Chereads / 3MJ / Chapter 136 - Kunjungan Tamu tak Diundang

Chapter 136 - Kunjungan Tamu tak Diundang

Beberapa hari pun berlalu…

Pagi-pagi sekali Ciciyo dan Natsumi Kyoko mendapat kunjungan seorang tamu yang tidak diundang. Mereka turun ke lantai satu pas terdengar bel pintu berbunyi. Pembantu membukakan pintu dan masuklah Bu Faustina Tokwin bersama-sama dengan Hiroshi Hanamura dan anak bungsunya. Tidak tampak anak sulungnya. Entah ada di mana Ryuzaki Hanamura dan entah apa alasannya sampai-sampai dia tidak ikut ayah dan adiknya ke rumah besar keluarga Suzuki pagi ini.

"Pagi yang cerah… Dan di pagi yang cerah ini aku ingin kau langsung melihat dan berkenalan dengan calon suamimu, Ciciyo…" ujar Bu Faustina Tokwin dengan sebersit senyuman sinis.

Ciciyo Suzuki terhenyak bukan main. Dia sontak mundur dua langkah. Natsumi Kyoko berdiri terpaku di tempatnya seraya menelan ludah ke dalam tenggorokannya yang tercekat.

"Calon suamimu sedang sibuk di hotel sekarang, Natsumi. Siang nanti dia mungkin akan ke kantor menjumpaimu. Dia sudah sangat merindukanmu, Putriku…" Terdengar tawa renyah Bu Faustina yang menjijikkan.

"Hai, Cantik… Ternyata kau begitu cantik… Selama ini aku penasaran bagaimana rupamu. Ternyata kau begitu cantik. Dengan demikian, aku rasa aku akan menyetujui perjodohan ini." Senyuman Ryota Hanamura juga tak kalah menjijikkan.

"Aku tidak sudi berkenalan denganmu!" Ciciyo Suzuki membuang pandangannya ke arah lain.

"Kalau kau tidak ingin berkenalan denganku sekarang, mungkin kau baru ingin berkenalan denganku ketika aku membawamu naik ke atas ranjang pernikahan kita ya…" Senyuman jahat di wajah Ryota Hanamura sungguh membuat Ciciyo Suzuki bergidik.

"Bukankah aku sudah bilang kita akan membicarakannya nanti, Hiroshi? Kenapa kau datang pula ke sini pagi ini?" tanya Kendo Suzuki sembari mengerutkan dahinya.

"Kau tidak jelas, Kendo. Aku tidak tahan lagi dengan segala ketidakjelasanmu selama ini. Aku menghubungi istrimu dan ternyata dia lebih jelas." Hiroshi Hanamura meledak dalam tawa renyahnya yang sinis.

"Jangan kira kau bisa membatalkan perjodohan ini tanpa seizinku, Kendo Suzuki. Bagaimanapun juga, aku tetaplah istrimu yang sah. Aku sudah menerima uang dari mereka. Apa pun yang terjadi, apa pun ceritanya, perjodohan ini tetap akan jadi dilaksanakan. Natsumi Kyoko tetap akan menikah dengan Ryuzaki Hanamura dan Ciciyo tetap akan menikah dengan Ryota Hanamura." Senyuman penuh kemenangan dan kepuasan terpancar dari wajah Bu Faustina Tokwin dan Hiroshi Hanamura.

"Kalau kau masih mengklaim dirimu sebagai istriku yang sah, berarti aku masih kepala keluarga Suzuki yang sah di sini. Sekarang aku berubah pikiran dan aku menolak perjodohan ini. Kau yang sudah mengambil uang mereka, kau selesaikan saja sendiri dengan mereka! Kalau perlu, kaulah yang menikah dengan kedua anak Hanamura ini!" sembur Kendo Suzuki tak memberi muka kepada Faustina Tokwin sama sekali.

"Kau…!" Mata Bu Faustina Tokwin mendelik tajam.

"Oke… Perjanjian batal berarti aku harus mencabut semua investasiku dari perusahaanmu ya, Kendo?" serang Hiroshi Hanamura dengan penuh percaya diri.

"Cabut saja! Perusahaanku sudah stabil sekarang, Hiroshi… Aku sekarang sudah berubah pikiran. Aku ingin membatalkan perjanjian kita. Kalau kau ingin mencabut investasimu, silakan saja. Aku juga tidak bisa bilang apa-apa…" kata Kendo Suzuki santai.

"Perjodohan ini takkan batal! Aku sudah mengumumkannya ke mana-mana kedua anakku akan membawa pulang dua istri Suzuki yang cantik jelita! Kau tidak bisa mempermainkan aku seperti ini! Jangan kau main-main denganku ya!"

"Kau yang mendesakku untuk menjodohkan kedua anak perempuanku ketika kau meminjamkan aku uang waktu itu! Aku terpaksa menandatangani perjanjian itu! Jelas kau tahu waktu itu aku juga karena terpaksa. Sekarang keadaan perusahaanku sudah stabil, jadi aku rasa tidak ada perjanjian apa pun lagi yang harus kita laksanakan bukan!" tukas Kendo Suzuki dengan santai.

Hiroshi Hanamura mengeraskan kedua kepalan tangannya. Kendo Suzuki yang sepertinya bisa menebak kira-kira apa yang akan dilakukannya detik-detik selanjutnya hanya bisa mendesis tajam,

"Jangan coba-coba bermain kekerasan di sini atau semua pengawal pribadiku di sini takkan melepaskanmu begitu saja, Hiroshi…"

"Jadi kau kira aku ke sini tanpa membawa pengawal, Kendo?" tanya Hiroshi Hanamura dengan wajah sinis.

