Chereads / 3MJ / Chapter 133 - Jurang Takdir dan Nasib

Chapter 133 - Jurang Takdir dan Nasib

"Habiskan saja, Kim… Kau tidak usah bayar apabila kau bisa menghabiskan segelas ini. Bagianmu takkan kami hitung…"

Kimberly merasa ragu sejenak. Rasa minuman itu begitu pahit dan menyengat mulut dan kerongkongannya.

"Rasanya tidak begitu buruk bukan? Ayolah… Menghabiskan segelas ini saja loh, bukan sebotol begini…" bujuk lagi kawan-kawannya yang lain.

Mempertimbangkan selama beberapa menit, akhirnya Kimberly meneguk kembali sisa minuman tersebut sampai habis. Kini mulutnya terasa begitu pahit dan kerongkongannya terasa begitu menyengat. Dia meletakkan gelas tersebut di atas meja dengan sedikit bantingan.

Teman-teman sekompleks yang lain mulai bersorak riuh. Tampak sosok March Ursa Major yang diam-diam terus mengawasi dan memperhatikan Kimberly yang mulai berada di bawah pengaruh obat. March Ursa Major terus memperhatikan gadis itu dari salah satu sudut di pub tersebut, dengan mata tanpa berkedip.

"Kimberly memang hebat… Hebat sekali… Ayo kita have fun saja di lantai dansa sana, Friends…" jerit salah seorang teman Kimberly, yang memang paling aktif, paling dominan di antara semua teman-temannya yang lain.

Kini semua teman sekompleks Kimberly meninggalkan Kimberly yang mulai berada di bawah pengaruh obat di meja itu sendirian. Salah seorang teman Kimberly yang ternyata adalah seorang pengkhianat, kini terlihat berjalan menuju ke meja tempat March Ursa Major duduk dan menghampiri lelaki itu.

"Sudah kucampurkan dosis yang sedikit lebih tinggi ke dalam minumannya tadi. Dalam waktu sepuluh menit, obat itu akan bereaksi. Cepat bawa dia pergi dari sini sebelum dia kehilangan kendali terhadap tubuhnya sendiri."

"Oke… Thanks banget ya, Vin…" kata March Ursa Major seraya menyeringai licik dan jahat.

"Kau berutang satu keberhasilan padaku malam ini, Sayang…" kata si gadis genit itu dengan sebersit senyuman sensual yang benar-benar menggoda.

"Aku berhasil mengajaknya ke sini dan berhasil menawarinya untuk minum obat yang telah kucampurkan ke dalam minumannya." Si gadis genit tertawa renyah nan menggoda.

Tangan March Ursa Major yang nakal naik dan membelai kulit paha si gadis genit.

"Aku akan memberimu sedikit apresiasi lain kali, Sayang… Tidak malam ini… Malam ini aku harus mengklaim terlebih dahulu apa yang sebenarnya menjadi milikku… Di atas sini, ada kamar kosong kan?"

"Jangan khawatir… Tadi aku sudah booking satu kamar untukmu…" bisik si gadis genit, lagi-lagi dengan senyuman yang begitu sensual dan menggoda.

Dengan senyuman licik, March Ursa Major menghampiri Kimberly yang kini duduk sendirian di mejanya. Tangan mulai menarik lembut dan setengah menyeret Kimberly keluar dari meja tersebut. Akan tetapi, sebagian kecil kesadaran Kimberly masih bekerja. Dia menolak dengan tanpa tenaga tangan kurang ajar milik March Ursa Major yang kini telah berhasil menggerayangi leher dan tulang selangkanya.

"Apa yang telah kauperbuat padaku, March? Apa yang telah kauperbuat padaku? Lepaskan aku, March… Lepaskan aku…" Terdengar teriakan Kimberly yang sudah tidak berdaya, tidak bertenaga karena dia kini sudah seluruhnya berada di bawah pengaruh obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya tadi.

"Aku akan mengklaim hakku atas dirimu malam ini, Sayang… Ayo kita pergi dari sini… Aku takkan menyakitimu, Sayang… Aku berjanji akan memperlakukanmu dengan lembut…" bisik March Ursa Major dengan lembut di telinga Kimberly.

Kimberly ingin melarikan diri dan menjauh dari March Ursa Major, tetapi kepalanya semakin pusing dan dunianya terasa berputar-putar. Dia berjalan maju ke depan, tetapi dengan langkah-langkah yang semakin terhuyung. Dia mulai merasa kepanasan dengan napasnya yang mulai tersengal. Akhirnya, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh terjerembab ke depan.

Dengan sigap, March Ursa Major menangkap tubuh sang bidadari seksi malam itu. Dengan menyeretnya lembut masuk ke dalam lift, March Ursa Major membawa Kimberly ke lantai atas bangunan pub yang juga berfungsi ganda sebagai salah satu hotel bintang lima di tengah-tengah keramaian kota Jakarta.

March Ursa Major membuka pintu kamar dan menyeret tubuh Kimberly yang masih berjalan terhuyung-huyung di belakangnya. Dengan sekali sentak, dia menghempaskan tubuh sang bidadari seksi ke tempat tidur. March Ursa Major yang tidak bisa mengendalikan diri lagi langsung menindih tubuh sang bidadari seksi dan menghujaninya dengan ciuman-ciuman penuh nafsu dari bibir, leher, dan akhirnya turun ke dua gundukan kembarnya.

