Chereads / 3MJ / Chapter 142 - Atas Nama Seluruh Cinta di Jagat Raya

Chapter 142 - Atas Nama Seluruh Cinta di Jagat Raya

Ciciyo Suzuki tergelak ringan. Dia mempererat pelukannya pada sang pangeran tampan.

"Justru aku yang ingin berkata seperti itu kepadamu, Bang Shunsuke. Aku ingin memilikimu seutuhnya untuk selama-lamanya. Bolehkah aku memilikimu, Bang Shunsuke?"

Shunsuke Suzuki menggenggam erat kedua belahan pipi sang putri kesayangan sehingga kini wajah keduanya begitu dekat dan mata mereka saling mengunci.

"Tentu saja kau boleh memiliki aku, memiliki cintaku, perhatianku, hatiku, dan seluruh jiwa ragaku. Aku masih manusia yang memiliki hati dan perasaan, Ciciyo Sayang. Dengan banyaknya cinta dan perhatian yang kauhujani ke diriku, tentu saja hati dan perasaanku akan tergerak dan meleleh. Malam ini aku akui aku berlutut menyerah di bawah cinta dan perhatianmu kepadaku, Sayang…"

Shunsuke Suzuki mengecup mesra lagi sepasang bibir sang putri pujaan hati yang mungil, imut nan menggemaskan. Selama beberapa detik, bibir keduanya saling melumat, saling bertaut dan saling menjelajahi.

"Apakah masih sakit, Sayang?" Tangan perlahan membelai perut bagian bawah dan areal selangkangan sang putri kesayangan.

"Sedikit… Terasa sedikit kram perut… Perih-perih sedikit masih ada…" jawab Ciciyo Suzuki lemah lembut.

"Dengan demikian aku tidak bisa minta tambah ya…" tukas Shunsuke Suzuki sedikit berseloroh.

Ciciyo Suzuki tergelak ringan. "Mungkin besok malam ketika sudah tidak begitu sakit, aku bisa memberimu sebanyak yang kauinginkan, Sayang. Kau bisa menunggu sampai besok malam kan?"

"Tentu saja, Ciciyo Sayang… Besok siang hari begitu, kita tidak usah ikut kelas ekstrakurikuler lagi ya..." gumam Shunsuke Suzuki singkat padat berisi.

"Mau ke mana kita memangnya, Sayang?"

"Ke catatan sipil tentu saja… Pagi besok aku akan bilang sama Ayah Angkat dan minta dia ajak Bu Liana juga. Mereka berdua yang akan jadi saksi pernikahan kita di catatan sipil besok. Kau mau kan, Ciciyo Sayang?"

Senyuman kebahagiaan tentu saja langsung merekah di wajah Ciciyo Suzuki yang cantik jelita. Dia menenggelamkan diri ke dalam pelukan pangeran pujaan hati. Dia mempererat pelukannya terhadap sang pangeran pujaan hati.

"Kalau kau hamil, aku akan minta izin dari sekolah sehingga kau diperbolehkan belajar online saja di rumah. Setelah anak kita lahir nantinya, kau masih bisa terus melanjutkan sekolah, kuliah atau kerja – terserah padamu, Ciciyo Sayang," gumam Shunsuke Suzuki lagi.

"Sejak kapan kau merencanakan semua ini, Bang Shunsuke? Kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya Ciciyo Suzuki mengulum senyumannya.

"Sejak aku perlahan-lahan mulai menyadari perasaanku yang sebenarnya terhadapmu di hari pemilihan pangeran White Day tahun lalu, Ciciyo Sayang… Menikah muda tidak apa-apa, jadi ayah muda juga tidak apa-apa, dan bahkan kalau dicemooh orang-orang, aku juga tak peduli. Aku akan melakukan apa saja asalkan aku bisa mendapatkanmu dan memilikimu dalam kehidupan keluarga kecilku."

Ciciyo Suzuki tersenyum cerah nan penuh semangat. Ia mempererat pelukannya lagi. Senyuman terus merekah dan mendekorasi wajahnya yang cantik jelita.

"Kau siap menjadi ibu muda, Ciciyo Sayang? Aku siap menjadi seorang ayah muda. Aku harap kau juga demikian, Sayangku…"

Ciciyo Suzuki mengangguk penuh semangat. "Asalkan bisa bersama-sama denganmu, aku siap menghadapi dan menjalani apa pun. Tapi, kita rahasiakan dulu ya pernikahan dan kehidupan keluarga kecil kita sampai kita punya anak nanti. Kau tidak keberatan kan, Sayang?"

