Chereads / 3MJ / Chapter 129 - Beda Persahabatan dan Percintaan

Chapter 129 - Beda Persahabatan dan Percintaan

"Oke… Menemanimu mengobrol sih oke-oke saja… Tidak masalah… Tapi, sekarang aku sedang berpacaran dengan Sean, March. Dia tetap harus hadir malam ini di sini karena ayahku berencana mengadakan sedikit pertemuan keluarga malam ini."

Kimberly Phandana beranjak dari tempat duduknya meninggalkan teman semasa kecilnya itu di ruang tamu bersama-sama dengan kedua orang tuanya. Dia tidak ingin duduk di sana lebih lama lagi karena semakin lama duduk di sana, dia yakin bahan pembicaraannya akan semakin panjang. Dia masuk ke dalam kamarnya dan meletakkan tas kerjanya sebentar.

Tatapan March terus mengikuti gerak-gerik Kimberly tanpa berkedip. Dia sedikit kecewa dan sedikit marah karena posisinya dulu sekarang sudah digantikan oleh laki-laki lain yang bernama Sean Jauhari. Yogi Phandana dan istrinya bisa membaca sedikit ketidaknyamanan di diri March Ursa Major yang pulang jauh-jauh dari Singapura untuk menemui anak perempuan mereka, tetapi justru mendapat sambutan dingin nan tidak ramah dari anak perempuan mereka.

Terlihat Kimberly berjalan keluar dari kamarnya lagi dan berjalan ke halaman depan. Dia tampak sedang menelepon seseorang dan memberitahu orang itu soal pertemuan keluarga yang dikatakan oleh ayah ibunya tadi. Dia terdengar mengundang orang tersebut untuk bergabung ke pertemuan keluarga malam ini. March Ursa Major bisa menebak dalam hati orang yang tengah ditelepon Kimberly itu pastilah Sean Jauhari.

"Aku ke depan sebentar mengobrol-ngobrol ringan dengan Kimberly, Paman, Bibi…" kata March pamitan pada sepasang pasutri tersebut.

"Iya… Dulu kalian sering bermain bersama. Sekarang setelah sepuluh tahun tidak bertemu, seharusnya ada banyak yang ingin kalian bicarakan bukan?" gumam Pak Yogi Phandana.

March Ursa Major bergerak ke halaman depan. Tampak Kimberly Phandana baru saja selesai menelepon Sean dan kini ia sedang mengetik-ngetikkan sesuatu pada ponselnya.

"Sepuluh tahun bisa mengubah banyak hal ya, Kimberly…" Terdengar nada santai March yang berdiri di sampingnya, memandang ke langit sore dengan matahari yang berada di batas cakrawala.

"Apa maksudmu?" Kimberly terlihat sedikit mengernyitkan keningnya.

"Siapa si Sean itu?"

"Oh, dia kekasihku, March… Kami berkenalan tiga tahun lalu dan setahun lalu kami jadian…" Kimberly mengakui segalanya apa adanya. Dia merasa memang tidak ada yang seharusnya ia tutup-tutupi dari March Ursa Major ini.

"Oh, aku tidak tahu kau sekarang sudah memiliki kekasih…"

"Kan aku sering posting di Instagramku, March… Aaahh… Kau belum follow Instagramku aku rasa…" Kimberly memberikan account Instagramnya kepada March Ursa Major. March Ursa Major langsung menambahkan Kimberly Phandana sebagai teman di Instagram.

"Aku memang sangat sibuk dalam masa-masa sekolahku di Singapura sana. Aku sampai tidak punya waktu untuk menelepon ke sini, mengobrol denganmu, dan menanyakan kabarmu…"

Kimberly Phandana mendengus ringan sesaat. Dia tahu apa yang dimaksud oleh March Ursa Major ini dan ke mana pembicaraannya akan mengarah.

"Kita berteman, March… Aku harap sekarang setelah kau pulang dari Singapura sana, kita tetap bisa berteman. Waktu kau memutuskan untuk menerima beasiswa dari sekolah Singapura hari itu, kau ingat kan dengan apa yang aku katakan? Sebagai salah satu sahabatmu di kompleks perumahan ini, aku mendukungmu untuk mewujudkan cita-cita dan impianmu di negeri asing sana. Kini kau sudah pulang dan aku turut bangga kepadamu karena kau sudah berhasil mewujudkan sebagian besar cita-citamu, March."

"Cita-citaku bukan bersekolah di luar negeri saja, Kimberly… Jelas sejak kecil kau sudah mengetahui hal itu. Jelas-jelas sejak kita masih kecil, kau sudah mengetahui aku memiliki cita-cita dan impian lain, Kimberly… Aku memiliki cita-cita dan impian yang lain terhadap… terhadap… terhadap dirimu, Kimberly…"

Kimberly menghela napas panjang. Inilah yang sebenarnya ingin dihindarinya sejak tadi. Ia bersyukur March Ursa Major mengatakan hal ini bukan di ruang tamu ketika ada kedua orang tuanya tadi.

"Jelas-jelas kau tahu sejak dulu aku tidak pernah mengiyakan dan menerima perasaanmu itu, March… Bagiku, teman ya berteman… Bersahabat ya bersahabat… Jangan sampai ada rasa cinta di antara persahabatan deh, March. Percintaan yang gagal pada akhirnya membuat persahabatan juga hancur dan kita takkan saling bicara lagi kan?"

