Ciuman menjadi semakin liar dan semakin garang. Kini terlihat Maxy Junior sudah menanggalkan seragamnya sendiri dan seragam sang bidadari cantik. Dengan sekali hentakan ia juga melepaskan dalaman sang bidadari cantik yang menutupi kedua gundukan kembarnya. Penjelajahan pun dilanjutkan sampai ke dua gundukan kembar tersebut secara bergantian. Natsumi Kyoko kontan mengerang lembut ketika dia merasa kedua gundukan kembarnya berada di bawah kolonialisasi lidah dan bibir sang pangeran tampan.
Sambil terus mengeksplorasi lereng-lereng terjal nan landai pada kedua gundukan kembar tersebut, tangan Maxy Junior mulai melepaskan rok yang dikenakan oleh sang bidadari cantik. Dengan sekali tarik, rok tersebut terlepas. Dengan sekali tarik lagi, Maxy Junior berhasil menanggalkan dalaman sang bidadari yang membalut liang kehangatan yang sungguh sangat dirindukannya di bawah sana. Lidah Maxy Junior terus bermain dari kedua gundukan kembar di atas sampai dengan liang kehangatan yang ada di bawah sana.
Terdengar pekikan lembut dari sang bidadari cantik ketika lidah Maxy Junior dengan lihai mengeksplorasi bagian dalam ngarai kehangatan tersebut, mendatangkan jutaan sensasi kenikmatan tiada akhir, melambungkan jiwanya ke langit ketujuh, menghadirkan bilur-bilur kenikmatan yang sungguh tidak terdeskripsikan. Sambil meremas lembut rambut sang pangeran tampan, Natsumi Kyoko hanya bisa mengerang dan mendesah sambil terus merapalkan nama sang pangeran tampan tanpa henti.
Pekikan Natsumi Kyoko mencapai puncak ketika ia mencapai tahap klimaks pelepasannya. Dia menyemburkan cairan vitalnya ke wajah sang pangeran tampan. Dia menggelungkan badannya ke belakang dan juga menekukkan kepalanya ke belakang ketika dia menegangkan seluruh otot tubuhnya guna menggapai titik klimaks pelepasan tersebut.
Natsumi Kyoko mencabut dua helai tisu yang ada di atas bufet, di samping tempat tidurnya. Dia mengelap cairan vitalnya yang masih lengket di wajah sang pangeran tampan. Sang pangeran tampan sendiri mulai menanggalkan kemeja dan celananya. Dengan kondisi hanya terbalut undies-nya yang berwarna biru gelap, dia mulai menindih tubuh sang bidadari cantik dan menempelkan batang kejantanannya yang sudah menegak lurus di dalam celananya ke ngarai kehangatan sang bidadari cantik.
Baru dua menit Maxy Junior memaju-mundurkan badannya di atas tubuh sang bidadari cantik, sang bidadari cantik sudah menghentikan aksinya.
"Kau tidak bawa celana dalam yang baru, Sayang. Nanti bagaimana dong kalau kau tembak di dalam celana?" tanya Natsumi Kyoko sedikit bingung.
"Tak apa-apa, Sayang… Aku bisa langsung pulang besok pagi. Aku tidak masalah pulang dengan celana yang sedikit lengket. Jarak dari rumahmu sini ke apartemenku kan lumayan dekat, Sayang…" Tampak Maxy Junior menyeringai nakal.
"Jangan… Jangan… Nanti celanamu jadi lengket dan tidak nyaman dipakai, Sayang… Biarkan aku saja yang memberimu service malam ini, Sayang. Biarlah aku yang memberimu service yang memuaskan…" kata Natsumi Kyoko sedikit mengulum senyumannya.
Alis sang pangeran tampan terangkat naik. "Service? Kau tahu caranya, Periku?"
"Jangan meremehkan aku, Sayang. Semenjak mengenal dan berpacaran denganmu, sedikit banyak aku harus mengimbangi ilmumu bukan? Tidak mungkin aku terus menjadi seorang gadis polos seperti setahun lalu sementara pacarku ini adalah mantan lelaki player kelas wahid. Iya kan?" Natsumi Kyoko tampak tersenyum menggoda.
Maxy Junior hanya bisa menyeringai nakal ketika sang bidadari cantik mendorong tubuhnya. Tubuhnya kini tertelentang di atas tempat tidur. Sekarang gantian sang bidadari cantik yang menghujani tubuh sang pangeran tampan dengan ciuman yang bertubi-tubi, mulai dari wajah, bibir, leher, rahang, turun ke dada, ke perut, dan akhirnya sepasang tangannya membuka undies warna biru gelap yang membalut senjata andalan sang pangeran tampan. Dia menanggalkan undies tersebut dan mata sang bidadari cantik kontan melebar melihat betapa besar dan tingginya senjata tersebut menjulang.
"Sepertinya ketika di rumah sakit hari itu tidak begitu besar deh… Kenapa sekarang bisa menjadi besar begini ya?" gumam Natsumi Kyoko dengan dahi yang sedikit berkerut.