"Oke deh… Terserah padamu… Selama kurun waktu itu, di sekolah, di tempat les, dan di tempat mana pun juga, kau tidak boleh melirik pria mana pun lagi. Kau tidak boleh menerima surat cinta ataupun hadiah dari pria mana pun lagi. Kau hanya milikku seorang, kau adalah istri dari Shunsuke Suzuki dan sebentar lagi kupastikan kau akan menjadi ibu dari anak-anakku, Ciciyo Sayang. Kau mengerti?" tegas Shunsuke Suzuki dengan suara basnya.

Ciciyo Suzuki tergelak ringan lagi. Ia mengangguk cepat.

"Masih kutengok akhir-akhir ini ada saja yang mengirimkanmu bunga, hadiah-hadiah romantis, dan memberikanmu surat-surat cinta yang sudah pasti takkan bisa dipertanggungjawabkan, Ciciyo Sayang," sungut Shunsuke Suzuki sedikit memasang wajah cemberut.

"Kenapa kau seyakin itu, Sayang?" Ciciyo Suzuki terlihat mengulum senyumannya.

"Begitu kita dari kantor catatan sipil besok, kau akan menyadari tidak ada tanggung jawab yang sebesar tanggung jawabku, Ciciyo Sayang." Shunsuke Suzuki mencubit lembut hidung sang putri kesayangan. Dia bisa berkata demikian tentu saja karena ia belum tahu Sean Jauhari telah menikahi Kimberly Phandana dan sebentar lagi tentu saja Maxy Junior juga akan melakukan hal yang sama – menikahi peri cantik kesayangannya.

Ciciyo Suzuki terkekeh kecil. "Selama ini aku tidak pernah menerima hadiah-hadiah ataupun surat-surat itu, Bang Shunsuke. Aku selalu menolak semua itu karena aku sadar benar dalam duniaku dan pikiranku hanya ada dirimu."

"Bagus… Aku bisa mati tersiksa oleh rasa cemburu ini jikalau seandainya kau menerima satu pun dari hadiah-hadiah ataupun surat-surat itu, Ciciyo Sayang…"

"Kau juga sama kan? Takkan menerima semua surat cinta dan hadiah-hadiah dari para gadis muda yang selama ini mengidolakanmu di sekolah?" tanya Ciciyo Suzuki balik. Kontan Shunsuke Suzuki mengangkat tangan kanannya ke udara.

"Tentu saja tidak… Aku bersumpah atas nama seluruh cinta di jagat raya… Shunsuke Suzuki hanya akan menyukai, memperhatikan, dan mencintaimu seorang, Ciciyo Suzuki…"

Ciciyo Suzuki meraih tangan tersebut dan mengecupnya dengan mesra. Shunsuke Suzuki merengkuh leher dan tengkuk belakang sang putri pujaan hati. Dia mendaratkan satu kecupan mesra ke sepasang bibir sang putri pujaan hati yang imut, mungil menggemaskan.

Kembali bibir sejoli tersebut bertaut pada cinta dan kemesraan mendalam.

***

Malam ini dilewatkan oleh Maxy Junior dengan kesal. Ia mulai gusar tatkala Natsumi Kyoko sama sekali tidak menjawab panggilan teleponnya, sama sekali tidak membaca apalagi membalas pesan-pesan yang dikirimkannya semenjak mereka berpisah di lobi perusahaannya siang tadi sampai dengan detik ini.

"Kenapa sampai detik ini dia juga tidak menjawab panggilanku? Kenapa sampai detik ini tak satu pun pesanku yang dia baca dan dia balas?" Maxy Junior bergumam kepada dirinya sendiri sambil mondar-mandir di dalam apartemennya sendiri, sibuk tak menentu dan tak tahu apa yang mesti dilakukannya.

Kembali terngiang-ngiang percakapan Sean Jauhari di telepon siang tadi.

"Jangan sampai lelaki itu berhasil mengajak Natsumimu keluar deh – entah ke mana saja. Nanti bisa saja ia melakukan seperti yang dilakukan oleh si bajingan March Ursa Major Yaputra itu kepada Kimberlyku. Berhati-hatilah, Maxy Junior… Malam itu jantungku serasa hampir melompat keluar dari rongganya. Sempat aku terlambat semenit saja, entah sudah jadi apa Kimberlyku malam itu. Apalagi dalam kasusmu ini, si Jepang itu sempat melihat keributan antara dirimu dan Natsumimu kan? Jangan sampai ia memanfaatkan hal itu untuk berhasil mengajak Natsumimu keluar – ke suatu tempat. Dan, di tempat itu dia melakukan aksi bejatnya kepada Natsumimu."