"Siapa anak laki-laki itu, Periku? Tak kusangka baru berusia di bawah sepuluh tahun begitu, kau sudah bisa main cinta-cintaan ya…" Maxy Junior tampak sedikit bersungut.
"Jangan marah dong… Aku sudah tidak ingat namanya, Sayang… Kan waktu itu masih kecil… Aku hanya berterima kasih padanya ketika dia merebut balik mainanku dari anak perempuan itu. Aku hanya ingin berteman dengannya, Sayang…" kata Natsumi Kyoko setengah memelas.
Maxy Junior menampilkan sebersit senyuman menawan sekarang. Dia membelai-belai rambut sang bidadari cantiknya dengan gemas.
Keiko Suzuki tergelak sejenak. "Sudah lama berlalu dan aku sendiri tidak sempat menanyakan siapa nama anak lelaki itu, Maxy Junior, Natsumi. Tapi, di luar beberapa saat sebelumnya tadi, aku sudah sempat bertanya pada ayahmu siapa nama anak lelaki itu, Natsumi."
"Hah? Ayah bilang kepada Bibi siapa nama anak lelaki itu?" Natsumi Kyoko sedikit terperanjat kaget. Keiko Suzuki mengangguk ringan.
"Siapa namanya, Bibi Keiko?" tanya Maxy Junior merasa penasaran.
Keiko Suzuki tergelak kecil lagi. Dalam hati ia menjadi bertanya-tanya. Apakah kedua anak yang tengah dimabuk asmara ini benar-benar telah melupakan kejadian di masa kecil mereka atau mereka hanya sedang berpura-pura?
"Nama anak lelaki itu ya namamu, Maxy Junior… Nama anak lelaki itu adalah Maxy Junior Tanuwira…" Keiko Suzuki tergelak ringan lagi.
Untuk beberapa saat lamanya, mata Maxy Junior dan Natsumi Kyoko sedikit membeliak lebar. Terlihat mulut keduanya yang juga terbabang lebar. Dalam beberapa detik, mereka sungguh tidak bisa mempercayai apa yang telah disampaikan oleh Keiko Suzuki.
"Hah…? Jadi anak lelaki itu adalah Maxy Juniorku ini?" Natsumi Kyoko setengah menjerit. Kini terlihat Maxy Junior menelan ludahnya ke dalam tenggorokannya yang serasa tercekat.
"Iya… Ibumu pernah membawamu dan Mary Juniar kecil ke sini menjumpai Kendo Suzuki, abangku yang sekaligus adalah ayah kandung dari Mary Juniar. Mary Juniar kecil dan Natsumi kecil saling berebutan mainan. Natsumi kecil kalah dan menangis. Kau membelanya dan merebut kembali mainan itu. Habis itu, Natsumi kecil menciummu. Kau mengajak Natsumi kecil bermain dan kalian akhirnya bermain bersama. Benaran kau telah melupakan kejadian itu, Maxy Junior?" tanya Keiko Suzuki seraya menatap Maxy Junior lekat-lekat.
Maxy Junior tampak berpikir keras dengan dahi yang berkerut dalam. Dia membongkar isi gudang memorinya. Akhirnya, insting mulai bermunculan satu per satu.
"Iya… Iya… Memang rumah dan keadaan ruang tamu tadi begitu akrab di mataku. Tadi sore sewaktu aku melangkah masuk ke dalam rumah besar ini, memang ada semacam firasat bahwasanya aku sudah pernah masuk ke rumah ini sebelumnya. Hanya saja, aku sudah tidak bisa mengingat kapan itu."
"Dan tentang anak perempuan kecil itu… Apakah kau masih mengingat kau pernah membelanya, merebut mainan itu dari adik kecilmu dan kemudian mengajaknya bermain bersama?" tanya Keiko Suzuki masih terlihat mengulum senyumannya.
Tampak Maxy Junior berpikir keras lagi.
"Sudah tidak begitu ingat lagi, Bibi Keiko… Sepertinya aku mengajaknya bermain di ruang tamu dulu. Habis itu, aku mengajaknya bermain kelereng dan layang-layang di taman samping rumah ini. Apakah itu benar?" tanya Maxy Junior juga merasa penasaran.
"Iya… Benar sekali… Kini ingatanmu samar-samar telah kembali… Kini kalian tahu sebenarnya kalian sudah berkenalan sejak kalian kecil. Bisa jadi kalian sudah saling menyukai sejak kalian kecil." Keiko Suzuki berusaha menambahkan percikan-percikan api cinta ke dalam api asmara antara Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.
Natsumi Kyoko kontan terjun ke dalam pelukan sang pangeran tampan.