"Waktu itu kau tidak melihatnya sejelas sekarang, Periku. Aahh…" Maxy Junior mulai mendesah dan tak sanggup berkata-kata lagi ketika dengan sigap sang bidadari cantik memulai 'makan malamnya' malam itu.
Natsumi Kyoko mengulum terus-menerus senjata tegak dan besar itu. Sesekali dia akan mempergunakan lidahnya untuk mengeksplorasi bagian ujungnya, bagian pinggirannya, dan sesekali permainan lidahnya akan sampai ke dua kelereng kembar yang bertengger dengan seksi menggiurkan di bawah sana.
"Sejak kapan kau mempelajari seks oral seperti ini, Periku? Aahh… Periku yang Cantik… Shit! Shit!"
"Sudah kubilang sejak aku berpacaran denganmu, sedikit banyak ilmu pengetahuan dan kemampuanku harus imbang denganmu. Kalau tidak, aku tidak bisa mengantisipasi ketika kau direbut oleh gadis lain yang lebih berpengalaman. Tapi kau tenang saja, Sayang… Kau adalah objek pelatihan pertamaku kok…" Natsumi Kyoko menyeringai nakal. Dia kembali melanjutkan 'makan malamnya'.
Natsumi Kyoko kembali mengulum dan melumat senjata pamungkas sang pangeran tampan itu ke dalam permainan mulut dan lidahnya.
"Aaahh, Periku yang Cantik… Shit! Kau sedang menyentuh bagian yang paling sensitif, Sayang… Aaahh… Shit!"
Sambil terus mengulum dan melumat senjata pamungkas tersebut dengan tiada henti, tangan sang bidadari cantik dan terus membelai dan kadang sedikit meremas dan mempermainkan kedua kelereng kembar yang bertengger dengan seksi di bawah sana.
Dua puluh menit berlalu. Permainan lidah dan mulut Natsumi Kyoko masih belum berhenti. Dengan rasa cinta dan penasaran yang berbaur menjadi satu, dia meneruskan permainan dan penjelajahannya ke batang kejantanan sang pangeran tampan. Tampak sekujur tubuh sang pangeran tampan bermandikan peluh seolah-olah ia baru saja keluar dari kamar mandi atau kolam renang tanpa mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu dengan handuk.
"Aaahh... Periku yang Cantik… Jauhkan mulutmu sekarang juga, Sayang… Mainkan saja dengan kedua tanganmu… Aku sudah mau keluar, Sayang…"
Tangan Maxy Junior hendak mendorong mundur kepala sang bidadari cantiknya. Namun, kedua tangannya berkali-kali ditepiskan oleh sang bidadari cantiknya. Tidak bisa mengendalikan otot-otot senjatanya lagi, akhirnya Maxy Junior memuncratkan segalanya di dalam mulut sang bidadari cantiknya.
Mata Natsumi Kyoko sedikit membesar ketika cairan yang seperti bubur panas di pagi hari membanjiri dan memenuhi seluruh mulutnya. Ketika dia menelan cairan tersebut, tentu saja kerongkongannya juga terasa hangat, seperti menyeruput teh hangat di pagi hari. Dia merasa otot-otot senjata pamungkas sang pangeran terus berkontraksi di dalam mulutnya dan cairan hangat itu terdorong masuk ke dalam kerongkongannya dengan sensasi kehangatan yang tiada tara.
Masih terdengar lenguhan panjang dari sang pangeran tampan ketika dia tidak memiliki pilihan lain selain melepaskan semua cairan vital kenikmatannya di dalam mulut sang bidadari cantik. Perlahan-lahan, ia mulai merenggangkan seluruh otot tubuhnya. Begitu teringat kembali olehnya apa yang baru saja ia lakukan di dalam mulut sang bidadari cantik, ia tersentak kaget seketika. Ia sedikit mengangkat tubuh bagian atasnya sehingga ia kini berada dalam posisi setengah berbaring di atas tempat tidur.
"Aahh… Periku yang Cantik… Apa yang telah kaulakukan? Kau menelan semuanya?" Maxy Junior kini terlihat setengah berbaring di atas tempat tidur dengan kedua bola matanya yang setengah membeliak lebar.
"Sama sekali tidak berasa ketika di dalam mulut, Sayang. Namun, sekarang tercium bau pandan bercampur dengan telur mentah… Seperti aroma adonan kue yang belum dimasukkan ke dalam oven," sahut Natsumi Kyoko dengan raut wajah polosnya dan sedikit bingung.
"Kau tidak perlu menelannya, Periku yang Cantik… Kau bisa membuangnya ke perutku atau ke tempat tidur lain kali, Sayang…" Maxy Junior merengkuh sang bidadari cantik ke dalam pelukannya.
"Memangnya tidak boleh, Sayang? Apakah aku akan hamil dengan menelan cairan vitalmu itu?" tanya Natsumi Kyoko masih dengan raut wajah polos dan bingung.
Maxy Junior tergelak ringan. "Tentu saja tidak, Periku. Menelan cairan vital pasanganmu takkan bisa membuatmu hamil. Itu hanya mitos. Hanya saja, sebagian perempuan bisa saja alergi dan tidak tahan terhadap bau cairan itu. Apa kau tidak demikian, Periku?"
