Tangan Kimberly masih berada dalam cengkeraman March Ursa Major. Tubuh laki-laki itu semakin mendekat dan mendekat sementara tubuh Kimberly sudah menempel pada dinding rumah yang ada di belakangnya. Kimberly semakin kewalahan dan ia tahu ia tidak bisa menghindar lagi.
Tangan Kimberly yang masih berada dalam cengkeraman tangan March Ursa Major itu kini mendadak nan sekonyong-konyong dicengkeram lagi oleh suatu tangan yang lain. Dengan sekali tepis, terlepaslah tangan March Ursa Major pada tangan Kimberly Phandana. March Ursa Major dan Kimberly Phandana sama-sama menoleh ke samping dan mereka mendapati entah sejak kapan Sean Jauhari sudah berada di halaman rumah Kimberly Phandana.
"Dia sudah bilang tidak ya tidak! Jadi laki-laki itu gentle sedikit, Bro! Sekali perempuan bilang tidak, berarti tidak! Lelaki yang gentle itu takkan memaksakan apa pun – termasuk perasaannya – kepada seorang perempuan!"
"Sean…" gumam Kimberly Phandana lirih. Ia kini berdiri di balik punggung sang pangeran tampan seolah-olah ia sedang mencari sebuah perlindungan di sana.
March Ursa Major ingin menepis tangan Sean Jauhari yang masih mencengkeram tangannya, tetapi dia sama sekali tidak bisa menggerakkan tangannya. Dengan kasar, Sean Jauhari mendorong tangan itu. Terlihat March Ursa Major mundur sedikit terhuyung-huyung ke belakang.
"Kau ya yang namanya Sean Jauhari?" tanya March Ursa Major dengan senyuman dan sinar mata yang sinis.
"Iya… Dan Kimberly sekarang adalah kekasihku. Mungkin saja sebentar lagi kami akan menikah. Jadi, jangan dekat-dekat dengan Kimberly atau kau akan berurusan denganku, Sobat!" kata Sean Jauhari ketus dengan sorot mata yang tajam nan menyala-nyala.
"Wow… Percaya diri sekali ya kau…" tukas March Ursa Major masih dengan kesinisan yang sama. Dia belum tahu latar belakang keluarga Jauhari sehingga dia masih berani memprovokasi Sean Jauhari dan mencoba untuk membangunkan seekor singa yang sedang tertidur di sarangnya.
"Ya… Aku memang percaya diri, karena kami saling mencintai. Kimberly juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Atau kalau kau memang tidak percaya, kau bisa coba-coba mengganggu hubunganku dengan Kimberly, untuk sekadar menguji seberapa tinggi tingkat kepercayaan diriku ini."
Dengan kesinisan yang sama dan kini dengan sepasang mata yang mendelik tajam, March Ursa Major berbalik badan, keluar dari halaman rumah keluarga Phandana, dan terlihat berjalan masuk ke dalam halaman rumahnya sendiri di sebelah.
"Apakah ia tinggal di sebelah?" tanya Sean Jauhari dengan kerutan mendalam pada dahinya. Kimberly Phandana hanya bisa mengangguk cepat. Ia tahu sang pangeran tampannya sedang berada dalam suasana hati yang tidak baik.
"Hanya salah satu teman masa kecil di kompleks perumahan ini. Sepuluh tahun ia bersekolah di Singapura. Baru saja kembali ke Jakarta. Mungkin itulah sebabnya Ayah mengajaknya mengobrol-ngobrol ringan di rumah ketika aku sampai di rumah tadi." Kimberly Phandana berkata apa adanya tanpa menutup-nutupi.
"Itu bukan mengobrol ringan namanya, Honey! Itu dia juga memiliki perasaan yang sama dengan perasaanku terhadapmu dan tadi ia sedang memaksakan perasaannya itu kepadamu! Aku jadi tidak tenang! Dia pasti takkan menyerah semudah itu dan takkan berhenti hanya sampai di sini!"