"Ternyata jodoh itu sebegitu misteriusnya, Sayang… Aku memang sudah tidak bisa ingat dengan jelas lagi. Akan tetapi, aku memiliki semacam insting mungkin saja anak kecil lelaki itu adalah dirimu, Sayang. Aku tidak berani mengutarakannya karena takut kau akan menganggapku mengada-ada." Natsumi Kyoko membenamkan kepalanya ke dalam pelukan sang pangeran tampan.
"Jadi tidak bisa berkata-kata aku… Kalau tidak ada Bibi Keiko malam ini, sampai selamanya kita takkan pernah tahu kita ini sebenarnya sudah saling mengenal sejak kita masih kecil, Periku…" Maxy Junior terus memancarkan senyuman menawannya. Seperti biasa, tangan akan terangkat dan membelai-belai kepala dan rambut sang bidadari cantiknya.
"Kalian sudah berkenalan sejak kalian masih kecil. Belasan tahun berlalu. Kalian terpisahkan oleh jarak yang panjang. Kini kalian kembali bertemu dan riak-riak cinta itu masih ada. Riak-riak cinta itu masih ada di sana, di hati dan padang sanubari kalian. Tidakkah kalian merasa ini sungguh menciptakan suatu kesan misterius yang begitu indah?" Keiko Suzuki menambahkan sedikit semangat untuk saling mencintai dalam pikiran dan kesadaran Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.
Maxy Junior dan Natsumi Kyoko saling berpandangan dan saling memancarkan senyuman penuh cinta dan kerinduan.
Menit demi menit berlalu… Jam akhirnya menunjukkan pukul sembilan malam… Keiko Suzuki tentu saja sudah keluar dari kamar keponakannya dan sudah siap-siap untuk beristirahat malam di kamarnya sendiri. Namun, Maxy Junior masih berada di kamar sang bidadari cantiknya, masih berada dalam posisi yang sama memeluk sang bidadari cantik dan membelai-belai kepala hingga punggungnya.
Baru saja Maxy Junior hendak beranjak dari posisinya, Natsumi Kyoko langsung mempererat pelukannya sehingga Maxy Junior sama sekali tidak bisa bergerak. Maxy Junior tergelak ringan.
"Benaran kau ingin aku menginap di kamarmu ini semalaman, Periku yang Cantik?"
"Sudah kubilang jangan cepat-cepat pergi dan tinggalkan aku, Sayang… Malam ini aku tak bakalan bisa tidur nyenyak kalau tak ada kau di sampingku menemaniku…"
"Kau tidak takut aku merenggut kesucianmu malam ini, Periku Sayang?"
"Hah? Kau benar-benar menginginkannya malam ini juga?" Natsumi Kyoko sedikit terperanjat kaget dan mengangkat kepalanya dari dalam pelukan sang pangeran tampan.
"Jadi…? Seorang laki-laki dan seorang perempuan tidur dalam satu kamar yang sama, kalau tidak berhubungan intim, apa yang akan mereka lakukan? Aku kan seorang lelaki normal, Periku yang Cantik… Tidak ada buaya yang menolak bangkai; tidak ada kucing yang menolak ikan bukan?" kata Maxy Junior sambil menahan senyumannya, menggoda-goda sang bidadari cantiknya.
"Ya sudahlah… Tapi aku ingin mandi dulu… Aku tidak begitu percaya diri… dalam keadaan… keadaan masih memakai seragam sekolah seperti ini…" Tampak rona merah yang sedemikian jelas di kedua belahan pipi Natsumi Kyoko. Dia ingin beranjak dari tempat tidur dan bergerak ke kamar mandi sebentar.
Maxy Junior terbahak sejenak. Dia kembali meraih dan merengkuh bidadari cantiknya ke dalam dekapannya.
"Aku hanya bercanda, Periku… Jangan anggap serius… Tapi, mungkin aku akan minta dry hump lagi darimu, Periku Sayang… Kemungkinan besar aku tak bakalan bisa menahannya malam ini, Sayang. Kau mengizinkannya bukan?" Mendadak saja suara Maxy Junior berubah dari suara tertawa menjadi suara yang lemah lembut dengan sorot mata yang serius dan memancarkan jutaan cinta dan kerinduan.
"Lakukan saja apa yang kauinginkan, Sayang… Aku milikmu…" bisik Natsumi Kyoko lembut.
"Aku juga milikmu, Periku Sayang…" bisik Maxy Junior lembut. Ia mulai menghujani bibir, leher dan rahang sang bidadari cantik dengan ciuman yang bertubi-tubi.