"Jika kau takut persahabatan rusak gara-gara adanya percintaan yang gagal, kenapa kau tidak mengupayakan saja supaya percintaan itu berhasil? Dengan adanya percintaan yang berjalan dengan mulus, bukankah persahabatan tetap akan ada? Dengan adanya percintaan yang berjalan sesuai dengan harapan, bukankah percintaan dan persahabatan tetap akan ada dan keduanya akan terus berjalan beriringan?"

"Kenapa aku tidak mengupayakan supaya percintaan ini berhasil, March? Karena memang masalah percintaan dan masalah perasaan ini tidak bisa dipaksakan, March. Lagipula, aku yakin segala sesuatu yang dipaksakan itu ujung-ujungnya hanya akan berbuah kegetiran dan penderitaan. Tak ada ujung yang baik dari sesuatu yang dipaksakan itu."

"Apa kelebihannya, Kimberly?" tanya March santai, dengan nada dingin dan sorot mata yang lurus-lurus tertuju pada sepasang bola mata Kimberly Phandana. "Apa kelebihannya sampai-sampai kau tega menolakku sekarang dan lebih memilihnya?"

"Dia sangat baik padaku… Dia sangat mencintaiku… Dia menerimaku apa adanya. Ketika aku sendirian, dia selalu ada di sana buatku. Ketika aku dalam masalah, dia selalu di sana membantuku. Ketika aku membutuhkan penghiburan, kata-kata penghiburannya yang selalu pas dan mengena di hatiku. Itu hanya sebagian alasan, March… Mencintai bagiku sama sekali tidak butuh alasan. Jika ada alasan logis kenapa kita bisa menyukai dan mencintai seseorang, kebanyakan itu bukanlah cinta."

Kimberly Phandana bisa menguraikannya dengan luwes dan lancar. Runtuhlah seluruh benteng pengharapan March Ursa Major. Bertemu kembali setelah sepuluh tahun berpisah sungguh membuat March Ursa Major sadar benar dia telah kehilangan Kimberly Phandana. Hati dan seluruh cinta perempuan itu kini telah menjadi milik laki-laki lain.

"Aku kira kita dulu berteman sangat dekat, cukup dekat sampai aku bisa mengumpulkan sedikit keberanian untuk bilang aku cinta padamu, Kimberly… Rupanya aku salah ya…"

"Aku berteman dan bersahabat baik denganmu, March. Aku juga berteman dan bersahabat dengan anak-anak lain di kompleks perumahan ini. Hanya saja, kebanyakan dari mereka sekarang kini telah ke luar negeri atau ke luar kota untuk menempuh jalan hidup masing-masing. Kita sesama teman dan sahabat dari kampung halaman yang sama. Aku berharap kau takkan lama terjebak di dalam perasaanmu itu kepadaku, March. Suatu hari nanti, aku berharap kau bisa menemukan cinta dan kebahagiaanmu sendiri."

"Kebahagiaanku hanyalah kau, Kimberly… Apa kau tidak bisa mengerti dan memahami perasaanku sedikit saja?" Mendadak tangan Kimberly berada dalam genggaman dan cengkeraman tangan March Ursa Major yang mulai kehilangan kesabarannya. Sepuluh tahun dia sudah jatuh hati pada gadis ini, sepuluh tahun dia mati-matian berjuang meraih masa depan yang lebih baik dengan menerima sebuah beasiswa dari sebuah sekolah terkenal di Singapura, sepuluh tahun dia menahan cinta dan kerinduannya selama belajar di Singapura, kini setelah dia balik ke kampung halaman, dia tetap saja tidak mampu meluluhkan hati dan pertahanan gadis itu. Apa salahnya coba? Apa kekurangannya coba?

"Lepaskan aku, March… Lepaskan aku, March… Sejak dulu aku sudah bilang padamu kan? Aku tetap akan menjadi salah satu teman dan sahabat terbaikmu. Kapan pun kau membutuhkan teman curhat atau memerlukan nasihat, aku akan berusaha hadir kapan pun itu untukmu, Kawan. Namun, hanya bisa sampai di sana… Hanya bisa sebatas itu… Aku tidak bisa berbuat lebih dari itu… Aku sama sekali… sama sekali tidak mencintaimu, March… Maafkan aku…"

"Justru aku tidak membutuhkan nasihatmu, Kimberly… Aku tidak membutuhkan kehadiranmu sebagai teman curhat… Aku hanya ingin kau menemaniku, aku hanya ingin kau mencintaiku, aku hanya ingin kau mengatakan kau juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Tidakkah kau bisa melakukan hal itu untukku? Sebegitu susahkah kau menerima perasaanku terhadapmu? Sebegitu sulitkah bagimu untuk membalas cinta dan perasaanku?"

Tangan Kimberly masih berada dalam cengkeraman March Ursa Major. Tubuh laki-laki itu semakin mendekat dan mendekat sementara tubuh Kimberly sudah menempel pada dinding rumah yang ada di belakangnya. Kimberly semakin kewalahan dan ia tahu ia tidak bisa menghindar lagi.