"Oke… Mari kita tes lihat jumlah pengawal siapa yang lebih banyak," tantang Kendo Suzuki dengan delikan mata yang tak kalah tajam.

"Bawa gadis ini ikut dengan kita secara paksa saja, Ayah! Apa yang Ayah takutkan!" Ryota Hanamura langsung mencengkeram tangan Ciciyo Suzuki dan hendak menyeretnya keluar.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriak Ciciyo Suzuki. Natsumi Kyoko ingin membantu. Dengan sekali tepis, Ryota Hanamura berhasil menyingkirkannya ke samping.

"Lepaskan dia! Dia bilang lepaskan kan! Apa kau tidak bisa dengar! Kau tidak punya telinga ya!" Kali ini tangan Ryota Hanamura dicekal oleh Shunsuke Suzuki yang kemudian mendorongnya ke samping.

Tentu saja tubuh Ryota Hanamura yang sedikit lebih kecil dibandingkan dengan tubuh Shunsuke Suzuki yang seorang perenang handal, mundur terhuyung-huyung ke belakang.

"Siapa kau?" tanya Ryota Hanamura dengan sorot menantang.

"Aku pacarnya…"

"Apa kau bilang?"

"Aku pacarnya… Dan jangan pikir bisa seenaknya kau bawa pacarku keluar dari sini dan menyimpannya di rumahmu ya! Siapa memangnya kau!" hardik Shunsuke Suzuki. Tampak Ciciyo Suzuki bersembunyi di belakang punggung kekasihnya dan tubuhnya terlihat sedikit bergelugut.

"Kau pikir kau bisa menikah dengannya nanti?"

"Tentu saja… Kenapa nggak? Apa karena kini ada kau, aku harus mundur? Menggelikan sekali ancamanmu, Bro!" gumam Shunsuke Suzuki sinis.

"Aku tidak pernah kehilangan barang apa pun yang kumau. Apa pun yang kuinginkan tetap akan jatuh ke dalam genggaman tanganku." Ryota Hanamura mendadak mengeluarkan sepucuk pistol dan menodongkannya ke diri Shunsuke Suzuki.

Tiga anak buah Hanamura juga masuk dari arah pintu depan dan ikut menodongkan senjata mereka ke diri Shunsuke Suzuki.

"Serahkan gadis itu kepadaku, Anak Muda!" ancam Ryota Hanamura.

Mendadak juga Shunsuke Suzuki mengeluarkan sepucuk pistol dan menodongkannya ke diri Ryota Hanamura. Dari arah belakang rumah Suzuki, muncullah sepuluh anak buah Suzuki yang ikut menodongkan senjata mereka ke diri Ryota Hanamura. Terjadilah todong-menodong di ruang tamu itu.

"Inilah pertama kalinya aku akan membuatmu merasakan bagaimana rasanya tidak bisa mendapatkan sesuatu yang seharusnya memang bukan milikmu!" desis Shunsuke Suzuki dengan gigi-giginya yang bergemeretak.

"Aku tidak akan berhenti sampai di sini, Kawan! Aku menyukai gadis itu. Suatu saat nanti, dia akan menjadi milikku," kata Ryota Hanamura masih dengan wajah bengis yang sama.

"Gadis ini pacarku. Gadis ini milikku. Kalau kau ingin memperolehnya, setidaknya kau harus berhadapan denganku bukan? Kau hanyalah seorang manusia biasa, Bro. Tanpa anak-anak buah yang berdiri di belakangmu itu, kau sama sekali bukan apa-apa! Dengan sekali tembak, peluru ini akan mengakhiri nyawamu yang menjijikkan itu dan mengirimmu ke neraka! Jangan pernah berlagak di atas angin, Bro! Jangan pernah berlagak seolah-olah seluruh isi dunia ini ada di bawah kakimu ya! Suruh anak-anak buahmu itu mundur dari rumahku!"

Shunsuke Suzuki terlihat tidak main-main. Ciciyo Suzuki yang berdiri di belakangnya merasa begitu ketakutan. Dia hanya bisa menyandarkan kepalanya ke punggung sang pangeran pujaan hati dan mencoba mencerap sedikit sari-sari keberanian dari punggung itu.

Kendo Suzuki diam-diam mengulum senyumannya. Dia merasa bangga Shunsuke Suzuki bisa menjadi begitu frontal apabila sudah menyangkut kekasih yang sangat dicintainya.

"Kalian tidak bisa begini! Sudah lama perjanjian ini dibicarakan! Kalian tidak bisa membatalkan perjodohan ini begitu saja!" teriak Bu Faustina Tokwin kalap.

"Yang ingin meneruskan perjanjian ini hanya kau seorang di sini! Kau yang sudah menerima uang mereka! Kaulah yang menikah dengan kedua anak Hanamura ini!" dentum Kendo Suzuki.

"Pergi dari rumahku sini atau kau ingin kita semua ke neraka sama-sama!" desis Shunsuke Suzuki mengancam lagi dengan bola matanya yang mendelik tajam.

Mau tidak mau, dengan langkah yang berat, dengan segala keterpaksaan mereka, Hanamura menyuruh anak-anak buahnya keluar. Suzuki pun menyuruh anak-anak buahnya menurunkan senjata mereka.

Ryota Hanamura sempat sekali memandangi Shunsuke Suzuki lagi dengan sorot mata yang menyala-nyala sebelum akhirnya ia menghilang dari rumah besar keluarga Suzuki.