Hidung Sean Jauhari tampak kembang kempis seiring dengan irama pernapasannya yang menjadi lebih cepat daripada biasanya. Kimberly Phandana yang tidak bisa menahan geli lagi akhirnya terbahak kecil.
"Kau masih tertawa, Honey! Kau masih tertawa mengejekku sementara kau baru saja membuatku resah gelisah beberapa saat yang lalu. Malam ini kau akan menginap di apartemenku dan aku akan menghukummu, Honey!" kata Sean Jauhari bersungut-sungut sembari sedikit memajukan sepasang bibirnya ke depan.
Kimberly Phandana mencium sepasang bibir yang seksi menggiurkan itu.
"Kau sangat seksi dan lucu ketika cemburu, Sayang… Namun percayalah… Dia hanya teman semasa kecilku. Antara aku dan dia tidak ada apa-apa. Dalam pikiran dan duniaku hanya ada kau, Sayang…" bisik Kimberly dengan sebersit senyuman manis nan lemah lembut.
Sean Jauhari kembali mengulum dan melumat sepasang bibir sang putri pujaan hatinya yang terpampang dengan begitu menggoda di depan matanya. Kimberly Phandana hanya tertawa kecil ketika sang pangeran tampan melepaskan ciumannya sejenak.
"Kenapa mendadak kau bisa balik lagi, Sayang?" tanya Kimberly Phandana lemah lembut.
"Aku melihat ada mobil asing itu di depan rumahmu ini ketika aku hendak beranjak pergi. Aku tidak pernah melihat mobil asing itu sebelumnya dan jelas mobil ayahmu tidak berwarna demikian. Perasaanku menjadi tidak enak. Aku memutuskan untuk balik sebentar melihat-lihat keadaan. Ternyata dugaan dan firasatku benar adanya…" Sean Jauhari kembali mendengus kesal.
"Aku juga tidak pernah melihat mobil itu sebelumnya di sini, Sayang. Kurasa itu memang mobil March Ursa Major…" gumam Kimberly Phandana sedikit mengerutkan dahinya.
Kimberly Phandana menyentuh dada sang pangeran pujaan dan sedikit membelai-belainya. Karena mereka sedang berdiri di halaman rumah dan sewaktu-waktu bisa saja ada tetangga yang lewat dan memergoki kemesraan mereka, Kimberly Phandana hanya sedikit membelai-belai dada sang pangeran tampan.
"Jangan marah lagi, Sayang… Jam makan malam ini datang ke sini lagi ya… Ayahku mengadakan sedikit pertemuan keluarga malam ini dengan si March Ursa Major dari sebelah itu. Aku ingin kau menemaniku di sepanjang makan malam ini, Sayang." Kimberly Phandana menatap lembut sang pangeran tampannya.
"Tentu saja aku akan menemanimu di sepanjang makan malam nanti. Aku tak ingin si kurang ajar itu berbuat hal-hal tak diinginkan kepadamu!"
Sean Jauhari masih mendengus kesal. Hidungnya masih tampak kembang kempis yang membuatnya terlihat lucu dan imut di depan sang putri pujaan hati. Sang putri pujaan hati melingkarkan lengannya ke lengan sang pangeran tampan. Sambil bergelayut manja di lengan sang pangeran tampan, Kimberly Phandana bersama-sama dengan sang pangeran tampan memandangi langit sore, dengan menyaksikan matahari yang sudah terbenam di belahan langit barat.
Adegan romantisme itu diam-diam disaksikan oleh sepasang mata March Ursa Major yang terbakar api cemburu.
Cepat atau lambat, aku pasti akan mendapatkanmu, Kimberly… Aku akan memilikimu… Kau takkan bisa bersama-sama dengan si Sean Jauhari itu. Kau akan jatuh ke dalam pelukanku dan aku akan mendapatkanmu kembali. Kau akan menjadi milik March Ursa Major Yaputra.