Sambil tersenyum sinis, Mizuki Mimasaka menekan tombol lift. Pintu lift terbuka dan Mizuki Mimasaka masuk ke dalamnya.
"Tunggu… Tunggu, Periku… Tunggu, Periku Sayang… Mendadak dia menciumku tadi. Aku tidak ada persiapan apa-apa sehingga aku telat mendorongnya mundur tadi." Maxy Junior berhasil mencegat lengan sang bidadari cantik di koridor lantai satu yang menuju ke lobi utama.
Natsumi Kyoko berhenti dan membuang pandangannya ke arah lain. Dia menggigit bibir bawahnya dengan raut wajah yang sedikit getir.
"Oh ya? Bukankah tadi kau terlihat sangat menikmati ciuman itu, Sayang?" tanya Natsumi Kyoko juga dengan suara yang sedikit getir.
"Demi Tuhan, Periku… Aku langsung mendorongnya mundur begitu dia menciumku." Maxy Junior berusaha menjelaskan dalam napas yang tersengal-sengal karena dia berlari turun melalui anak-anak tangga dari lantai 15 sampai lantai satu.
Natsumi Kyoko terlihat tersenyum getir.
"Kau sudah berjanji kau akan menolaknya dengan berbagai cara kan?"
"Iya… Aku akan menolaknya dengan berbagai cara. Aku takkan bisa menerima wanita lain, Periku. Hanya ada dirimu dalam benak dan pikiranku," kata Maxy Junior berusaha merayu dengan gaya memelas.
Natsumi Kyoko hanya bisa menganggukkan kepalanya lirih. Dia berbalik badan dan berjalan ke arah lobi utama dan hendak keluar dari bangunan perusahaan Beauty & Me Enterprise.
"Aku kira… Aku kira kita akan makan siang bersama, Periku…" Maxy Junior mencegat lengan sang bidadari cantiknya lagi.
"Aku ingin ketenangan, Sayang… Aku ingin berpikir sendirian dulu…" kata Natsumi Kyoko lirih dan berlalu terus ke arah lobi utama.
"Periku… Periku… Natsumi…" Maxy Junior berteriak frustrasi ketika bayangan sang bidadari cantiknya sudah menghilang ke belokan depan yang mengarah ke lobi utama.
Maxy Junior mengejar ke depan. Dia berhenti tatkala dilihatnya seorang lelaki Jepang berjalan dari arah pintu masuk dan menghampiri Natsumi Kyoko yang berjalan ke arah pintu yang sama.
"Kau kecewa dengan sang pangeran tampanmu ya? Jangan bilang dia akhirnya mendapatkan perempuan lain dan mencampakkanmu ya…" Senyuman sinis tampak bertengger di wajah tirus Ryuzaki Hanamura.
"Jadi? Karena aku kecewa pada pangeran tampanku, aku mau bersama-sama denganmu? Begitu?" sembur Natsumi Kyoko tanpa ampun. Kontan senyuman penuh percaya diri Ryuzaki Hanamura lenyap seketika.
"Jangan selalu mencari kesempatan dalam kesempitan ya, Ryuzaki. Di sini adalah tempat umum. Kalau kau berani macam-macam denganku, aku akan berteriak!" sembur Natsumi Kyoko lagi. Dia terus berjalan ke pintu keluar dan bayangannya menghilang dari pandangan mata Ryuzaki Hanamura dan Maxy Junior tak lama kemudian.
"Pastilah kau yang bernama Maxy Junior Tanuwira, iya kan?" tanya Ryuzaki Hanamura melangkah ke arah Maxy Junior.
"Apakah kita saling mengenal?" gumam Maxy Junior dengan raut wajah yang sama sekali tidak bersahabat.
"Dulu tidak, sekarang iya… Karena kita sama-sama tertarik pada perempuan yang sama…"
"Jadi menurutmu di antara kita berdua, peluang siapa yang lebih tinggi untuk bisa mendapatkan sang bidadari yang cantik jelita itu?" tanya Maxy Junior sedikit menyindir.
"Kau percaya diri sekali ya…" sembur Ryuzaki Hanamura tak kalah sinis.
"Tentu saja… Aku tahu di mana posisiku secara persisnya dalam hatinya…"
"Oke… Kita lihat saja… Masih terlalu dini untuk menentukan siapa pemenangnya di antara kita berdua…"
"Jangan katakan bahwa kau akan menggunakan semacam jalan belakang yang tidak jantan ya, Kawan…" sembur Maxy Junior seolah-olah ia bisa membaca apa yang ada dalam pikiran Ryuzaki Hanamura.
Ryuzaki Hanamura mendelikkan sepasang matanya ke Maxy Junior.
"Klise sekali… Aku sudah bosan dengan lelaki-lelaki banci yang sering kali menaruh obat perangsang atau obat bius ke dalam minuman perempuan yang ingin mereka taklukkan. Sempat saja kau melakukan hal tersebut pada bidadariku, kupastikan dengan tanganku sendiri aku akan memotong adik juniormu yang ada di bawah sana dan memberikannya pada anjing," desis Maxy Junior dengan matanya yang mulai sedikit berubah.
Terus terang saja Ryuzaki Hanamura sedikit bergidik melihat sorot mata Maxy Junior yang terakhir itu. Maxy Junior yang duluan berbalik badan dan berjalan masuk, meninggalkan Ryuzaki Hanamura di daerah lobi utama perusahaannya.
***
Makan siang diadakan oleh Sean Jauhari dan Kimberly Phandana siang ini. Mereka hanya mengundang beberapa kerabat dekat. Menurut tradisi, di usia Kimberly yang berumur sembilan belas tahun tidak diperbolehkan menikah, maka mereka hanya menikah di kantor catatan sipil beberapa hari yang lalu. Rencananya resepsi pernikahan besar-besaran pihak laki-laki dan pihak perempuan baru akan diadakan tahun depan.
