Chereads / 3MJ / Chapter 140 - Memberikanmu Cinta Sebanyak yang Kauinginkan (bagian 1)

Chapter 140 - Memberikanmu Cinta Sebanyak yang Kauinginkan (bagian 1)

Habis makan malam, Ciciyo Suzuki terlihat hanya berdiri di lantai paling atas rumahnya yang beratapkan langit malam penuh bintang kerlap-kerlip. Semilir angin malam berhembus menerpa wajah dan rambutnya yang dibiarkannya tergerai lurus ke bawah.

Shunsuke Suzuki menghampiri sang kekasih pujaan hati dari belakang. Menyelimutkan selembar selimut ke tubuh sang kekasih pujaan, Shunsuke Suzuki meraih sang kekasih ke dalam pelukannya. Ciciyo Suzuki hanya menyandarkan kepalanya ke dada bidang sang pangeran pujaan. Keduanya membisu seribu bahasa selama beberapa menit sembari menatap langit malam yang penuh dengan bintang-bintang di tengah-tengah hamparan makrokosmos semesta.

"Kenapa kau hanya diam, Sayang? Apa yang tengah kaupikirkan? Kau tahu kau bisa berbagi apa saja denganku." Shunsuke Suzuki berbisik di balik daun telinga sang kekasih pujaan hati.

"Untuk sesaat lamanya tadi pagi, aku benar-benar mengira kematian akan datang menjemputku." Ciciyo Suzuki bernapas lemah lembut dan masih mengarahkan pandangannya ke langit malam.

"Jangan khawatir… Ada aku, mereka takkan bisa seenaknya membawamu pergi dari rumah ini dan dari hidupku. Aku berjanji akan selalu melindungi dan menjagamu, Ciciyo…" Shunsuke Suzuki menghirup aroma mawar yang terpancar dari tubuh sang kekasih pujaan hati.

"Ya… Aku tahu… Makanya aku bersyukur kau ada di sampingku, Bang Shunsuke… Walau kebanyakan hanya aku yang memiliki perasaan terhadapmu, aku tidak keberatan. Asalkan bisa dalam posisi seperti sekarang ini, di mana kau tengah memelukku, dan kita berdua bersama-sama berdiri di atap rumah ini memandangi dan menikmati langit malam, aku sudah puas."

Shunsuke Suzuki ingin mengatakan dia juga mencintai Ciciyo Suzuki sambil terus menatap dalam-dalam ke bola matanya dan kemudian mendaratkan satu kecupan mesra ke sepasang bibirnya yang mungil, imut nan seksi menggemaskan. Namun, pada saat itu ada sesuatu yang menghalangi kata-kata tersebut terlontar keluar dari tenggorokannya.

"Kenapa, Ciciyo? Kenapa kau ingin kita terus dalam posisi seperti sekarang ini?" Shunsuke Suzuki mendekatkan wajah dan bibirnya ke tengkuk belakang dan daun telinga sang putri pujaan hati.

"Karena hanya dalam pelukanmu aku merasa masih berharga untuk dicintai. Sejak kecil diriku yang terabaikan oleh ayah dan ibu, sama sekali tidak pernah dicintai oleh kedua orang tua, oleh siapa pun… Ketika kau membelikanku KFC di saat aku sedang menjalani hukuman yang tidak manusiawi dari mantan ibu kita hari itu, aku merasa aku ini masih berharga dan setidaknya masih ada seseorang yang menyayangiku. Orang itu adalah kau…"

"Apakah sejak saat itu kau sudah mulai memiliki perasaan cinta terhadapku, Ciciyo Sayang?" bisik Shunsuke Suzuki dengan wajah yang masih begitu dekat ke tengkuk belakang dan daun telinga sang putri pujaan hati.

Ciciyo Suzuki mengangguk perlahan.

"Oh… Sekarang aku hanya bisa berterima kasih kepada Tuhan telah mengirimkanmu ke sisiku. Aku juga mendambakan cinta yang tidak kuperoleh lagi setelah kematian kedua orang tua kandungku, Ciciyo Sayang. Dari orang tua angkatku, aku sama sekali tidak memperoleh cinta yang kuinginkan. Bolehkah aku… Bolehkah aku mencari cinta itu dari dirimu, Ciciyo Sayang?"

"Tentu saja… Aku bisa memberimu cinta sebanyak yang kauinginkan, Bang Shunsuke… Asalkan kau terus ada di sampingku dan terus menemaniku sampai titik akhir, aku bisa memberikanmu cinta sebanyak yang kauinginkan…" bisik Ciciyo Suzuki. Kali ini ia sedikit berpaling ke belakang dan mengecup mesra bibir sang pangeran pujaan hati yang tipis nan seksi menggiurkan.

