanamura malam ini! Kenapa dia bisa sampai menutupi hal penting ini dariku!" teriak Maxy Junior di dalam mobil.
Baru saja dia akan keluar dari mobilnya, mobil Ryuzaki Hanamura yang ada di depannya mulai bergerak lagi. Terpaksa Maxy Junior hanya bisa mengekori ke mana mobil tersebut melaju. Lima belas menit kemudian, mobil tersebut berhenti di depan sebuah bangunan kafe yang berlantai tiga. Tampak Natsumi Kyoko keluar dari mobil. Tanpa menunggu Ryuzaki Hanamura yang memarkirkan mobilnya, dia sudah berjalan masuk lebih dulu ke dalam bangunan kafe.
Sejurus kemudian barulah tampak Ryuzaki Hanamura keluar dari mobilnya. Sebelum masuk ke dalam bangunan kafe, dia melihat ke sekeliling terlebih dahulu memastikan tidak ada yang mengikutinya sampai ke bangunan kafe tersebut. Dia tidak bisa melihat dan juga tidak mengenali mobil Maxy Junior yang berhenti di seberang jalan, di hadapan bangunan kafe tersebut.
Maxy Junior memarkirkan mobilnya setelah Ryuzaki Hanamura masuk ke dalam bangunan kafe.
Maxy Junior juga masuk ke dalam bangunan kafe. Kafe tersebut sepi sekali pada malam-malam biasa seperti malam ini. Karena jarak antara satu meja dengan meja yang lain memiliki sekat-sekat tertentu, Maxy Junior memutuskan untuk duduk di meja pas di samping meja yang diduduki oleh Natsumi Kyoko dan lelaki Jepang itu. Sehabis memesan segelas minuman, dia mulai menguping pembicaraan yang terjadi di meja sebelahnya.
"Ada apa mengajakku sampai ke kafe ini segala, Ryuzaki?" tanya Natsumi Kyoko langsung ke inti pembicaraan.
"Tentu saja ingin makan malam denganmu, Cantik… Kau juga ingin makan malam denganku kan? Itulah sebabnya kau mengiyakan ajakan makan malamku ini kan?" ujar Ryuzaki Hanamura sembari tersenyum memamerkan sebaris giginya berwarna putih bersih dengan penuh percaya diri.
Mendengar itu, tentu saja darah Maxy Junior kembali mendesir. Api kecemburuan langsung tersulut.
"Aku tadi sudah bilang kan di chat? Aku sudah makan… Karena kau terus memaksa, aku ikut saja, tapi aku takkan memesan apa-apa."
"Kau takut sesuatu ya? Kau takut aku melakukan sesuatu ke dalam makanan dan minumanmu?" tanya Ryuzaki Hanamura berusaha menunjukkan sebersit senyuman lemah lembut menenangkan padahal, dia sudah dongkol bukan main dalam pikiran dan kesadarannya.
Natsumi Kyoko mengangguk cepat. Kembali terngiang-ngiang percakapan Kimberly di telepon tadi siang. Terlambat semenit saja, keperawanannya sudah akan hancur lebur di tangan lelaki bajingan itu. Untung saja Sean tiba tepat waktu dan keperawanannya jatuh ke tangan lelaki yang tepat. Masalahnya, dia tidak bisa mengatur Maxy Junior tiba pada saat yang tepat seandainya minuman atau makanannya dicampurkan obat oleh si lelaki Jepang ini nanti.
"Kau merasa aku sebegitu rendahnya sampai-sampai aku akan melakukan hal itu kepadamu, Natsumi!" Ryuzaki Hanamura mulai bernapas dengan kesal. Akan tetapi, dia masih menjaga ketenangan dan keramahannya di depan gadis yang masih menjadi incarannya ini.
"Entahlah… Aku tidak begitu mengenalmu, Ryuzaki. Aku masih belum berani menebak langkah-langkah apa selanjutnya yang akan kaulakukan terhadapku." Natsumi Kyoko terlihat sedikit mengedikkan bahu dan kepalanya.
"Jelas tujuan akhirku adalah membuat kau akhirnya bersedia menikah denganku secara sukarela. Kau akan mencintaiku dan akhirnya dengan sukarela akan bersedia menikah denganku," kata Ryuzaki Hanamura tanpa tedeng aling-aling. Kini hilang juga selera makannya. Dia sama sekali tidak memanggil pelayan mendekat untuk memesan makanan ataupun minuman.
