Chereads / 3MJ / Chapter 128 - March Ursa Major Pulang Kampung Mencari Cinta

Chapter 128 - March Ursa Major Pulang Kampung Mencari Cinta

"Tempat mana?"

"Tempat yang ada dirimu, Sayang. Tak ada dirimu, tempat di mana pun itu tetap takkan terasa nyaman bagiku."

Sean Jauhari tergelak sejenak. "Kau selalu saja berhasil membuatku melayang, Honey."

"Jadi oke ya kita ke karaoke malam ini, Sayang? Kau tidak keberatan kan?" tanya Kimberly harap-harap cemas.

Sean melemparkan sebersit senyuman cerah dan berujar, "Ada di mana pun dirimu, aku juga akan berada di sana, Honey."

"Apakah… Apakah aku boleh mengajak Natsumi dan Frebelyn?" tanya Kimberly lagi, masih merasa sedikit harap-harap cemas.

"Boleh saja… Aku juga ingin ketemuan sebentar dengan Maxy Junior dan tukar cerita dengannya. Tapi, sehabis dari karaoke, kau mau kan bertandang ke apartemenku sebentar? Aku ingin sedikit waktu untuk kita berdua saja. Aku sudah rindu banget padamu, Honey…"

Sean sedikit mendekatkan wajahnya ke wajah sang putri pujaan hati. Dengan rona merah delima pada wajahnya, Kimberly menjawab,

"Oke, Sayang…"

Demikianlah sepanjang perjalanan sampai ke rumah Kimberly ditempuh dengan canda tawa dan apa-apa saja yang mereka alami di tempat kerja sepanjang hari itu.

"Jadi anak itu ketakutan sekali ketika hari pertama masuk kelas. Dia terus menangis dan ingin dekat dengan ayahnya saja. Ada anak laki-laki lain yang juga kurang lebih sama. Dia terus menangis dan ingin dekat dengan ibunya saja. Kududukkan keduanya di bangku dan meja yang sama. Lima belas menit berlalu dan keduanya terlihat saling berbicara dan bercanda satu sama lain. Sudah lupa mereka sama ayah ibu mereka. Ayah dan ibu mereka yang mengintip dari luar kelas hanya bisa berkomentar, 'Ginilah kalau anak sudah ketemu dengan pacar. Saat masih anak, dia milik kita. Saat sudah berkeluarga, sudah jadi milik suami atau istri.' Lucu ya…?"

Sean Jauhari tergelak dalam tawa ringannya.

"Sean… Aku jadi… jadi… jadi…" Tak kuasa Kimberly meneruskan kalimatnya karena kedua belahan pipi, leher dan daun telinganya sudah merona merah delima.

"Jadi apa?"

"Tidak ada deh…"

"Aduh… Jangan buat aku penasaran dong… Kita sudah sedekat ini… Kau bisa bilang apa pun dan cerita apa pun kepadaku…"

"Mengajari anak-anak itu selama beberapa hari terakhir ini, sungguh membuatku… sungguh membuatku…" Rona merah kian jelas tampak pada wajah, leher, dan daun telinga Kimberly.

"Jadi apa? Kau sungguh membuatku penasaran, Honey…" Sean Jauhari menaikkan kedua alisnya dan sedikit tersenyum menggantung pada waktu yang bersamaan.

"Sean Sayang… Apa kau sudah siap menjadi orang tua di usia kita yang baru 19 tahun ini?" tanya Kimberly mendadak. Kemudian dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena tidak bisa menahan gejolak rasa malu yang membelandang ke permukaan.

Sean Jauhari terbahak sejenak. "Aku siap banget, Honey… Kenapa? Kau sudah tidak sabar ingin menjadi orang tua? Berapa anak yang kauinginkan, Honey?"

"Aduh… Sudahlah… Anggap saja aku tidak pernah membicarakan soal hal ini, Sayang… Kita sudah sampai. Jam berapa kau akan menjemputku?" Kimberly berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka ke topik yang lain. Dia terlihat sedikit salah tingkah dan gelagapan.

Sean masih terbahak ketika dia melihat sikap sang putri pujaan hatinya yang salah tingkah dan sedikit gelagapan.

"Jam tujuh nanti, Honey… Siap-siap ya…" kata Sean Jauhari melemparkan sebersit senyuman cerah.

Kimberly Phandana turun dari mobil sang pangeran tampan yang berhenti tepat di depan halaman rumahnya. Dia melambaikan tangan dan kemudian berbalik badan berjalan masuk ke dalam rumah. Sean Jauhari mulai menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumah Kimberly Phandana ketika matanya tertumbuk pada sebuah mobil hitam lainnya yang juga terparkir di depan halaman rumah sang putri pujaan hati. Jelas itu bukan mobil ayah Kimberly. Barusan beberapa hari yang lalu aku melihat mobil ayah Kimberly. Mobil ayah Kimberly itu berwarna biru gelap, bukan hitam. Mobil siapa itu ya? Siapa yang bertamu ke rumah honey-ku sore-sore begini? Terdengar sedikit gerunyam dari padang sanubari Sean Jauhari.