Tampak bibir keduanya saling bertaut, saling mengulum dan saling melumat untuk beberapa waktu. Shunsuke Suzuki mendadak menggendong sang putri pujaan hati dan membawanya masuk ke dalam rumah. Sejurus kemudian mereka sudah tiba di dalam kamar Shunsuke Suzuki yang paling dekat dengan roof top lantai atas rumah besar tersebut. Sepanjang perjalanan ke dalam kamar Shunsuke Suzuki, sang pangeran pujaan hati terus menatap sang putri pujaan hatinya dengan sorot mata penuh cinta dan kerinduan. Sang putri pujaan hati juga memberikan sorot mata yang sama kepada sang pangeran pujaan.

Dengan lembut, Shunsuke Suzuki membaringkan sang putri pujaan ke ranjang kehangatan mereka malam itu.

"Kau yakin akan memberikanku cinta yang telah lama kucari-cari malam ini, Ciciyo Sayang?" bisik Shunsuke Suzuki dengan nada suara yang semakin rendah dan lembut.

"Kaulah alasan keberadaanku hari ini, Bang Shunsuke. Kalau tidak ada dirimu, mungkin sejak awal aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hidup karena tidak tahan dengan segala hukuman tidak manusiawi dari mantan ibu kita. Tentu saja aku akan memberikan cinta yang kauinginkan malam ini dan malam-malam seterusnya, Bang Shunsuke…"

Shunsuke Suzuki mengulum bibir seksi menggiurkan sang putri pujaannya lagi. Lidah keduanya saling melumat dan menjelajahi satu sama lain.

"Aku mencintaimu, Sayang… Tidak bisa aku mencintaimu seperti seorang adik yang mencintai abangnya, tetapi aku hanya bisa mencintaimu seperti seorang perempuan yang mencintai seorang lelaki…"

Bisikan kali ini benar-benar telah meruntuhkan benteng pembatas di antara mereka berdua selama ini. Ciuman Shunsuke Suzuki semakin panas dan mulai berpindah dari bibir ke leher ke rahang bawah dan akhirnya ke kedua gundukan kembar yang kini menjadi bagian favoritnya. Dengan sekali sentak, terbukalah baju piama yang dikenakan oleh sang putri pujaan malam itu. Tampak kedua gundukan kembar yang kini terbalut pakaian dalam. Tangan nakal Shunsuke Suzuki berpindah ke punggung sang putri pujaan hati dan dengan sekali bergerak, tangan tersebut berhasil membuka pengait pakaian dalam sang putri pujaan hati.

Lidah nakal dengan lembut menyapu nan menjelajahi kedua bukit kembar tersebut secara bergantian. Serasa mendapat air hujan di tengah-tengah musim kemarau, dengan lembut tangan sang putri pujaan juga terangkat perlahan dan meremas lembut rambut dan kepala Shunsuke Suzuki.

"Aaahh… Bang Shunsuke… Bang Shunsuke…" Terdengar beberapa kali desahan sang putri pujaan hati.

Ciuman dan permainan lidah terus bergerak ke bawah. Dengan sekali sentak, tangan nakal Shunsuke Suzuki juga berhasil menanggalkan piama bawahan yang dikenakan oleh sang putri pujaan hati. Dengan sekali tarik, ia juga berhasil menanggalkan dalaman yang dikenakan oleh sang putri pujaan hati. Aroma mawar merah berpendar ke mana-mana dan membuai saraf penciuman Shunsuke Suzuki. Aroma mawar merah tersebut semakin menaikkan gairah kepriaan Shunsuke Suzuki.

Lidah mulai menjelajahi dan mengitari areal selangkangan sang putri pujaan. Serasa salju yang turun di Gurun Sahara, sensasi kenikmatan yang hadir sungguh melambungkan jiwa Ciciyo Suzuki ke langit ketujuh. Tampak sekujur tubuhnya yang menggelinjang-gelinjang menahan sensasi geli dan nikmat yang menggerogotinya pada saat bersamaan.

"Aahh… Bang Shunsuke… Bang Shunsuke…" desah Ciciyo Suzuki terus-menerus tiada henti.

Sejurus kemudian, langsung tampak sekujur tubuh sang putri pujaan hati yang semakin menekuk ke belakang dengan seluruh otot tubuhnya yang menegang. Terdengar tarikan napas yang panjang dengan tubuh dan tengkuk kepalanya yang menggelung ke belakang. Shunsuke Suzuki tahu sang putri pujaan telah mencapai klimaks pelepasannya yang pertama.

Sambil tersenyum, Shunsuke Suzuki menghentikan dulu permainan lidah di areal kewanitaan sang putri pujaan hati. Seolah tahu apa yang diinginkan oleh sang pangeran tampan malam itu, tangan-tangan sang putri pujaan hati juga membantu sang pangeran tampan menanggalkan baju piamanya. Kini tampak sang pangeran tampan yang polos dengan senjata kejantanannya yang sudah menjulang tinggi laksana rudal yang sudah penuh dengan amunisi dan siap ditembakkan.