Maxy Junior juga bersenandika dalam hati. Enak saja kau akan menikah dengan Natsumiku ya! Natsumi adalah peri cantik kesayanganku. Hanya aku yang bisa menikah dengannya dan memilikinya secara utuh.
"Jelas juga kau tahu itu tidak mungkin, Ryuzaki. Jelas kau tahu… Dengan sejelas-jelasnya kau mengerti aku sama sekali tidak bisa mencintaimu. Bagaimana mungkin aku bisa mencintaimu sementara hati, perasaan, dan seluruh cintaku sudah kuserahkan kepada lelaki lain?"
"Meski dia sudah mencampakkanmu dan memilih wanita lain?" tanya Ryuzaki Hanamura masih tidak mengakui kekalahannya. Maxy Junior sebenarnya sudah ingin berhambur keluar dari tempatnya dan menghajar si lelaki Jepang itu. Akan tetapi, sampai pada detik itu, dia berusaha mengontrol emosi dan kemarahannya.
"Aku hanya memergoki wanita lain berhasil mencuri ciumannya di ruangan kantornya. Itu saja sih… Pertengkaran kecil saja yang terjadi di antara kami. Tidak semengerikan dan separah seperti yang kaubayangkan…" kata Natsumi Kyoko membuang pandangannya ke arah lain.
"Jadi kenapa kau pergi dan meninggalkannya begitu saja tadi siang? Mendadak kau merasa kehilangan posisimu dalam hatinya? Atau kau takut suatu saat nanti posisimu dalam hatinya itu akan mendadak digantikan oleh wanita lain?"
"Iya… Mungkin saja… Takut… Mungkin saja itu kata yang lebih tepat dibandingkan dengan kata-kata yang lain. Aku jelas tidak meragukan kebenaran ceritanya tadi siang. Memang perempuan itu yang kebangetan dan mencuri ciumannya begitu saja. Lain kesempatan ketika aku memergokinya lagi melakukan hal yang serupa, kupastikan dia akan tahu siapa Natsumi Kyoko yang sesungguhnya!"
"Jadi kau takut suatu saat nanti Maxy Junior itu akan berhenti mencintaimu dan posisimu dalam hatinya digantikan oleh wanita lain?" Kembali Ryuzaki Hanamura menekankan poin yang satu itu untuk meracuni pikiran Natsumi Kyoko bahwasanya Maxy Junior tidak bisa dikategorikan ke dalam golongan pria setia. Mendesir lagi darah Maxy Junior sampai ke ubun-ubun begitu ia mendengar pertanyaan tersebut terlontar keluar dari mulut Ryuzaki Hanamura.
"Sekarang mungkin nggak… Tapi, siapa yang tahu apa yang bakalan terjadi di masa depan, iya nggak? Pemandangan yang kulihat terjadi di kantornya siang tadi seolah-olah mengingatkan aku jika memang benaran akan ada hari-hari di masa depan ketika Maxy Junior tidak mencintaiku lagi dan posisiku mendadak digantikan oleh wanita lain yang sangat ia cintai pada waktu itu."
"Kau tentu tak bisa menghadapinya bukan? Memangnya apa yang akan kaulakukan jika seandainya hari-hari itu benaran tiba di suatu waktu di masa depan nanti?"
"Aku tidak pernah ingin berpikir panjang. Bagiku, tetap masa sekarang lebih penting. Tapi, entah bagaimana, entah kenapa, pemandangan di dalam ruangan kantornya siang tadi menjadi semacam momok, semacam horor bahwasanya mungkin aku benaran akan kehilangan segalanya, akan tidak memiliki jalan keluar apa pun andaikan hari-hari itu benaran mampir ke dalam hidupku di masa mendatang nanti."
"Kau… begitu mencintai laki-laki itu ya?" Sorot terluka tampak jelas di kedua bola mata Ryuzaki Hanamura. "Sebegitu kau mencintainya sampai-sampai kau bisa merasa setakut ini ya! Apa sih kelebihannya sampai-sampai kau bisa mencintainya dengan seluruh jiwa dan ragamu! Apa sih kekuranganku sampai-sampai kau tidak bisa memiliki perasaan yang sama terhadapku dan menolakku!"
Ryuzaki Hanamura terlihat mengeraskan rahangnya dan mengepalkan kedua tangannya. Gadis cantik ini menolaknya lagi malam ini. Bahkan, gadis ini tidak memberinya kesempatan apa pun. Dia tidak memesan makanan ataupun minuman apa pun sehingga Ryuzaki Hanamura sama sekali tidak bisa mencampurkan obat tidur ke dalam makanan ataupun minuman gadis cantik jelita itu.