Siang ini hanya ada makan siang ala kadarnya di sebuah restoran terkenal di Jakarta. Yang diundang hanya kerabat-kerabat dekat keluarga Jauhari dan keluarga Phandana. Tampak Sean dan Kimberly juga tidak mengenakan pakaian resmi pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Mereka hanya mengenakan pakaian cheong sam untuk laki-laki dan perempuan. Segala dekorasi ruangan makan siang tersebut kebanyakan didominasi oleh warna merah.
"Natsumi, Frebelyn dan kawan-kawan pasti akan terkejut begitu mereka mengetahui hal ini, Sayang…" bisik sang istri di tengah-tengah makan siang ala kadarnya itu.
Sang suami tergelak ringan. "Begitulah… Tapi tetap bisa kita jelaskan sih bahwasanya di usiamu yang ke-19 ini, kita tidak bisa mengadakan resepsi pernikahan besar-besaran. Mereka tetap akan bisa mengerti, Honey. Memang salahku yang tidak sabaran dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi."
"Tak apa-apa, Sayang…" Sang istri juga terkekeh kecil.
Mereka meneruskan makan siang mereka. Tampak Sean sedang berbicara dengan kedua orang tuanya dan Kimberly juga sedang mengadakan beberapa percakapan ringan dengan ayah ibunya.
"Kau sudah minta kedua mertuamu itu pindah ke rumah baru, Sean?" tanya Pak Thomas Hafiz.
"Iya, Sean Sayang… Kalau begitu ceritamu, berarti si March Ursa Major itu benar-benar mengerikan. Takutnya nanti sepeninggal Kimberly dari sana, dia akan terus mencari masalah dengan ayah ibunya kan… Lebih baik mereka pindah saja deh… Lagipula dari rumah baru ini mau ke kantor biro wisata mereka lebih dekat kan?" celetuk Nyonya Irawaty Jauhari.
"You're so kind, Dad, Mom…" Sean Jauhari tampak mengelus-elus tangan ayah ibunya. Si ayah hanya tergelak ringan.
"Rumah itu juga kosong selama ini dan tidak ditempati. Anggap saja mas kawinmu, Sean," bisik Pak Thomas Hafiz. Sean Jauhari terbahak sesaat.
Sean Jauhari kini berpaling ke istri dan kedua orang tuanya. "Yah… Bu… Kemarin sudah bawa seluruh barang-barang ke rumah baru kan?"
"Makasih banyak, Sean… Makasih banyak… Kemarin kami sudah memindahkan semua barang ke rumah baru…" kata Pak Yogi Phandana berulang kali sedikit membungkukkan kepalanya.
"Jadi harus merepotkanmu, Sean. Kau bersedia menjaga Kimberly kami saja, kami sudah sangat senang, Sean…" celetuk Nyonya May Lina Austeen sedikit tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, Yah, Bu… Kita satu keluarga…" Sean Jauhari menampilkan sebersit senyuman cerah.
"Rumah yang lama disewakan saja pada orang, Yah, Bu," celetuk Kimberly Phandana juga dengan sebersit senyuman cerah.
"Iya, Yah, Bu… Dibiarkan kosong juga sayang… Disewakan saja, Yah, Bu… Jadi tetap terpakai dan tetap berpenghuni… Sambil menyelam minum air…" Sean Jauhari menampilkan senyuman cerahnya lagi.
Kedua orang tua Kimberly Phandana terus-terusan berterima kasih pada keluarga Jauhari sampai akhirnya ponsel sepasang pengantin baru itu berbunyi pada saat bersamaan. Keduanya menyingkir sebentar untuk menjawab panggilan telepon – juga pada saat yang bersamaan.
"Sampai jawab telepon saja bisa bersamaan… Dua ini benaran deh…" Pak Thomas Hafiz menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tergelak ringan. Nyonya Irawaty juga ikut-ikutan terkekeh kecil.
"Bagaimanapun juga, terima kasih ya, Besan…" kata Pak Yogi Phandana merasa sedikit tidak enak hati.
"Iya… Terima kasih sekali, Besan… Putri kami itu memang tidak sempurna dan banyak kekurangannya. Harap bimbingannya dari Besan…" kata Nyonya May Lina Austeen sedikit membungkukkan kepalanya lagi.
"Justru kami yang ingin menitipkan anak kami Sean ke Kimberly, Besan. Kimberly adalah anak yang cerdas, santun, dan berbudi luhur. Beruntung sekali Sean bisa mendapatkan seorang istri seperti Kimberly," tukas Nyonya Irawaty Jauhari lemah lembut dengan sebersit senyuman cerah.
"Waktu Sean pertama kali membawa Kimberly ke rumah dan memperkenalkannya kepada kami semua, kami semua sudah tahu Sean sudah menemukan jodoh dan pasangannya," ujar Pak Thomas Hafiz tergelak ringan. "Anakku itu… Sungguh tidak kusangka dia akan menemukan jodohnya secepat ini, jauh lebih cepat daripada aku ketika muda dulu."
Pak Yogi Phandana dan Nyonya May Lina Austeen hanya ikut tersenyum lemah lembut.
Sean dan Kimberly sama-sama selesai dengan pembicaraan mereka di ponsel. Keduanya saling bertemu dulu di belakang meja sebelum balik ke tempat duduk masing-masing.
"Dari Maxy Junior…" celetuk Sean Jauhari.
"Dari Natsumi Kyoko…" celetuk Kimberly Phandana.
"Mereka sedang mengalami sedikit masalah dalam hubungan mereka," sahut kedua suami istri itu berbarengan dan kemudian sama-sama menghela napas panjang.