Sekerjap perasaan tidak enak mulai mengeriap dan menggelimuni kuncup pikiran sang pangeran tampan.

Saat Kimberly Phandana melangkah masuk ke dalam rumah, di ruang tamu sudah duduk seorang pemuda, yang kira-kira seumuran dengannya, yang terus menatapnya dengan mata tanpa kedip. Kimberly Phandana sedikit mengerutkan dahinya. Wajah pemuda tersebut terlihat begitu tidak asing, tetapi Kimberly Phandana sudah lupa kapan dan di mana ia pernah bertemu dengan pemuda tersebut.

"Kimberly… Sudah pulang ya? Bagaimana kerjaanmu hari ini?" tanya Pak Yogi Phandana kepada anak perempuannya satu-satunya.

"Lancar-lancar saja, Yah…" jawab Kimberly santai dan ala kadarnya.

"Duduk saja dulu di sini… Mengobrol dengan Ayah, Ibu dan si March ini…" kata Pak Yogi Phandana lagi. Mau tidak mau, Kimberly duduk di ruang tamu rumahnya. Dia duduk pas di depan si pemuda yang terus menatapnya tanpa berkedip itu. Segelintir perasaan tidak nyaman mulai berselarak di rangkup pikirannya.

"March…? March Ursa Major Yaputra yang tinggal di sebelah ini ya?" Kimberly Phandana langsung membuat tebakannya.

"Akhirnya kau mengingatku, Kimberly. Aku baru saja pulang dari SMA-ku di Singapura, Kimberly. Aku baru saja tamat SMA tahun ini. Aku kira kau juga sama, iya kan?" March Ursa Major melemparkan sebersit senyuman cerah. Akan tetapi dalam hati dan pikiran Kimberly Phandana, tetap saja dia kalah tampan dan kalah memesona dibandingkan dengan Sean Jauhari.

"Iya…" Tentu saja mereka sama-sama tamat SMA tahun ini karena mereka sama-sama berusia 19 tahun jadi, si March Ursa Major ini sedang mengajukan retorik yang tidak penting, pikir Kimberly Phandana dalam hati.

"Ayah sengaja mengajaknya ke sini sore ini mengingat sudah lama kalian tidak bersua. Kalau kau tidak keberatan, March akan makan malam bersama-sama dengan kita," tukas Pak Yogi Phandana yang mulai bisa membaca raut ketidaknyamanan anak perempuannya.

"Sorry, Yah… Malam ini aku sudah terlanjur ada janji sama Sean." Kimberly Phandana sengaja menekankan nama kekasihnya itu. Kontan sepasang alis mata March Ursa Major naik beberapa senti.

"Kemarin kan kau sudah out dengannya. Masa malam ini kau out lagi dengannya. Sama sekali tidak ada waktu lagi buat Ayah, Ibu, dan si March ini…" Si ayah berusaha membujuk lagi. Dahi Kimberly berkerut heran.

"Iya, Kimberly… Malam ini saja kau menemani kami makan malam, menemani si March ini mengobrol-ngobrol ringan. Kau kan bisa bilang pada si Sean Jauhari ada sedikit acara keluarga dan tidak jadi out. Aku rasa Sean Jauhari itu bisa mengerti kan?" tukas Nyonya May Lina Austeen Phandana dengan nada yang lebih lembut. Dia merasa tidak enak hati mendadak suaminya menghadirkan anak tetangga sebelah ke hadapan anak perempuan mereka padahal sudah jelas-jelas mereka tahu anak perempuan mereka kini tengah dekat dengan si Sean Jauhari itu.

"Oke… Ada acara keluarga bukan? Kalau begitu, Sean harus ikut dong… Sean kan bagian dari keluarga kita juga kan? Aku akan beritahu Sean supaya ia makan malam di rumah kita saja nanti, Yah, Bu. Aku sendiri yang akan menyiapkan porsi makan malamnya nanti." Kimberly merasa bersemangat akan mengajak sang pangeran tampan makan malam di rumah.

Sontak alis mata March Ursa Major naik beberapa senti.

"Aku sudah meninggalkan Jakarta sejak tahun 2003 dulu, Kimberly. Kini setelah sepuluh tahun berlalu, setelah aku menamatkan SMA di Singapura sana, aku baru berkesempatan kembali lagi ke Jakarta. Masa kau tidak mau melewatkan waktu bersamaku malam ini, menemaniku mengobrol-ngobrol ringan?"

March Ursa Major merasa posisinya semakin terancam. Dia semakin mendesak maju. Baru meninggalkan putri pujaan hatinya selama sepuluh tahun, kini ia sudah memiliki seorang saingan yang bernama Sean Jauhari. Siapa sih dia?

Kimberly terlihat merapatkan sepasang bibirnya. Dia menghela napas panjang dan akhirnya berujar,