Kini tampak Natsumi Kyoko sedikit menyeringai nakal. "Tidak sih… Tidak berasa ketika di mulut… Hanya hangat-hangat saja begitu… Kayak minum teh panas atau makan bubur panas di pagi hari begitu… Aku penasaran apakah sama dengan yang diceritakan oleh para gadis yang sudah pernah menelan cairan vital pasangan mereka selama ini. Kini penasaranku terjawab sudah…" ujar sang bidadari cantik dengan rona merah delima yang kini menyelangkupi kedua belahan pipi dan lehernya.
"Oh tentu saja punyaku lebih lezat dan bergizi, Periku Sayang…" kata Maxy Junior sedikit berseloroh. Akan tetapi, terselip nada kebanggaan ke dalam suaranya.
"Kenapa kau bisa seyakin itu?" tanya Natsumi Kyoko polos dan penasaran pada saat bersamaan.
"Tentu saja dong, Periku… Aku selalu makan makanan yang bergizi, rajin olahraga, tidak merokok dan kurang minum minuman beralkohol. Tentu saja punyaku sangat lezat, tidak berbau dan bergizi," tukas Maxy Junior dengan sedikit nada bangga.
Natsumi Kyoko tergelak ringan. "Kalau begitu lain kali aku boleh minta lagi dong, Sayang… Mana tahu bisa menjadi obat yang bisa menyembuhkan segala jenis penyakit, iya kan?"
Maxy Junior meledak dalam tawa bahaknya. "Sebanyak yang kauinginkan, Periku."
Maxy Junior sedikit mengangkat kepala dan wajah sang bidadari cantik sehingga kini wajah cantik itu berada tepat di hadapannya.
Maxy Junior mendaratkan satu kecupan mesra ke bibir sang bidadari cantiknya. "Kenapa kau bisa seimut dan sepolos ini, Periku yang Cantik? Aku mencintaimu, Sayang… Benar-benar mencintaimu."
Natsumi Kyoko terkekeh kecil dan kemudian merebahkan kepalanya ke dada sang pangeran tampan.
"Aku juga mencintaimu, Sayang…"
Menit demi menit berlalu. Kembali mereka berdua saling memeluk, saling berbagi kasih dan cinta mereka, meneruskan kebahagiaan mereka ke relung hati yang paling dalam.
"Jadi besok benaran kau akan bantu-bantu di perusahaan ayahmu itu, Periku Sayang?" tanya sang pangeran tampan.
Natsumi Kyoko hanya mengangguk ringan. "Kau juga sudah mulai bantu-bantu di perusahaan ibumu bukan?"
"Iya… Hanya saja… Sebenarnya aku sedikit keberatan kau bantu-bantu di perusahaan ayahmu, Periku Sayang…"
"Kenapa?" Natsumi Kyoko tergelak kecil.
"Kalau kau bantu-bantu di perusahaan ayahmu, kau akan menjauh dariku. Apa yang harus kulakukan jika sewaktu-waktu pria Jepang itu datang ke kantor ayahmu dan mendadak mengajukan lamaran pernikahan kepadamu, Sayang?"
"Tentu saja aku akan menolaknya habis-habisan. Sama denganmu yang juga harus menolak perempuan Jepang itu mati-matian ya apabila mendadak dia datang ke kantormu dan berusaha untuk menggodamu," tukas Natsumi Kyoko dengan wajah yang sedikit bersungut.
"Tentu saja, My Little Fairy… Aku takkan meladeninya. Jika ia macam-macam, aku akan menyuruh satpam untuk mengusirnya," kata Maxy Junior dengan sebersit seringai tipis di wajahnya.
"Oh… Aku tidak tahu utang apa yang kita miliki terhadap dua orang Jepang ini di kehidupan lampau. Setelah Mary Juniar, kini datang lagi dua orang Jepang yang ingin mengganggu hubungan kita dan memisahkan kita berdua." Terlihat Natsumi Kyoko menghela napas panjang.
"Tak apa, Periku.. Biar saja mereka mengganggu, biar saja mereka berusaha memisahkan kita… Tunggu saja sampai usaha mereka gagal, mereka akan tahu kita ini memang tidak terpisahkan." Tangan Maxy Junior kini terangkat dan membelai-belai kepala sang bidadari cantik sampai dengan punggungnya yang telanjang.
Natsumi Kyoko menganggukkan kepalanya dengan sebersit senyuman simpul bertengger di sudut bibirnya. Dia kembali merebahkan kepalanya ke dada telanjang sang pangeran tampan.
Malam itu dilewatkan hanya dengan cinta, kasih sayang, dan sejuta kerinduan. Rasa-rasanya menghabiskan sepanjang malam sampai dengan mentari menampakkan diri di ufuk timur belum bisa menyalurkan semua cinta dan kerinduan mereka.
Asa bahagia merengat di teluk pikiran Maxy Junior dan Natsumi Kyoko malam itu.