Dengan sekali tarik, March Ursa Major berhasil mengoyak pakaian blus yang dikenakan oleh Kimberly. Dengan sekali tarik juga, dalaman Kimberly mulai terbuka dan terpampanglah dengan jelas kedua gundukan kembarnya di depan mata March Ursa Major. Tak ingin menunggu lama, lidah March Ursa Major langsung menjelajahi kedua gundukan kembar Kimberly.

"Malam ini kau 'kan menjadi milikku, Sayang…"

"Jangan! Lepaskan! Lepaskan aku, March! Menjauhlah dariku!" Terdengar teriakan tidak berdaya nan tidak bertenaga dari Kimberly. Dia hanya bisa berusaha mendorong pundak dan dada March Ursa Major. Akan tetapi, dorongan tersebut sama sekali tidak bertenaga.

March Ursa Major terus menjelajahi kedua gundukan kembar Kimberly secara bergantian. Dia meluapkan nafsunya malam itu ke tubuh sang bidadari seksi yang kini terbaring tidak berdaya di depan matanya. Dia lupa pintu kamar hotel masih menganga lebar karena ia tidak sempat menutupnya dengan rapat ketika menarik tubuh sang bidadari seksi masuk tadi.

"Pergi kau, March Ursa Major! Pergi kau dari hadapanku! Aku tidak menginginkan dirimu! Aku tidak menginginkanmu! Aku menginginkan Sean! Aku ingin Sean sekarang! Aku ingin Sean Jauhari sekarang!" Terdengar teriakan Kimberly Phandana yang mulai melolong dalam ketidakberdayaan.

"Anggap saja aku adalah Sean, Sayang… Anggap saja aku adalah Sean Jauhari, sang pangeran tampanmu yang akan memuaskanmu malam ini. Aku adalah Sean Jauhari yang akan memilikimu malam ini. Kau akan menjadi milikku, Sayang…" March Ursa Major terus merapalkan mantera penguat nafsunya malam itu.

March Ursa Major tidak tahan lagi. Dia berdiri dan meninggalkan dulu tubuh seksi sang bidadari terbaring tidak berdaya di atas tempat tidur. Dia terlihat menanggalkan kemejanya dan membuang kemejanya secara sembarangan di lantai. Namun, sungguh sial dan sial bagi dirinya malam itu… Sungguh nasib nahas yang datang dan keberuntungan sama sekali tidak berpihak padanya malam itu… Sean Jauhari berhasil menerobos masuk ke dalam kamar hotel karena pintu dalam keadaan menganga lebar. Sean Jauhari mengeluarkan sepucuk pistol yang bercorong. Pistol bercorong ditembakkan ke kaki March Ursa Major.

Menjerit kesakitan, sekujur tubuh laki-laki itu terjatuh ke lantai kamar hotel. Sean Jauhari berhasil mematahkan perlawanan dari March Ursa Major dengan memberikan beberapa tendangan pada dagu, rahang, perut, dan bahkan pada daerah kemaluannya.

"Bawa dia pergi dari sini! Pastikan dia babak belur malam ini dan dia akan mengingat terus apa yang telah dilakukannya pada bidadariku!" perintah Sean Jauhari kepada beberapa pengawal yang mengikutinya sampai ke bangunan pub dan hotel bintang lima tersebut.

Tiga lelaki berkulit hitam, berbadan tinggi tegap bedegap menyeret keluar March Ursa Major yang tanpa atasan dan dengan celana yang sudah setengah terbuka.

"Kau akan merasakan pembalasanku nanti, Sean Jauhari! Kau akan merasakan pembalasanku! Aku takkan melepaskanmu begitu saja!" teriak March Ursa Major saat dirinya diseret paksa keluar dari kamar hotel tersebut.

"Aku yang akan menghancurkanmu! Dasar lelaki banci! Berani-beraninya kau main belakang seperti ini, main licik seperti ini untuk merebut bidadariku! Aku takkan tinggal diam! Kau belum tahu siapa aku kan! Aku akan membuatmu mengingat malam ini seumur hidupmu! Seumur hidupmu kau takkan lupa pernah berurusan dengan Sean Jauhari!"

March Ursa Major diseret keluar dan Sean Jauhari menutup rapat pintu kamar hotel tersebut. Senjatanya diletakkannya di bufet di samping tempat tidur. Dia mulai naik ke atas tempat tidur dan meraih sang bidadari seksi yang sudah setengah telanjang ke dalam pelukannya. Dia mendaratkan kecupan mesra berkali-kali ke ujung kepala sang bidadari seksi.

"Aku sudah ada di sini, Honey… Tak apa-apa… Tak ada yang terjadi… Tak ada yang terjadi… Kau sudah bisa tenang sekarang…" bisik Sean Jauhari lemah lembut. Ya Tuhan… Dalam keadaan setengah telanjang begini, dia terlihat begitu seksi, begitu seksi menggoda… Imanku benar-benar sedang diuji sekarang, Ya Tuhan… Bagaimanapun juga aku sama dengan si bajingan March Ursa Major tadi; aku tetaplah seorang lelaki normal. Bagaimana aku bisa lolos dari ujian keimanan ini? Terdengar jeritan gerunyam Sean Jauhari di beranda pikirannya.

"Sean… Sean… Aku merasa panas sekali, Sean… Aku… Aku menginginkan dirimu, Sean… Kau sudah datang… Kau sudah datang… Aku senang sekali kau datang, Sean Sayangku… Aku begitu menginginkan dirimu, Sean… Aku begitu menginginkan dirimu…" Dengan desahan yang tidak berdaya nan tidak bertenaga, tentu saja Kimberly Phandana terlihat semakin seksi menggairahkan, seksi menggoda, dan seksi menggiurkan.